Analisis Regresi Berganda Analisis Data dan Pembahasan
126
modal ke luar negri. Kedua dampak tersebut dapat mengahambat upaya perbankan dalam menghimpun dana masyarakat. Keadaan
dimana kemampuan bank dalam menampung dana masyarakat menurun akan mengurangi kemampuan perbankan dalam memberikan
kredit Pohan, 2011:53 berkurangnya kemampuan perbankan dalam memberikan kredit menyebabkan share penyaluranan kredit ke sektor
UMKM juga akan berkurang. 2. Pengaruh BI Rate terhadap Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah
UKM Berdasarkan tabel 4.13 diatas, variabel BI Rate mempunyai nilai
tidak signifikan negatif 0,361 0,05. Hal ini berarti menerima H atau
menolak H
a
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel BI Rate secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan
Usaha Kecil dan Menengah UKM. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Navis 2014 bahwa Suku Bunga
Indonesia tidak signifikan terhadap Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah UKM. Hal ini di karenakan hubungan Suku Bunga SBI
dan penyaluran kredit UMKM searah dan tidak signifikan. Billy Arma Pratama 2010 yang menyatakan bahwa Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia SBI berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Semakin tinggi suku bunga SBI akan
mendorong peningkatan jumlah kredit yang disalurkan namun dalam tingkat yang tidak signifikan. Meskipun pada periode penelitian suku
127
bunga SBI masih tetap tinggi tetapi permintaan kredit masih tetap ada 3. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS terhadap
Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah UKM Berdasarkan tabel 4.13 di atas, variabel Sertifikat Bank Indonesia
Syariah SBIS mempunyai nilai signifikan negatif 0,045 0,05. Hal ini berarti menerima H
a
atau menolak H sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS secara parsial berpengaruh signifikan negatif terhadap pembiayaan Usaha
Kecil dan Menengah UKM. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Masyitha Mutiara Ramadhan dan
Irfan Syauqi Beik 2015 berdasarkan hasil pengolahan data, Dari hasil
estimasi terdapat hubungan negatif antara bonus SBIS dan pembiayaan UMKM. Hal ini terjadi karena apabila terjadi kenaikan
bonus SBIS maka perbankan syariah akan lebih tertarik menyalurkan dana dengan pembelian SBIS karena memberikan return yang lebih
tinggi dan menghadapi resiko yang lebih rendah dibandingkan dengan menyalurkan pembiayaan ke sektor UMKM. Selain itu, variabel suku
bunga SBI memiliki hubungan yang positif terhadap penyaluran pembiayaan UMKM dari perbankan syariah. Hal ini terjadi karena
ketika terjadi kenaikan suku bunga SBI maka bank konvensional akan mengalihkan penyaluran dananya ke SBI sehingga kredit yang mereka
tawarkan akan menurun. Kondisi ini dimanfaatkan oleh perbankan syariah dengan memberikan pembiayaan UMKM yang lebih besar
128
karena bank konvensional sebagai saingannya sedang menurunkan penyaluran kreditnya. Namun demikian, variabel PLS atau tingkat
bagi hasil tidak signifikan mempengaruhi jumlah pembiayaan UMKM yang disalurkan. Hal ini terjadi karena pembiayaan dengan akad bagi
hasil memiliki porsi yang lebih rendah dibandingkan dengan pembiayaan dengan akad jual beli. Porsi pembiayaan dengan akad
bagi hasil musyarakah dan mudharabah hanya sebesar 35,29 persen dari pembiayaan total. Sedangkan porsi pembiayaan dengan akad jual
beli murabahah Peran SBIS yang semakin signifikan pada penyaluran kredit UMKM baik pada perbankan syariah maupun
konvensional mengindikasikan kinerja instrumen moneter syariah semakin baik. Untuk itu bank sentral sebagai otoritas moneter dapat
memperkuat peran instrumen SBIS. Selain itu, transmisi kebijakan moneter lewat jalur kredit berjalan kurang optimal terlihat dari hasil
FEDV yang menunjukan pengaruh instrumen moneter baik SBI atau SBIS yang tidak terlalu besar. Otoritas moneter harus ikut
berpartisipasi mendorong penyaluran dana perbankan ke sektor UMKM mengingat peran UMKM yang sangat besar bagi
perekonomian Indonesia. 4. Pengaruh Non Perfoming Financing NPF terhadap Pembiayaan
Usaha Kecil dan Menengah UKM. Berdasarkan tabel 4.13 di atas, variabel Non Perfoming Financing
NPF mempunyai nilai signifikan 0,000 0,05. Hal ini berarti
129
menerima H
a
atau menolak H sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel Non Perfoming Financing NPF secara parsial berpengaruh signifikan negatif terhadap Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah
UKM. Non PerformingFinancing NPF mempunyai hubungan signifikan negatif, semakin tinggi tingkat NPF akan mengakibatkan
penurunan tingkat pembiayaan UKM. Hal ini dikarenakan semakin tinggi NPF menunjukkan semakin rendahnya kemampuan bank dalam
mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkannya dan market share perbankan syariah yang masih rendah bila dibandingkan dengan
market share perbankan konvensional. Kemudian sebagian besar nasabah merupakan nasabah yang loyal terhadap perbankan syariah.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Wuri Arianti 2011 variabel NPF berpengaruh negatif terhadap
pembiayaan. Hasil tersebut mendukung hasil Fransiska dan Hasan Sakti Siregar 2007 dengan hasil NPL tidak dapat digunakan untuk
memprediksi volume kredit perbedaan ini kemungkinan disebabkan perbedaan sampel yang digunakan. Hasil ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Adnan 2005 yang mengatakan kredit bermasalah berbanding terbalik dengan penyaluran pembiayaan, dimana besarnya
NPF mencerminkan tingkat pengendalian biaya dan kebijakan atau kredit yang dijalankan oleh bank, sehingga semakin rendah NPF maka
akan semakin tinggi jumlah pembiayaan yang akan disalurkan oleh bank. Semakin tinggi NPF menunjukkan semakin rendahnya