33
Two Stay-Two Stray
yang dikemukakan Syaiful Bahri Djamarah, tidak mencantumkan tahapan yang menjelaskan bahwa guru
memberikan suatu permasalahan subpokok bahasan kepada siswa untuk didiskusikan dan tidak adanya kegiatan mempresentasikan hasil
diskusi di depan kelas di depan teman-temannya. Sedangkan tahapan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS
Two Stay-Two Stray
yang dikemukakan oleh Agus Suprijono juga belum ada tahapan adanya kegiatan presentasi di depan kelas.
Berdasarkan dari kajian di atas, langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS
Two Stay-Two Stray
yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yang dikemukakan oleh
Miftahul Huda sebagai berikut: a.
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa.
b. Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok
untuk dibahas bersama-sama dengan angoota kelompok masing- masing
c. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat
orang. d.
Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain
e. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan
hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain
34 f.
Tamu mohon berdiri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain
g. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka
h. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka
C. Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Menurut Nasution Syaiful Bahri Djamarah, 2011: 123 masa usia sekolah dasar merupakan masa anak-anak akhir yang berlangsung dari usia
6 tahun sampai sebelas atau dua belas tahun. Usia ini ditandai dengan dimulainya anak masuk sekolah dasar dan dimulainya sejarah baru dalam
kehidupannya yang kelak akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya.
Menurut Desmita 2009: 35, anak-anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak yang usianya lebih muda
atau lebih tua. Anak sekolah dasar senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan sesuatu secara langsung. Selanjutnya
Desmita 2009: 104, juga mengemukakan bahwa anak usia sekolah dasar sudah memiliki kemampuan untuk berfikir melalui urutan sebab akibat
dan mulai mengenali banyaknya cara yang bisa ditempuh dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Oleh sebab itu, guru hendaknya
mengembangkan model pembelajaran yang mengusahakan siswa untuk bergerak, belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan untuk
terlibat langsung dalam pembelajaran.
35 Siswa Sekolah Dasar umumnya berusia sekitar 6-12 tahun. Siswa
kelas IV digolongkan sebagai kelas tinggi pada jenjang Sekolah Dasar. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar berlangsung antara usia 910 tahun
– 1213 tahun, dan biasanya duduk di kelas IV, V, dan VI Rita Eka Izzaty
dkk, 2008: 116. Ciri-ciri khas yang nampak pada siswa kelas IV sebagai masa kelas tinggi menurut Rita Eka Izzaty dkk 2008: 116-117 adalah:
1. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
2. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis
3. Timbul minat terhadap pelajaran-pelajaran khusus
4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai
prestasi belajarnya di sekolah. 5.
Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau
peergroup
untuk bermain bersama, mereka juga membuat peraturan sendiri untuk kelompoknya.
Lebih lanjut lagi, menurut Piaget Rita EkaIzzaty dkk, 2008: 106 masa kelas tinggi sekolah dasar memiliki ciri sebagai berikut:
1. Berpikir logis terhadap obyek yang konkret
2. Mulai bersikap sosial
3. Mulai memperhatikan dan menerima pandangan orang lain
4. Dapat memecahkan masalah yang bersifat konkret
5. Mengerti perubahan-perubahan dan proses dari kejadian yang
lebih kompleks serta hubungannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak kelas
IV SD masuk ke dalam kelas tinggi yang berada pada rentang 910 – 1213
tahun. Siswa yang berada dalam rentang umur tersebut memiliki karakteristik antara lain mulai bersikap sosial perhatiannya tertuju kepada
kehidupan praktis sehari-hari, memiliki rasa ingin tahu, ingin belajar dan realistis, timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus, memandang
36 nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah,
suka membentuk kelompok sebaya. Sesuai dengan karakteristik-karakteristik di atas, khususnya pada
karakteristik siswa kelas tinggi dimana siswa mulai bersikap sosial, memecahkan masalah yang bersifat konkret dan berpikr kritis. Dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS
Two Stay Two Stray
, siswa diajarkan untuk mengembangkansikap tanggung jawab.
D. Keterkaitan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TS-TS
Two Stay-Two Stray
dan Sikap Tanggung Jawab
Di dalam pendidikan terdapat proses kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar interaksi dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Pada proses pembelajaran inilah
yang menghasilkan perubahan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap. Pendidikan yang berkualitas melibatkan siswa aktif dalam proses
pembelajaran. Tidak hanya menekankan pada keberhasilan kognitif saja, namun juga menekankan pada keberhasilan dalam keterampilan dan
perubahan sikap pada siswa. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran dimana siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan
mengarah pada terbentuknya nilai-nilai yang dibutuhkan siswa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Salah satu model pembelajaran yang menekankan siswa pada nilai sosial dalam muatan akademik adalah model pembelajaran kooperatif.
37 Roger ddk Miftahul Huda, 2011: 29 menjelaskan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan
informasi secara sosial dan pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota-anggota yang lainnya. Model ini bertujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai sosial yang
bermuatan akademik. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat mengembangkan sikap tanggung jawab siswa adalah model
pembelajaran kooperatif tipe TS-TS
Two Stay-Two Stray
. Miftahul Huda 2013: 207 mengemukakan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS
Two Stay-Two Stray
merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling
membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS
Two Stay-Two Stray
ini siswa dibagi tugas adanya membagikan hasil diskusinya kepada kelompok lain, ada juga yang menerima hasil diskusi dari kelompok lain.
Dalam hal ini siswa mempunyai tugas masing-masing, dan siswa harus dapat bertanggung jawab terhadap apa yang telah menjadi tugasnya. Siswa
harus bersikap tanggung jawab untuk membagikan hasil diskusi atau informasinya kepada kelompok lain. Siswa juga harus mempunyai sikap
tanggung jawab dalam menyampaikan hasil diskusinya tersebut kepada