Kebijakan Perizinan . Disain Kebijakan Pengendalian Ruang di Sekitar Kawasan Konservasi Taman Hutan Raya Djuanda Provinsi Jawa Barat

180 Peraturan zonasi yang lengkap akan memuat prosedur pelaksanaan pembangunan sampai ke tata cara pengawasannya. Sebagai pedoman penyusunan rencana operasional. Ketentuan zoning dapat menjadi jembatan dalam penyusunan rencana tata ruang yang bersifat operasional, memuat ketentuan-ketentuan tentang penjabaran rencana yang bersifat makro ke dalam rencana yang bersifat sub makro sampai pada rencana yang rinci. Sebagai panduan teknis pemanfaatan lahan. Ketentuan zoning mencakup guna lahan, intensitas pembangunan, tata bangunan, prasarana minimum, dan standar perencanaan. Peraturan zonasi terdiri atas: zoning text zoning statementlegal text: berisi aturan-aturan menjelaskan tentang tata guna lahan dan kawasan, permitted and conditional uses, minimum lot requirements, standar pengembangan, administrasi pengembangan zoning. Zoning map: berisi pembagian blok peruntukan zona, dengan ketentuan aturan untuk tiap blok peruntukan tersebut menggambarkan peta tata guna lahan dan lokasi tiap fungsi lahan dan kawasan. .

2. Kebijakan Perizinan .

Perizinan pemanfaatan ruang dimaksudkan untuk mencegah penyimpangan pemanfaatan ruang sehingga setiap pemanfaatan ruang harus sesuai dengan rencana tata ruang. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, baik yang dilengkapi dengan izin maupun yang tidak memiliki izin pemanfaatan ruang dikenai sanksi administratif, sanksi pidana penjara dan pidana denda. Pemerintah Propinsi dapat melakukan pengendalian pembangunan di kawasan sekitar Tahura dengan menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, sedangkan sasarannya adalah meminimalkan penyimpangan terhadap RTRWP yang dilaksanakan melalui pengawasan dan penertiban. Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang adalah : 1. Mengendalikan pemanfaatan ruang melalui pengawasan dan penertiban yang didasarkan kepada RTRWP. 2. Menjadikan pemberian izin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat pengendali pemanfaatan ruang yang merupakan kewenangan 181 KabupatenKota dalam pelaksanannya memperhatikan dan mempertimbangkan RTRWP. Dalam menjalankan kebijakan tersebut, koordinasi pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan oleh Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah Propinsi TKPRD yang ditetapkan oleh Gubernur. Proses perizinan dalam pengendalian pemanfatan ruang pada dasarnya merupakan suatu konfirmasi terhadap rencana atau usulan pemanfaatan ruang yang akan mengubah atau mempertahankan fungsi utama kawasan, guna lahan, dan intensitas kegiatan. Keputusan penertiban izin terhadap permohonan pemanfaatan ruang yang berlangsung harus mempertimbangkan lima kriteria utama, yaitu: 1. Fungsi utama kawasan dengan kesesuaian lahannya. 2. Penggunaan lahan yang diperkenankan. 3. Intensitas pembangunan yang ditetapkan. 4. Penyesuaianpelandaian lahan yang diperbolehkan. 5. konflik fungsional antara peruntukan dengan kecenderungan perkembangan yang terjadi. Sesuai dengan hirarki rencana tata ruang penertiban izin dalam pemanfaatan ruang harus mengacu kepada RTRW KabupatenKota dan rencana yang lebih rendah : 1. RTRW KabupatenKota skala 1:50.000 – 1:20.000, digunakan sebagai acuan penertiban perizinan lokasi peruntukan ruang untuk suatu kegiatan. 2. RRTRW Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah kawasan Skala 1:10.000 – 1:15.000, digunakan sebagai acuan penertiban perizinan perencanaan pembangunan planning permit bangunan dan bukan bangunan. 3. RRTRW Sub KawasanRTRK skala 1:1.000 – 1:5.000, digunakan sebagai acuan penertiban perizinan letak dan rancangan bangunan dan bukan bangunan termasuk di sini adalah Izin Mendirikan Bangunan IMB. Pedoman penataan ruang dan bangunan, seperti Panduan Rancang Kota Urban Design Guidlines dan Panduan 182 Pembangunan Kota Urban Development Guidlines pada skala rencana rinci.

3. Kebijakan Pemberian Insentif dan Disinsentif