27
dorongan internal yang mengaktivasi beberapa kebutuhan seseorang dan memberikan arahan perilaku terhadap pemenuhan kebutuhan tersebut. Keterlibatan berhubungan dengan
kesesuaian atau kepentingan personal terhadap produk atau jasa yang diterima pada situasi tertentu. Keterlibatan personal bisa tinggi atau rendah tergantung nilai dan ketertarikan
personal tersebut. b. Sikap attitude
Sikap memiliki kecenderungan untuk dipelajari terhadap orang, objek, dan kejadian tertentu. Sikap bertanggung jawab terhadap terhadap respon kita dan tidak diturunkan tetapi
dipelajari dari lingkungan sekitar. c. Konsep kepribadian personality and self-consept
Konsumen mencoba untuk membeli suatu produk yang sesuai dengan kepribadian mereka. Mereka secara manusiawi ingin terlihat ketika membeli produk dengan penampakan macho,
dapat memperkuat image dan kepribadiannya. d. Pelajaran dan memori learning and memory
Konsumen dihadapkan pada banyak informasi yang berbeda setiap harinya. Motivasi, sikap, dan kepribadian konsumen akan menyaring informasi tersebut, memilah-milah mana
informasi yang sesuai dan tidak sesuai. Informasi yang tersaring adalah informasi yang menarik bagi mereka.
2. Faktor eksternal
Berbagai macam faktor eksternal yang telah disebutkan sebelumnya memiliki pengaruh yang berbeda pula terhadap perilaku. Pengaruh budaya yang merupakan sejumlah pengetahuan,
kepercayaan, tradisi, adat, seni, moral atau kebiasaan lain yang diperoleh seseorang dari lingkungan sosial, memiliki perilaku untuk membeli, memakai, atau membuang produk dengan cara yang berbeda
sesuai dengan latar belakang budayanya Khan 2006.
K. UJI PENGGUNAAN DI RUMAH
HOME USE TEST
Evaluasi sensori merupakan suatu metode ilmiah yang digunakan untuk mengukur, menganalisis dan menginterpretasikan respon terhadap suatu produk berdasarkan yang ditangkap oleh
indera manusia seperti penglihatan, penciuman, perasa, peraba, dan pendengaran Stone Sidel 2004. Dengan demikian evaluasi sensori melibatkan manusia sering disebut sebagai panelis sebagai
alat ukur. Penggunaan manusia sebagai alat ukur akan menghasilkan data yang sangat bervariasi karena setiap individu manusia memiliki karakteristik yang berbeda sehingga perlu dilakukan kontrol
baik aspek eksternal maupun aspek internal Waysima Adawiyah 2010. Dalam evaluasi sensori dikenal tiga jenis pengujian yaitu uji pembeda difference test, uji
deskriptif descriptive test, dan uji afektif acceptance and preference test. Uji pembeda pada dasarnya adalah uji secara statistik untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan pada produk-produk
yang diuji, yang mengukur kemampuan panelis untuk mendeteksi suatu sifat sensori misalnya digunakan untuk mengukur perbedaan rasa oleh panelis apabila bahan yang digunakan diganti dengan
bahan lain. Uji deskriptif dirancang untuk mengidentifikasi dan mengukur sifat-sifat sensori. Uji deskriptif memerlukan keahlian khusus dalam penilaiannya karena panelis harus dapat menjelaskan
perbedaan antara produk yang diuji, oleh karena itu dibutuhkan panelis terlatih Lawless Heyman 1998.
Uji afektif adalah uji untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap produk yang diuji atau mengetahui produk yang lebih disukai dari yang lain. Ada dua pengujian pada uji afektif yaitu uji
28
penerimaan acceptance test dan uji preferensi preference test. Uji penerimaan dilaksanakan untuk memenuhi beberapa tujuan yaitu 1 untuk menentukan tingkat kesukaan atau penerimaan suatu produk
oleh sejumlah konsumen yang mewakili populasi yang menjadi tujuan dari pemakai produk, 2 mengukur kesukaan properti suatu produk termasuk penampakan, flavor dan tekstur, dan 3 untuk
mengkuantifikasi respon dari konsumen. Pengukuran dari uji penerimaan konsumen dapat dilakukan pada produk tunggal dan tidak dianjurkan untuk membandingkan dengan produk lain. Pertanyaan dari
uji ini misalnya “ Seberapa suka Anda terhadap produk? atau “Bagaimana penerimaan Anda terhadap produk?”. Uji penerimaan konsumen dapat memberikan dugaan penerimaan dari produk berdasarkan
properti yang dimilikinya. Uji preferensi dapat didefinisikan sebagai sebuah ekspresi dari tingkat
kesukaan dan pemilihan terhadap satu objek dari beberapa objek. Uji preferensi dapat mengukur perbandingan suatu produk dengan produk lainnya. Pertanyaan dalam uji ini misalnya “Produk mana
yang lebih Anda sukai?” Resurreccion 1998.
Berdasarkan tempat pengujian, uji afektif dapat dibedakan menjadi tiga yaitu lab sensory test pengujian di laboratorium yaitu pengujian yang dapat dikontrol oleh peneliti karena berada di
laboratorium, central location test pengujian di pusat konsumen yaitu pengujian yang dilakukan di tempat-tempat yang menjadi pusat-pusat konsumen seperti sekolah, mal, dan rumah sakit, serta home
use tests pengujian di rumah merupakan pengujian penerimaan yang dilakukan di bawah kondisi natural yaitu di rumah.
Home use tests HUTs adalah uji pemasaran yang dilakukan di rumah responden, yang digunakan untuk menilai penerimaanpreferensi atribut produk, dan performa produk dalam kondisi
yang aktual. Dalam uji HUTs kondisi pengujian tidak dapat dikontrol sepenuhnya oleh peneliti sehingga dapat menghasilkan data yang sangat bervariasi. Dalam uji ini digunakan jumlah panelis
yang jauh lebih besar dibandingkan penggunaan panelis pada uji laboratorium. Jumlah minimum responden adalah 50
–100 orang tiap produk Resurreccion 1998. Keuntungan dari uji HUTs adalah produk diuji pada kondisi lingkungan yang aktual dan
normal, sehingga dapat memperoleh lebih banyak informasi karena tidak hanya mendapat respons dari responden yang berperan sebagai pembeli kebutuhan rumah tangga tetapi juga dari anggota keluarga
lainnya yang ada dalam rumah tersebut. Uji ini dapat digunakan pada awal formulasi produk, yang tidak hanya mampu menguji penerimaan atau preferensi tetapi juga performa dari produk yaitu posisi
produk yang dihasilkan dibandingkan dengan produk lain. Melalui HUTs juga dapat diperoleh informasi marketingpemasaran, seperti produk kompetitif yang digunakan di rumah tangga sehingga
dapat menjadi informasi penting dalam proses pemasaran produk. Kelemahan utama dalam HUTs adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
pelaksanaannya, termasuk dalam distribusi sampel dan pengumpulan respon serta data dari responden. Waktu pelaksanaan uji ini memakan waktu minimal satu hingga empat minggu sehingga pelaksanaan
selesai. Sisi kelemahan lainnya adalah rendahnya kontrol terhadap kondisi pengujian sehingga dapat menghasilkan data yang sangat bervariasi. Uji tersebut harus dirancang sesederhana mungkin dengan
menggunakan satu atau dua sampel. Sesungguhnya HUTs tidak sesuai dilaksanakan untuk multisampel. Selain kelemahan tersebut home use tests memerlukan biaya yang lebih besar karena
jumlah sampel yang digunakan lebih banyak jika dibandingkan dengan uji laboratorium dan uji di tempat umum. Biaya yang besar juga dapat timbul sebagai akibat biaya pendistribusian sampel
Resurreccion 1998.
29
BAB III METODE PENELITIAN
A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini merupakan bagian dari Program SawitA. Pengambilan data dilaksanakan dari bulan Mei hingga Juli 2011, bertempat di 3 desa yaitu Desa Sukadamai, Desa Dramaga, dan Desa
Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara sengaja purposive, mengikuti saran dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tentang
daerah di Kabupaten Bogor yang kekurangan vitamin A dengan populasi besar dan masih banyak terdapat masyarakat miskin yang sulit mengakses kesehatan.
B. BAHAN DAN ALAT
a. Bahan dan Alat untuk Penerimaan Konsumen
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah produk berbasis minyak sawit Produk SawitA berupa minyak sawit mentah MSM yang diperoleh dari PT SMART Tbk dan dikemas
dalam botol bervolume 140 mL di Technopark, Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Penggunaan produk yang diajarkan yaitu dengan cara ditambahkan ke dalam makanan seperti kecap atau saus, atau
digunakan sebagai minyak tumis untuk menumis bumbu makanan atau sebagai pengganti minyak goreng.
Alat yang digunakan adalah alat bantu untuk melakukan kegiatan penyuluhan atau sosialisasi. Alat bantu tersebut meliputi brosur yang berisi mengenai sifat-sifat, kasiat, cara pemakaian, dampak
dan manfaat Produk SawitA serta leafleat yang diberikan kepada responden. Selain itu, digunakan pula kuesioner sebagai panduan untuk melakukan wawancara kepada responden yang diadopsi dari
proposal Program SawitA 2011 dan poster dari karton yang digunakan ketika melakukan sosialisasi.
b. Bahan dan Alat untuk Kapasitas Antioksidan
Bahan yang digunakan meliputi serumplasma, sel darah merah eritrosit, pereaksi antioxidant assay kitt dari Sigma yang meliputi assay buffer, stop solution, myoglobin from horse, trolox ±
hidroxy-2,5,7,8-tetramethylchromane-2-carboxylic acid, ABTS, phosphate-citrate buffer pH 5 ,hydrogen peroxide 3 untuk menganalisis antioksidan total serumplasma, air bidestilata, aquades,
buffer phosphate untuk mengencerkan sampel sel darah merah, methanol p.a, buffer asetat, larutan DPPH 2,2-diphenyl-1-picrilhydrazil atau 1,1-diphenyl-2-picryhidrazil, larutan vitamin C 0, 25, 50,
100, 125 ppm untuk mengukur kapasitas antioksidan eritrosit. Alat yang digunakan meliputi alat yang digunakan dalam pengambilan darah responden dan
alat yang digunakan untuk analisis. Alat yang digunakan dalam pengambilan darah responden berupa alat pengambil darah venojact yang berisi EDTA volume 10 ml, syringe 12 ml, alat pengukur tensi