Usaha Kecil dan Menengah dalam Bank syariah

47

b. Jenis-jenis Inflasi

Menurut Sukirno 2004, berdasarkan derajatnya, inflasi dibedakan menjadi sebagai berikut: 1 Inflasi ringan, terjadi apabila kenaikan harga berada dibawah angka 10 setahun. 2 Inflasi sedang, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 10- 30 setahun. 3 Inflasi berat, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 30- 100 setahun. 4 Hiperinflasi inflasi tak terkendali, terjadi apabila berada di atas 100 setahun. Menurut Sukirno 2004:333, berdasarkan kepada sumber atau penyebabnya kenaikan harga-harga berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut: 1 Inflasi Tarikan Permintaan Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran-pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi. 2 Inflasi Desakan Biaya Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan dalam biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah atau 48 kenaikan upah. Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika pengangguran adalah sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerjaan baru dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang. 3 Inflasi Diimpor Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan harga- harga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam negeri. Inflasi ini akan ada apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran-pengeluaran perusahaan.

c. Indikator Inflasi

Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui inflasi selama satu periode tertentu Rahardja,2004: 164. Tiga diantaranya akan dibahas dalam uraian berikut ini: 1. Indeks Harga Konsumen Indeks harga konsumen IHK adalah rangka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa harus dibeli konsumen dalam suatu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan 49 menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot weighted berdasarkan tingkat keutamaanya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot paling besar. Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan dengan memperhitungkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, perhitungan IHK dilakukan dengan melihat perkembangan regional, yaitu dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama ibu kota propinsi-propinsi di Indonesia. Inflasi  100 1 1 x IHK IHK IHK    2. Indeks Harga Perdagangan Besar WholesalePrice Index Jika inflasi melihat dari sisi konsumen, maka Indeks Harga Perdagangan Besar IHPB melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen producer price index. IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen berbagai tingkat produksi. Prinsip menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan IHK: Inflasi = 100 1 1 x IHPB IHPB IHPB    50 3. Indeks Harga Implisist GDP Deflator Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju inflasi yang terbatas. Sebab jika dilihat dari metode perhitungannya, kedua indikator tersebut hanya melengkapi beberapa puluh kota saja. Sama halnya dengan dua indikator sebelumnya, perhitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung perubahan angka indeks. Inflasi =

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Non Performing Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah Di Indonesia

0 41 114

Analisis Pengaruh Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah di Indonesia

4 18 134

Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, Pertumbuhan Pembiayaan, dan Ukuran Bank terhadap Pembiayaan Bermasalah Sektor UKM pada Perbankan Syariah di Indonesia (Periode Tahun 2009-2012)

0 4 146

Analisis Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR) Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Suariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA), Periode Januari 2009-2012

1 14 151

Analisis Pengaruh Jumlah Dana Pihak ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF) dan Tingkat Inflasi terhadap Total Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia (Periode januari 2007-Oktober 2012)

2 24 142

Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Indeks Syariah yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

1 23 107

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF), dan inflasi terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia periode 2010-2013

2 8 115

Pengaruh Non Perfoming Finance (NPF) Dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah (studi Kasus Pada PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia Tahun 2010-2013)

0 2 1

Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Pembiayaan Dana Iplikasinya Terhadap Laba Bank Syariah (Penelitian pada Perbankan Syariah di Indonesia)

1 30 82

View of Analisis Pengaruh BI Rate, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap Produk Pembiayaan dengan Akad Murabahah pada Bank Syariah di Indonesia

0 0 12