lahan dengan penggunaan lahan. Bila nilai lahan dihubungkan dengan pertanian, maka variasi nilai lahan akan banyak tergantung pada faktor kesuburan tanah,
selain faktor lingkungan, irigasi, dan lokasi lahan tersebut. Lokasi lahan berkaitan dengan aksesibilitas. Lahan yang subur biasanya akan memberikan hasil yang
lebih besar dibandingkan dengan lahan yang tidak subur. Selain dari kesuburan tanah, harga lahan dapat ditentukan oleh faktor lokasi. Nilai lahan ditentukan oleh
tingkat aksesibilitasnya, semakin tinggi tingkat aksesibilitas suatu lokasi akan semakin tinggi pula nilai lahannya, demikian juga sebaliknya. Nilai lahan itu
sendiri mempunyai pengertian yaitu suatu penilaian atas lahan didasarkan pada kemampuan lahan secara ekonomis dalam hubungannya dengan
produktivitasnya. Sedangkan harga lahan mempunyai pengertian yaitu penilaian atas lahan yang diukur berdasarkan harga nominal dalam satuan uang untuk
satuan luas persil Drabkin, 1977.
2.3.3. Urban Sprawls
Urban sprawl. Menurut Staley 1998 adalah proses perembetan kenampakan fisik perkotaan ke arah luar kota dalam hal ini adalah pinggiran kota
urban fringe area. Sedangkan Donochel dalam Yunus 2000, menyatakan bahwa urban sprawl adalah sebagai suatu pertumbuhan dari wilayah perkotaan
yang menuju suatu proses tipe pembangunan penggunaan lahan yang beragam di daerah pinggiran kota. Selanjutnya Kelly 2001 berpendapat bahwa urban
sprawl adalah suatu tipikal karakteristik yang ditunjukan oleh pemanfaatan lahan yang tidak perlu, pemecahan daerah terbuka open space, adanya celah yang
lebar antara pembangunan dan penampilan yang menyebar, pemisahan penggunaan wilayah, dan adanya kesenjangan antara public space dengan
community center. Dengan terjadinya gejala urban sprawl menyebabkan adanya dinamika penggunaan lahan yang cukup tinggi dan cepat, baik volume maupun
frekuensinya sehingga akan memberikan kondisi yang merugikan dan buruk di wilayah pinggiran kota tersebut.
Proses gejala urban sprawl yang tidak terkontrol akan menimbulkan pengaruh negatif pada fungsi kota secara keseluruhan dan daerah-daerah
sekitarnya. Untuk itu diperlukan upaya pengaturan gejala urban sprawl sedini mungkin, bagi negara Amerika Serikat dan Kanada upaya tersebut telah
dilaksanakan secara baik dengan menciptakan berbagai ragam teknik manajemen pertumbuhan lahan kekotaan di daerah pinggiran kota Yunus,
2000. Secara garis besar ada tiga macam tipe urban sprawl yaitu: Perembetan konsentris Concentric Development, Perembetan Memanjang Ribbon
Development, dan Perembetan Meloncat Leap Frog Development. a. Perembetan konsentris Concentric Development
Tipe ini merupakan jenis perembetan areal perkotaan yang paling lambat. Perembetan berjalan perlahan-lahan terbatas pada semua bagian-bagian luar
kenampakan fisik kota Gambar 2. Karena sifat perembetannya yang merata di semua bagian luar kota yang sudah ada, maka tahap berikutnya akan
membentuk suatu kenampakan morfologi kota yang relatif kompak. Peranan transportasi terhadap perembetan ini tidak begitu besar.
Gambar 2. Urban Sprawl tipe Concentric Development b. Perembetan Memanjang Ribbon Development
Tipe ini menunjukan ketidakmerataan perembetan areal kekotaan di semua bagian sisi-sisi luar dan pada daerah kota utama. Perembetan paling
cepat terlihat di sepanjang jalur transportasi yang ada, khususnya yang bersifat menjari radial dari pusat kota Gambar 3.
Gambar 3. Urban Sprawl tipe Ribbon Development
c. Perembetan Meloncat Leap Frog Development Tipe perkembangan ini oleh kebanyakan pakar lingkungan dianggap
paling merugikan, tidak efisien dalam arti ekonomi, tidak mempunyai nilai estetika dan tidak menarik. Perkembangan lahan perkotaannya terjadi berpencaran
secara sporadis dan tumbuh di tengah-tengah lahan pertanian Gambar 4.
Gambar 4. Urban Sprawl tipe Leap Frog Development
2.3.4. Dinamika Lanskap