90
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji  heterokedastisitas  bertujuan  untuk  mengetahui  apakah variasi  residual  absolut  sama  atau  tidak  sama  untuk  semua
pengamatan.  Gejala  heterokedastisitas  ditunjukan  oleh  koefisien regresi  dari  masing-masing  variabel  bebas  terhadap  nilai  absolut
residualnya. Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha Sig. α,  maka  dapat  dipastikan    model  tidak  mengandung  gejala
heterokedastisitas Sudarmanto, 2005. Ada  beberapa  cara  untuk  mendeteksi  ada  atau  tidaknya
heterokedastisitas,  yaitu  melihat  grafik  plot  antara  lain  nilai  prediksi variabel  terikat  dependen  yaitu  ZPRED  dengan  residualnya
SRESID.  Dasar  analisis  :  1  Jika  ada  pola  tertentu,  seperti  titik-titik yang  ada  membentuk  pola  tertentu  yang  teratur  bergelombang,
melebar  kemudian  menyempit,  maka  mengindikasikan  telah  terjadi heterokedastisitas;  2  Jika  tidak  ada  pola  yang  jelas,  serta  titik-titik
menyebar  di  atas  dan  di  bawah  angka  0  pada  sumbu  Y,  maka  tidak terjadi heterokedastisitas Gozali, 2012.
d. Uji Autokorelasi
Uji  autokorelasi  dimaksudkan  untuk  menguji  model  linier  ada korelasi  antara  kesalahan  pengganggu  pada  periode  t  dengan
kesalahan  pada  periode  t-sebelumnya.  Adanya  autokorelasi  dapat mengakibatkan penaksir mempunyai varians tidak minimum dan uji-t
tidak  dapat  digunakan,  karena  akan  memberikan  kesimpulan  yang
91
salah.  Ada  beberapa  cara  untuk  mendeteksi  ada-tidaknya  masalah autokorelasi,  yaitu menggunakan metode  Durbin-Watson  dan metode
Run  Test  sebagai  salah  satu  uji  statistic  non-parametik.  Uji  Durbin- Watson Uji D-W merupakan uji yang sangat populer untuk menguji
ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi Sudarmanto, 2005.
Menurut  Oramahi  2007,  untuk  mendeteksi  terjadi  autokorelasi atau tidak dapat  dilihat melalui nilai  Durbin-Watson  DW  yang bisa
dijadikan patokan untuk mengambil keputusan adalah : 1   Bila nilai D-W  -2, berarti ada autokorelasi positif.
2 Bila nilai  D-W diantara  -2 sampai dengan +2, berarti tidak terjadi autokorelasi.
3   Bilai nilai D-W +2, berarti ada autokorelasi negatif Jika  ada  masalah  autokorelasi,  maka  model  regresi  yang
seharusnya signifikan lihat angka F dan signifikannya, menjadi tidak layak  untuk  dipakai.  Autokorelasi  dapat  diatas  dengan  berbagai  cara
antara  lain  dengan  melakukan  transformasi  data  dan  menambah  data observasi.
2. Uji Hipotesis
Data  yang  digunakan  untuk  mengetahui  hubungan  dari  variabel- variabel  yang  akan  diteliti.  Pengolahan  data  menggunakan  software
Microsoft  Excel  2010  dan  SPSS  20.  Dalam  pengujian  ini menggunakan Uji Statistik meliputi Uji-t dan Uji-F.