VITAMIN A TINJAUAN PUSTAKA

13 lebih efisien dibandingkan dengan beta karoten dan 100 kali bila dibandingkan dengan vitamin E. Senyawa karotenoid bekerja pada sistem pertahanan utama atau preventive antioxidant di mana senyawa karotenoid akan meredam quenching singlet oksigen, sekaligus sebagai sistem pertahanan kedua atau radical scavenging antioxidant di mana senyawa karotenoid menangkap radikal bebas sehingga menghambat inisiasi dari proses oksidasi Noguchi Niki 1999. Interaksi antara karotenoid dan singlet oksigen salah satunya melalui mekanisme physical quenching di mana energi dari singlet oksigen ditransfer ke karotenoid dan membebaskannya ke lingkungan sebagai panas. Selain itu juga dapat melalui mekanisme chemical quenching di mana karotenoid dihancurkan melalui proses penambahan oksigen ke dalam ikatan ganda karotenoid Boeliau et al. 1999.

D. VITAMIN A

Masalah kekurangan vitamin A merupakan masalah malnutrisi penduduk dunia. Setidaknya terdapat lebih dari 40 populasi penduduk dunia menderita malnutrisi seperti kekurangan vitamin A, zat besi, zink dan iodium Misra et al. 2004. Terdapat 25-30 kematian bayi dan balita di dunia disebabkan oleh masalah kekurangan vitamin A KVA. Data WHO pada Tahun 2009 menunjukkan lebih dari sembilan juta anak-anak Indonesia dan satu juta penduduk Indonesia menderita KVA. Sebagian besar masalah KVA dialami penduduk negara berkembang termasuk Indonesia. Kemiskinan merupakan penyebab penting terjadinya masalah kekurangan gizi, termasuk di dalamnya defisiensi vitamin A. Hal ini disebabkan rendahnya asupan makanan bergizi dan berkualitas, serta rendahnya pengetahuan pangan. Di Indonesia sebagian besar KVA terjadi pada penduduk miskin. Pada Maret 2011 masih terdapat 30,02 juta orang 12,49 penduduk Indonesia tergolong miskin. Sebanyak 12,14 jumlah penduduk miskin pada Tahun 2011 terdapat di Pulau Jawa BPS 2011. Bogor merupakan kabupaten terbesar di Jawa Barat dengan jumlah penduduk 4,7 juta jiwa. Sekitar 30 penduduk Bogor merupakan penduduk miskin BPS 2010. Di Indonesia penanggulangan masalah vitamin A merupakan salah satu sasaran rencana pembangunan jangka menengah nasional RPJMN pada Tahun 2011-2015 BAPPENAS 2011. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A meliputi diversifikasi konsumsi pangan, suplementasi vitamin A dosis tinggi, fortifikasi pangan, biofortifikasi, dan edukasi nutrisi Mwaniki 2007. Suplementasi vitamin A pada balita usia 6-59 bulan dilakukan setiap 6 bulan sekali. Pada tahun 2010 cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita mencapai 69,8 BAPPENAS 2011. Vitamin A merupakan zat gizi esensial, yaitu vitamin larut lemak dimana aktivitas biologis senyawa ini diperoleh dari struktur senyawa retinol. Di dalam tubuh, vitamin A ditemukan dalam tiga bentuk utama yaitu retinol alkohol, retinal aldehid dan retinoat asam. Retinol dapat dirubah menjadi retinal atau sebaliknya, akan tetapi asam retinoat tidak dapat dibentuk kembali menjadi retinol atau retinal Olson 1991. Vitamin A dapat diperoleh dari bahan pangan nabati maupun hewani. Sumber vitamin A dari tumbuhan sering dikenal sebagai provitamin A, yang sebagian besar berasal dari karotenoid. Secara biologis, karotenoid yang dapat diubah menjadi vitamin A yaitu α-karoten, -karoten, dan - kriptosanthin Bredbenner et al. 2009. Kebutuhan vitamin A adalah 900 µg RAE retinol activity equivalents tiap hari untuk pria dewasa dan 700 µg RAE untuk wanita dewasa, namun tidak ada nilai batasan untuk provitamin A karotenoid. Sumber vitamin yang berasal dari hewan adalah dalam bentuk retinol dan retinil ester retinol yang berikatan dengan asam lemak. Retinil ester tidak memiliki aktivitas sebagai vitamin A sebelum retinol dipisahkan dari asam lemak di dalam saluran penernaan. Proses tersebut melibatkan getah empedu dan enzim lipase dan diserap oleh usus hingga 90. Setelah terjadi diabsorbsi asam lemak kembali bersatu membentuk retinil ester dan dibawa melalui kilomikron sebelum memasuki saluran limfa. Provitamin A karotenoid akan dirubah secara enzimatis menjadi retinal atau asam retinoat. Karotenoid juga dapat diserap secara langsung dengan perbandingan yang lebih rendah dibandingkan dengan retinol. Lebih dari 90 vitamin A disimpan di dalam hati untuk memenuhi kebutuhan vitamin A beberapa bulan Bredbenner et al. 2009. 14 Asam retinoat memiliki fungsi penting sebagai vitamin A diantaranya adalah diferensiasi sel, berperan dalam embriogenesis, sintesis glikoprotein, imunitas, dan pertumbuhan. Retinol berperan penting dalam penglihatan dan reproduksi sel Thurnham 2007. Defisiensi vitamin A menghasilkan banyak perubahan pada mata. Ketika retinol dalam darah tidak cukup untuk menggantikan retinal pada siklus penglihatan, sel batang pada retina akan meregenerasi rodopsin lebih lambat. Kebutaan pada malam hari adalah gejala umum yang timbul sebagai akibat defisiensi vitamin A, selain itu bentuk gangguan lainnya yaitu bintik bitot dan xerosis. Bintik bitot dapat berlanjut menjadi keratomalasia yaitu pelunakan kornea. Perubahan yang terjadi pada mata dapat berlanjut pada xerophthalmia yang menyebabkan kebutaan permanen. Lebih lanjut defisiensi vitamin A menyebabkan perubahan pada kulit atau keratosis. Pada bayi dan anak-anak defisiensi vitamin A akan mempengaruhi pertumbuhan Bredbenner et al. 2009. Kebutuhan vitamin A setiap orang berbeda-berbeda tergantung dari umur dan jenis kelamin. Tabel 12 menunjukkan recommended dietary intake RDI vitamin A berdasarkan FAOWHO 1998. Tabel 12. Recommended dietary intake RDI vitamin A Umur dan Jenis Kelamin FAOWHO µg REhari 0-1 tahunbayi 350-500 1-6 tahun 400 7-12 tahun 500 Remaja 600 Laki-laki dewasa 600-900 Wanita dewasa 600-900 Hamil 700-800 Menyusui 850,1100,1300 Sumber : Thurnham 2007 Kelebihan vitamin A disebut sebagai hipervitaminosis A, muncul pada suplementasi pada waktu yang lama 5 hingga 10 kali lebih besar dari RDA vitamin A. Untuk mencegah efek berbahaya ditetapkan upper level vitamin A 3000 µghari. Tidak ada batas atas untuk karotenoid karena toksisitas vitamin A hanya dihasilkan dari kelebihan vitamin A bukan provitamin A. Kelebihan vitamin A dapat menyebabkan toksisitas akut, kronik, dan teratogenik. Toksisitas akut meliputi gangguan saluran pencernaan, sakit kepala, hilangnya penglihatan, dan rendahnya koordinasi otot. Toksisitas akut diantaranya menyebabkan kerusakan hati, pengurangan mineral tulang, koma dan sebagainya. Sementara toksisitas teratogenik menyebabkan keguguran, dan fetal malformations. Konsumsi karotenoid dalam jumlah besar tidak secara langsung menyebabkan toksisitas. Asupan karotenoid berlebih menyebabkan tingginya konsentrasi karotenoid di kulit sehingga kulit menjadi warna kuning atau hiperkarotemia Bredbenner et al. 2009. Thurnham 2007 menambahkan tingginya asupan karotenoid tidak berasosiasi dengan efek toksik. Namun ada kecemasan jika konsumsi dalam waktu yang lama -karoten bagi perokok yang dapat meningkatkan resiko kanker paru-paru.

E. VITAMIN E