68
Aktiva Produktif sesuai ketentuan tentang PPAP yang berlaku bagi bank syariah.
b. Hubungan antara Non Perfoming Financing NPF terhadap
pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah UKM
Pada perbankan dengan sistem bunga, NPF lebih dikenal dengan istilah NPL Non Performing Loan atau rasio kredit bermasalah,
sedangkan dalam perbankan syariah lebih dikenal dengan NPF.
Non Perfoming Financing NPF ini menunjukan seberapa besar
kolektibitas bank dalam mengumpulkan pembiayaan yang telah
disalurakannya. Non Perfoming Financing NPF dapat dijadikan alat
ukur untuk menilai apakah sebuah bank itu sehat atau tidak. Jika
semakin rendah Non Perfoming Financing NPF maka akan semakin
tinggi jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank. Kredit bermasalah yang tinggi dapat menimbulkan keengganan bank untuk
menyalurkan kredit harus membentuk cadangan pengahapusan yang besar sehingga pembiayaan cendrung rendah.
Dalam penelitian Wuri Arianti 2011 variabel Non Perfoming
Financing NPF berpengaruh negatif terhadap pembiayaan. Hasil
tersebut mendukung hasil Fransiska dan Hasan Sakti Siregar 2007 dengan hasil NPL tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume
kredit perbedaan ini kemungkinan disebabkan perbedaan sampel yang digunakan. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Adnan 2005 yang mengatakan kredit bermasalah berbanding terbalik
69
dengan penyaluran pembiayaan, dimana besarnya NPF mencerminkan tingkat pengendalian biaya dan kebijakan atau kredit yang dijalankan
oleh bank, sehingga semakin rendah Non Perfoming Financing NPF
maka akan semakin tinggi jumlah pembiayaan yang akan disalurkan oleh bank. Semakin tinggi Non Perfoming Financing NPF
menunjukkan semakin
rendahnya kemampuan
bank dalam
mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkannya. Semakin sedikit dana pinjaman yang kembali ke bank, akan menyebabkan dana bank
yang tersedia untuk disalurkan semakin berkurang. Akibatnya, bank akan mengurangi jumlah dana yang akan disalurkan.
8. Dana Pihak Ketiga DPK
a. Definisi Dana Pihak Ketiga DPK
Kepercayaan masyarakat akan keberadaan bank dan keyakinan masyarakat bahwa bank akan menyelenggarakan sebaik-baiknya
permasalahan keuangannya,
merupakan suatu
keadaan yang
diaharapkan oleh semua bank. Menrut UU No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah Pasal 1
disebutkan bahwa, “Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada Bank Syariah dan
atau UUS berdasarkan Akad wa’diah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dalam
bentuk giro, Tabungan, atau bentuk merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan bank yang terdiri dari 3jenis yaitu Giro,
Tabungan,Deposito.
70
b. Macam-macam Dana Pihak Ketiga
Yang termasuk dalam dana pihak ketiga yaitu, giro, tabungan dan deposito. Ketiga macam dana pihak ketiga tersebut dijelaskan sebagai
berikut Karim, 2008:23: 1 Giro
Bank syariah dapat memberikan jasa simpanan giro dalam bentk rekening
wadi’ah bank syariah menggunakan prinsip wadi’ah dan giro mudharabah. Dalam bentuk
wadi’ah bank syariah menggunakan prinsip
wadi’ah yad dhamanah, dengan prinsip ini bank sebagai custodian harus meminjam pembayaran kembali nominal simpanan
wadiah. Dana tersebut digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dan
bank berhak atas pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan harta titipan tersebut dalam kegiatan komersial. Pemilik simpanan dapat
menarik kembali simpanan sewaktu-waktu, baik sebagaian maupun seluruhnya. Bank tidak boleh menyatakan, menjanjikan imbalan atas
keuntungan apapun pada pemegang rekening wadi’ah. Sedangkan
giro mudharabah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah, baik mudharabah mutlaqah dan mudhrabah muqayada.
Hal ini tergantung nasabah memilih dengan dengan akad yang disepakati.
71
2 Tabungan Tabungan mudharabah adalah tabungan dima na pemilik dana
shohibul maal mempercayakan dananya untuk dikelola bank mudharib dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati
sejak awal. Tabungan dapat diambil sewaktu-waktu sesuai dengan prinsip yang digunakan, tabungan mudharabah
ini merupakan “ investasi” yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan oleh
karena itu, modal yang diserahkan kepada pengelola dana bank tidak boleh ditarik sebelum akad berakhir. Hal ini disebabkan karena
akan mengganggu kelancaran usaha yang dilakukan oleh mudharib sehubung dengan pengelolaan dengan pengelolaan dana tersebut.
Selain produk tabungan mudharabah bank syariah juga memiliki produk tabungan
wadi’ah. Tabungan
wadi’ah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad
wadi’ah yaitu titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan khendak pemiliknya.
Berkaitan dengan produk tabungan wadi’ah, bank syariah
menggunakan akad wadi’ah yada dh-dhamanah. Dalam hal ini bank
memperoleh hak untuk menggunakan dana tersebut dengan konsekuensi bank harus dapat menjaga keutuhan dana tersebut dan
membagi keuntungan dari penggunaan dana namun tidak dalam bentuk perjanjiaan namun bersifat sukarela dari pihak-pihak.
72
3 Deposito Deposito Mudharabah atau lebih tepatnya deposito investasi
mudharabah merupakan investasi nasabah, penyimpan dana perorangan atau badan hukum yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dalam jangka tertentu jatuh tempo, dengan mendapatan imbalan bagi hasil.
c. Sumber Dana Pihak Ketiga
Dana yang bersumber dari masyarakat disebut Dana Pihak Ketiga Muhammad, 2002:92. Sumber dana pihak ketiga, dari segi
mata uang dibedakan menjadi: 1 Sumber Dana Pihak Ketiga Segi Mata Uang
a Sumber Dana pihak Ketiga Rupiah yaitu kewajiban-kewajiban bank yang tercatat dalam rupiah yaitu kewajiban-kewajiban bank
yang tercatat dalam rupiah kepada pihak ketiga bukan untuk bank baik kepada penduduk maupun bukan penduduk. Komponen DPK
ini terdiri dari giro, simpanan berjangka, tabungan, dan kewajiban-kewajiban lain. Tidak termasuk dana yang berasal dari
bank sentral. b Sumber Dana pihak Ketiga Valuta Asing yaitu kewajiban bank
yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak ketiga, baik penduduk maupun bukan penduduk termasuk pada bank sentral,
bank lain pinjaman melalui pasar uang. DPK valuta asing terdiri atas giro, call money, deposito on call, deposito berjangka, margin