mempengaruhi sehari-hari sebagai commuter penglaju untuk bekerja di kota
Rustiadi dan Panuju, 2000.
Berdasarkan jarak fisiknya dengan pusat kota induknya, dari penelitian Russwurn dalam Yunus 2000 dikatakan bahwa daerah yang termasuk dalam
urban fringe area adalah daerah yang terletak sekitar radius 15 sampai 25 kilometer pada suatu pusat kota. Sejalan dengan ini pendapat Pryor dalam
Yunus 2000 telah menghitung persentase penggunaan lahan perkotaan, persentase penggunaan lahan kedesaan dan persentase jarak dari lahan
perkotaan built-up ke lahan kedesaan, dimana ketiga komponen ini digabungkan di dalam segitiga penggunaan lahan desa-kota urban-rural land
use triangle. Terlihat bahwa urban fringe area adalah daerah yang sebagian besar penggunaan lahannya didominasi oleh bentuk-bentuk penggunaan lahan
kekotaan sebesar 60 dan terentang dari titik perbatasan urban sampai jarak 40 dari titik tersebut.
Percentege Urban Land Use
Percentege Urban Land Use
Wholly Rural
Wholly Rural
Rural-Urban Fringe Urban Fringe
Rural Fringe
25 50
75 100
100
75 50
25 Distance
Gambar 5 Segitiga Pemanfaatan Lahan di Kawasan Rural – Urban Fringe
2.4. Keindahan Kawasan
Kualitas diartikan sebagai derajat keunggulan. Penilaian kualitas lanskap meliputi semua aspek lingkungan dan pengalaman manusia terhadap
lingkungan. Penilaian kualitas lansekap minimum dapat menentukan secara
visual lanskap mana yang lebih baik atau lebih unggul dibanding dengan yang lain Daniel, 2001. Beberapa parameter digunakan untuk menentukan kualitas
visual suatu lansekap yaitu kesatuan sumberdaya visual lansekap dalam membentuk suatu unit visual yang harmonis dan koheren, kesan hidup dari
penggabungan elemen-elemen yang kontras, visual elemen-elemen pembentuk lansekap serta keutuhan kondisi lansekap alami dan bantuan Iverson et al.,
1993. Estetika lansekap dan evaluasi pemandangan merupakan bagian yang
penting dalam memahami lansekap secara luas. Estetika secara umum didefinisikan sebagai suatu pengetahuan tentang keindahan atau pembelajaran
keselarasan terhadap alam atau seni Ewald, 2001. Sedangkan kualitas visual estetis merupakan hasil pertemuan antara fitur fisik dari lansekap dan proses
psikologis perseptual, kognitif, dan emosional dari pengamat Daniel, 2001. Estetika erat hubungannya dengan keindahan. Keindahan menurut
Simonds 1983 merupakan hubungan yang harmonis dari semua elemen atau komponen yang dirasakan. Berhubungan dengan pengembangan kawasan
rekreasi, estetika dalam suatu lanskap dapat berarti keindahan yang dapat mempengaruhi kualitas suatu lingkungan untuk tujuan pengembangan tersebut
dan merupakan salah satu sumber daya alam sehingga perlu dilestarikan dan ditingkatkan kualitasnya.
Estetika merupakan sesuatu yang bersifat subyektif berbeda menurut individu yang menilai. Estetika secara umum selalu berhubungan dengan
bentukan dan kualitas suatu material. Bentuk material merupakan wujud fisik yang dapat ditangkap oleh mata dan berkaitan dengan warna serta tekstur dari
material. Menurut Nohl 1988 selain dapat ditafsirkan melalui karakteristik formalnya yaitu bentuk, garis, warna, dan tekstur, kualitas estetika juga dapat
dibentuk dari kombinasi kompleksitas, keserasian, dan kesatuan. Keindahan pemandangan scenic beauty merupakan hasil tanggapan
atau respon seseorang terhadap lansekap di sekitarnya. Scenic beauty ini dipengaruhi oleh bentukan fisik seperti topografi, pola vegetasi, kemiringan
lahan, penutupan bangunan, rasio area berlantai dan karakteristik pengamat seperti pergerakan, latar belakang personal, lokasi dan sudut pandang.
Bentukan fisik dapat dijadikan sebagai penduga keindahan jika keindahan tersebut secara konsisten dapat dihubungkan dengan bentukan fisik lansekap
tersebut Don-Gwong Sung et al., 2001, sedangkan Simond 1983 menyatakan
bahwa keindahan merupakan hubungan yang harmonis dari semua komponen yang dirasakan.
Daniel dan Boster 1976 menyatakan pengertian keindahan pemandangan scenic beauty didasarkan pada premis bahwa keindahan
merupakan suatu konsep yang interaktif. Keindahan pemandangan tidak hanya pada penglihatan mata saja tapi juga semata-mata sebagai bagian dari lansekap.
Keindahan pemandangan sebagian besar tergantung pada penilaian manusia, meskipun secara obyektif sulit untuk diukur.
Kualitas estetika mempunyai kontribusi dalam membentuk karakter dan identitas suatu tempat Heat, 1988. Kombinasi yang dilakukan serta manipulasi
dalam penggunaan material serta komposisi yang seimbang dapat menciptakan keindahan suatu lanskap tidak bisa terlepas pula dari prinsip disain yaitu
kesatuan, harmoni, keseimbangan, irama, dan dominansi. Upaya menciptakan lanskap yang memiliki kualitas estetika yang baik ini terutama bertujuan untuk
dapat memberi kepuasan kepada pengguna. Salah satu bentuk penilaian estetika suatu tempat adalah kualitas visualnya.
Kawasan rekreasi dengan elemen lanskapnya selain memiliki wujud visual berdasarkan karakteristik yang dimilikinya juga dapat membentuk visual
lanskap. Visual lanskap dapat ditampilkan secara indah dengan penataan setiap elemen secara proporsional, sesuai dan harmonis. Kehadiran elemen yang tidak
sesuai dapat memperburuk penampilan suatu lanskap, dimana akan berpengaruh terhadap pemilihan lokasi yang digunakan untuk berekreasi
Kusumoarto, 2006. Salah satu metode yang digunakan dalam menduga keindahan
pemandangan suatu kawasan adalah metode Scenic Beauty Estimation SBE. Metode ini termasuk kategori penilaian melalui evaluasi berdasarkan preferensi
publik dengan menggunakan kuesioner untuk mengukur penilaian menurut rating yang ditetapkan berdasarkan kriteria pengamat. Metode ini merupakan
pengukuran yang dianggap dapat dipercaya, efisien dan bersifat obyektif Daniel dan Boster, 1976.
2.5. Valuasi Ekonomi Total