111
PT Bakrieland Development Tbk 2015 Annual Report
B. Penghasilan Usaha Berdasarkan Produk
Jika ditinjau berdasarkan produk, maka penyumbang terbesar penghasilan usaha Perusahaan berasal
dari penjualan lahan, yaitu mencakup 16,8 dari total penghasilan usaha Perusahaan di tahun 2015.
Penyumbang terbesar kedua adalah perumahan dan hotel yaitu masing-masing sebesar 15,2.
Sementara hotel dan resort menjadi penyumbang terbesar ketiga yaitu sebesar 14,7
Penghasilan Usaha Berdasarkan Produk | Revenue by Product
Produk Product
Kontribusi Contribution
Perumahan | Landed Residential
15.2 Apartemen |
Apartment 8.9
Kantor Strata | Strata Oice
1.0 Hotel Strata |
Strata Hotel 6.0
Hotel Resort | Hotel Resort
14.7 Themepark |
Themepark 12.9
Commercial Strata | Strata Commercial
2.5 Kawasan Ritel Olahraga |
Retail Sports Center 5.5
Sewa Kantor | Oice Lease
3.8 Manajemen Jasa |
Management Services 11.5
Sales Land Lot | Sale of Lots
16.8 Lain-lain |
Others 1.2
B. Revenue by Product
If reviewed by product, the highest contributor to the Company’s revenue was the sale of lots
that accounted for 16.8 to the total Company’s earnings in 2015. The second highest proportion of
income contribution came from housing and hotels at 15.2 each, while hotel and resort ranked third as
a major contributor at 14.7
112
PT Bakrieland Development Tbk Laporan Tahunan 2015
Tinjauan Keuangan
Financial Review
Perumahan
Pendapatan dari sub-sektor perumahan selama tahun 2015 tercatat sebesar Rp212,5 miliar, atau
mengalami penurunan sebesar 0,8 dibandingkan dengan Rp214,2 miliar di tahun 2014. Proyek
perumahan Bogor Nirwana Residence, merupakan penyumbang utama pendapatan dari sub sektor
perumahan, yaitu mencakup 49,9 dari total penjualan perumahan. Penurunan penjualan sub-
sektor perumahan antara lain disebabkan oleh masih tingginya suku bunga KPR di tahun 2015.
Apartemen
Pendapatan dari sub-sektor apartemen tercatat sebesar Rp123,9 miliar di tahun 2015, atau
mengalami penurunan sebesar 58,2 dibandingkan dengan di tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh
menurunnya penjualan The Grove Condominium dan The Wave Condominium, karena jumlah unit
yang tersedia hampir sebagian besar telah terjual.
Perkantoran Strata
Dari sub-sektor perkantoran strata, Perusahaan mencatat penjualan sebesar Rp13,8 miliar di tahun
2015 dimana tidak terdapat penjualan di tahun 2014. Pendapatan ini berasal dari penjualan kantor
di lifestyle centre.
Hotel Strata
Pada tahun 2015, Perusahaan memperoleh pendapatan dari hotel strata sebesar Rp83,7miliar,
atau meningkat dibandingkan dengan Rp59,8 miliar di tahun 2014. Pendapatan hotel strata ini berasal
proyek Ocea Condotel, Awana Condotel, serta Aston Bogor Hotel.
Hotel Resor
Pendapatan dari Hotel Resor selama tahun 2015 mencapai Rp205,1 miliar, mengalami peningkatan
sebesar 1,6 dibandingkan dengan Rp201,9 miliar di tahun sebelumnya. Pendapatan ini terutama berasal
dari Aston Rasuna Hotel dan Aston Bogor Hotel.
Selain itu, Perusahaan juga memperoleh pendapatan dari Hotel Elty Tenggarong sebesar
Rp8,4 miliar dan Rp12,8 miliar dari Grand Elty Krakatoa di tahun 2015.
Landed Residential
Income from the housing sub-sector in 2015 amounted to Rp212.5 billion or a 0.8 decrease
compared to Rp214.2 billion in 2014. Bogor Nirwana Residence housing project in Bogor was the main
income contributor from the housing sub-sector, which accounts for 49.9 of total sales of housing
units. This drop in housing sales was partly due to mortgage interest rates that remained relatively
high in 2015.
Apartment
The apartment sub-sector generated income totaling Rp123.9 billion in 2015, which was a
decrease of 58.2 compared to 2014. This occurred as a result from the declining sales of The Grove
Condominium and The Wave Condominium, as most of the of available units have been sold.
Strata Oice
From the strata oice sub-sector, the Company posted sales worth Rp13.8 billion in 2015 compared
to none in 2014. Income was generated from the sale of oice space in Lifestyle Center.
Strata Hotel
In 2015, the Company derived income from strata hotels to the amount of Rp83.7 billion, which was
an increase from Rp59.8 billion in 2014. This amount of income was obtained from the Ocean Condotel ,
Awana Condotel and Aston Bogor Hotel project.
Hotel Resorts
Income from Hotel Resorts for 2015 reached Rp205.1 billion, which was a 1.6 increase from
Rp201.9 billion compared to the previous year. This was mainly sourced from the Aston Rasuna Hotel
and Aston Bogor Hotel.
Furthermore, Company earnings also originate from Elty Tenggarong Hotel amounting for Rp8.4 billion
and Rp12.8 billion from Grand Elty Krakatoa in 2015.
113
PT Bakrieland Development Tbk 2015 Annual Report
Waterpark and Entertainment Waterpark
Themepark memberikan kontribusi pendapatan yang cukup baik, yaitu sebesar Rp180,3 miliar
di tahun 2015, mengalami peningkatan sebesar 49,1 dari Rp120,9 miliar di tahun 2014. Termasuk
pendapatan dari themepark ini adalah pendapatan dari The Jungle Waterpark dan Jungle Festival
yang berlokasi di dalam perumahan Bogor Nirwana Residence serta JungleLand Adventure Theme
Park JungleLand yang berlokasi di kawasan Sentul Nirwana.
Jumlah pengunjung The Jungle Waterpark selama tahun 2015 tercatat sebanyak 571.217 orang, atau
mengalami penurunan sebesar 22,7 dibandingkan dengan 738.614 orang di tahun 2014. Hal ini
disebabkan oleh makin banyaknya wahana hiburan di daerah Jabodetabek yang membuat pengunjung
memiliki banyak pilihan tempat untuk berlibur.
Bidang Retail Olahraga
Pendapatan dari sub-sektor retail olahraga selama tahun 2015 tercatat sebesar Rp76,5 miliar
atau mengalami penurunan dibandingkan dengan Rp166,4 miliar di tahun 2014. Pendapatan dari sub-
sektor ini terutama disumbangkan oleh penyewaan area perbelanjaan Plaza Festival, penjualan Orchard
Walk di Bogor Nirwana Residence dan juga berasal dari keanggotaan Elite Club Rasuna yang mencapai
2.170 orang pada 31 Desember 2015. Untuk area komersial Plaza Festival, tingkat hunian tercatat
sangat baik, yaitu meningkat dari 89,9 di tahun 2014 menjadi 96,3 di tahun 2015.
Beban Pokok Penghasilan
Seiring penurunan penghasilan usaha bersih, Perusahaan juga mencatat penurunan beban
pokok penghasilan sebesar 13,2 di tahun 2015 menjadi Rp700,9 miliar. Karena penurunan beban
pokok penghasilan ini tidak secepat penurunan penghasilan bersih, laba kotor mengalami
penurunan sebesar 10,0 menjadi Rp694,7 miliar di tahun 2015.
Waterpark and Entertainment Waterpark
Themeparks contributed signiicantly to the Company income at Rp180.3 billion in 2015,
increasing 49.1 from Rp120.9 billion in 2014. Income for the themepark sub-sector originated from
The Jungle Waterpark and Jungle Festival which is located within Bogor Nirwana Residence, and
JungleLand Adventure Theme Park JungleLand in Sentul Nirwana.
In 2015, The Jungle Waterpark managed to draw in 571.217 visitors, which was an increase of 22.7
compared to 738.614 people in 2014. This is due to the growing number of recreational facilities in the
Jabodetabek area, providing vacation options to visitors.
Retail Sports Center
The retail sports center sub-sector generated Rp76.5 billion in income in 2015, which has
decreased from Rp166,4 billion in 2014. Income from this sub-sector was primarily derived from
the lease of Plaza Festival’s shopping area, sales at Orchard Walk in Bogor Nirwana Residence and
membership at Elite Club Rasuna which reached, 2.170 member as of 31 December 2015. For the
commercial area within Plaza Festival, tenancy rates have been highly satisfactory, increasing from
89.9 in 2014 to 96.3 in 2015.
Cost of Revenues
In line with the decrease in net earnings, the Company also saw a decline in its cost of revenues
to as much as 13.2 in 2015 which amounts to Rp700.9 billion. As the rate in which the decrease
in cost of revenues is not as high as the drop in net earnings, the Company’s gross proit fell 10.0 to
Rp694.7 billion in 2015.
114
PT Bakrieland Development Tbk Laporan Tahunan 2015
Tinjauan Keuangan
Financial Review
Beban Usaha
Komponen utama beban usaha Perusahaan adalah beban penjualan serta beban umum dan
administrasi. Beban penjualan antara lain terdiri dari biaya iklan dan promosi, komisi penjualan serta
pameran dan hiburan. Beban penjualan mengalami peningkatan sebesar 15,2 dari Rp50,0 miliar di
tahun 2014 menjadi Rp57,6 miliar di tahun 2015, terutama dipicu oleh peningkatan beban penjualan
lain-lain sebesar 194,8 dari Rp5,8miliar di tahun 2014 menjadi Rp17,1 miliar di tahun 2015. Kenaikan
beban penjualan lain-lain ini terutama berasal dari kenaikan beban gaji bagian penjualan JLA terkait
dengan akuisisi JLA di tahun 2014 sebesar Rp2,6 miliar. Di tahun 2014 angka ini hanya mencerminkan
penjualan selama 3 bulan sedangkan di tahun 2015 selama setahun penuh.
Beban umum dan administrasi mengalami kenaikan sebesar 11,6 dari Rp540,1 miliar di tahun 2014
menjadi Rp603,1 miliar di tahun 2015. Komponen beban umum dan administrasi yang mengalami
kenaikan cukup tajam adalah cadangan kerugian penurunan nilai yang naik sebesar 363,5 dari
Rp20,8 miliar di tahun 2014 menjadi Rp96,4 miliar di tahun 2015 atas cadangan kerugian penurunan
nilai Surat Utang Konversi SUK PT Madison Global. Sementara itu, beban gaji, upah dan tunjangan
yang mencakup 45,2 dari total beban umum dan administrasi mengalami peningkatan sebesar 5,7
menjadi Rp272,6 miliar di tahun 2015. Selain itu terdapat penurunan cukup tajam adalah honorarium
tenaga ahli yang menurun sebesar 66,4 dari Rp66,3 miliar di tahun 2014 menjadi Rp22,3 miliar di tahun
2015. Penurunan beban honorarium tenaga ahli ini antara lain terkait dengan akuisisi PT JungleLand
Asia JLA, entitas anak, di tahun 2014 atas beban jasa konsultan wahana area bermain di JungleLand serta
restrukturisasi utang bank sebesar Rp29,3 miliar.
Operating Expenses
A key component of the Company’s operating expense is selling expense as well as general and
administrative expense. Selling expense among others consists of advertising and promotion
expense, sales commission as well as exhibition and entertainment expense. Selling expense increased
15.2 from Rp50.0 billion in 2014 to Rp57.6 billion in 2015, and this is mainly attributed to a surge in
other sales expenses at 194.8 from Rp5.8 billion in 2014 to Rp17.1 billion in 2015. This increase in other
sales expense is primarily due to a rise in JLA salary expense related to JLA acquisition in 2014 to the
amount of Rp2.6 billion. In 2014, this amount only covered sales during 3 months, while in 2015 it was
for an entire year.
General and administrative cost increased to as much as 11.6 from Rp540.1 billion in 2014 to
Rp603.1 billion in 2015. Under this expense item, the allowance of impairment loss sharply increased
by 363.5 from Rp20.8 billion in 2014 to Rp96.4 billion in 2015 over the allowance of impairment
loss of the convertible bonds of PT Madison Global. Meanwhile, salary, wage and allowance expence
which accounted for 45.2 of the total general and administrative cost, increased by 5.7 amounting
Rp272.6 billion in 2015. In addition, a sharp drop was experienced by the cost component for the
experts honorarium that plunged by 66.4, from Rp66.3 billion in 2014 to Rp22.3 billion in 2015.
This among others is due to the acquisition of PT Jungleand Asia JLA, a Subsidiary, for
consultancy fees on JungleLand’s attractions, and bank loan restructuring in 2015 which amounted to
Rp29.3 billion.
115
PT Bakrieland Development Tbk 2015 Annual Report
Penghasilan Beban Bunga dan Keuangan – Bersih
Perusahaan mencatat penurunan beban bunga dan keuangan bersih dari Rp603,8 miliar di tahun 2014
menjadi Rp425,4 miliar di tahun 2015. Penurunan ini terutama disebabkan oleh tidak adanya beban
transaksi derivative Equity Linked Bonds di tahun 2015 menurun sebesar Rp81 miliar dibandingkan
tahun 2014 serta adanya pelunasan beberapa utang bank dan lembaga keuangan di tahun 2015.
Pelunasan beberapa utang bank dan lembaga keuangan ini menyebabkan penurunan bunga
bank dan lembaga keuangan dari Rp638,1 miliar di tahun 2014 menjadi Rp596,8 miliar di tahun 2015.
Selain beban keuangan, biaya administrasi bank dan provisi juga mengalami penurunan dari Rp73,7
miliar di tahun 2014 menjadi Rp21,1 miliar di tahun 2015.
Perpajakan
Beban pajak tahun berjalan Perusahaan dan Anak perusahaan ditentukan berdasarkan laba kena
pajak pada tahun yang bersangkutan yang dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku di Indonesia.
Lebih lanjut, pajak penghasilan sewa dan jasa pemeliharaan yang dikenakan pajak penghasilan
inal, beban pajaknya diakui proporsional dengan jumlah penghasilan menurut akuntansi.
Perusahaan dan Anak perusahaan menerapkan metode penangguhan pajak untuk menentukan
manfaat beban pajak sesuai dengan PSAK No. 46, “Akuntansi Pajak Penghasilan.” Berdasarkan
metode tersebut, Perusahaan mengakui aset dan kewajiban pajak tangguhan atas pengaruh pajak
di masa yang akan datang yang mencerminkan perbedaan antara nilai tercatat asset dan kewajiban
dengan masing-masing dasar pengenaan pajaknya. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua
perbedaan temporer kena pajak, sedangkan aset pajak tangguhan hanya diakui jika terdapat
kemungkinan penghasilan kena pajak di masa yang akan datang dapat dimanfaatkan terhadap
perbedaan temporer tersebut.
Interest Income Expense and Financial Charges – Net
The Company’s net interest expense and inancial charges decreased from Rp603.8 billion in 2014 to
Rp425.4 billion in 2015. This is primarily attributed to the absence of any derivative transaction cost for
equity-linked bonds in 2015 fell to as much as Rp81 billion compared to 2014 and the settlement of
several loans from banks and inancial institutions in 2015. The loan settlements have resulted in
a drop in the interest rates of banks and inancial institutions from Rp638.1 billion in 2014 to Rp596.8
billion in 2015. Apart from inancial charges, bank administrative and provision expenses also
decreased from Rp73.7 billion in 2014 to Rp21.1 billion in 2015.
Tax
Tax expense in the current year for the Company and its subsidiaries is determined according to the
taxable proit for the said year which is calculated at the applicable tax rate in Indonesia. Furthermore,
in regard to income tax from rent and maintenance services from which a inal income tax is imposed,
the tax expense is recognized in proportion to the amount of income for accounting purposes.
The Company and Subsidiaries apply a deferred tax method to determine tax beneit expense
according to PSAK No.46 on “Accounting for Income Taxes”. Based on this method, the Company
recognizes its deferred tax assets and liabilities for future tax efects that relect the diferences
between the carrying amount of assets and liabilities with the respective tax base. Deferred tax
liabilities are recognized for all taxable temporary diferences, while deferred tax assets are only
recognized if there is likelihood of taxable income to be utilized for the temporary diferences.
116
PT Bakrieland Development Tbk Laporan Tahunan 2015
Tinjauan Keuangan
Financial Review
Perubahan aset dan kewajiban pajak tangguhan yang disebabkan oleh perubahan tarif pajak
dibebankan pada tahun berjalan. Tidak terdapat pengakuan atas aset dan kewajiban pajak
tangguhan yang berhubungan dengan pajak penghasilan inal. Amandemen terhadap kewajiban
perpajakan dicatat pada saat diterimanya surat ketetapan, atau apabila dilakukan banding, ketika
hasil banding sudah diputuskan.
Untuk tahun 2015 taksiran pajak bersih Perusahaan adalah sebesar Rp17,9 miliar, atau menurun
dibandingkan dengan Rp20,9 miliar di tahun 2014.
Laba Bersih
Perusahaan mencatat rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar
Rp726,3 miliar di tahun 2015, dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp471,9 miliar di tahun 2014.
Rugi bersih ini antara lain dipicu oleh adanya beban lain-lain yang timbul sebagai akibat dari tingginya
denda pajak di tahun tersebut, yaitu dari Rp3,6 miliar di tahun 2014 menjadi Rp110,6 miliar di tahun 2015.
Selain itu, perusahaan juga tidak mencatat laba dari divestasi ataupun pembelian dengan diskon di
tahun 2015. Laba ini sangat signiikan di tahun 2014 sehingga mendukung perusahaan membukukan
laba bersih di tahun tersebut.
ARUS KAS
Kas Bersih dari Aktivitas Operasi
Arus kas dari aktivitas operasi Perusahaan sebagian besar berasal dari penerimaan kas dari pelanggan
dikurangi dengan berbagai pembayaran dari kegiatan operasional termasuk kepada pemasok,
karyawan, beban usaha, pembelian tanah serta pembayaran bunga dan pajak. Kas bersih dari
aktivitas operasi tercatat sebesar Rp113,3 miliar pada tahun 2015 dibandingkan dengan Rp138,1
miliar pada tahun 2014 seiring dengan lebih rendahnya beban keuangan di tahun tersebut
serta tidak terdapatnya pembelian tanah di tahun tersebut.
Changes to deferred tax assets and liabilities resulting from changes in tax rates are charged to
the current year. There is no recognition of deferred tax assets and liabilities associated with the inal
income tax. Changes to tax liabilities are recorded upon receipt of the tax assessment letter, or if
appealed against, when a decision has been made on the appeal.
In 2015, the Company’s estimated tax is Rp17.9 billion, which decreased from Rp20.9 billion in 2014.
Net Proit
The Company posted a net loss of Rp726.3 billion in 2015 which can be attributed to the parent
company, compared to a net proit of Rp471.9 billion in 2014. This net loss among others arose
from the incurrence of other expenses due to the substantial amount of tax penalty in that year
which surged from Rp3.6 billion in 2014 to Rp110.6 billion in 2015. Furthermore, the Company also did
not post any proit from divestments or discounted purchases in 2015. Proits from these components
were substantial in 2014 which made it possible for the Company to record a net proit in that particular
year.
CASH FLOW
Net Cash from Operating Activities
Net cash from the Company’s operating activities mostly originates from cash received from
customers subtracted with various payments for operating activities, including to suppliers
and employees, and for operating expense, land acquisition and interest and tax. Net cash from
operating activities amounted to Rp113.3 billion in 2015 compared to Rp138.1 billion in 2014, which
corresponds to a decrease in inancial charges in that year, and no land acquisition was made.
117
PT Bakrieland Development Tbk 2015 Annual Report
Kas Bersih dari Aktivitas Investasi
Perubahan arus kas dari aktivitas investasi antara lain berasal dari perubahan pada aset tetap, investasi
jangka pendek dan jangka panjang, penyertaan saham, penerimaan penjualan aset tetap serta
perubahan pada dana dalam pembatasan. Pada tahun 2015, kas bersih Perusahaan dari
aktivitas investasi tercatat sebesar Rp155,6 miliar dibandingkan dengan Rp90,3 miliar pada tahun
2014 seiring adanya peningkatan penyertaan saham dan penurunan dana dalam pembatasan.
Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan
Perubahan arus kas dari aktivitas pendanaan sebagian besar mencakup perubahan pada
pinjaman jangka pendek dan panjang termasuk obligasi serta perubahan utang dan piutang pihak
berelasi. Kas bersih Perusahaan dari aktivitas pendanaan tercatat sebesar Rp797 juta di tahun
2015 dibandingkan dengan Rp55,3 miliar di tahun 2014. Penurunan kas bersih dari aktivitas
pendanaan pada tahun 2015 antara lain disebabkan oleh pelunasan utang jangka pendek dan utang
kepada pihak berelasi di tahun tersebut.
Perusahaan akan tetap mengandalkan ketersediaan kas internal melalui aktivitas operasi Perusahaan
operating cash inlow dengan didukung oleh pendanaan eksternal seperti utang bank dan
pendanaan dari pasar modal, guna memelihara tingkat likuiditas yang sehat di masa yang akan
datang.
Uraian Description
2015 2014
Kas Bersih yang Diperoleh dari Aktivitas Operasi Net Cash Flow from Operating Activities
113.3
138.1
Kas Bersih yang Digunakan untuk Aktivitas Investasi Net Cash Flow from Investing Activities
155.6 90.3
Kas Bersih yang Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan
Net Cash Flow from Funding Activities 0.8
55.3
III. KEMAMPUAN MEMBAYAR UTANG