Pendahuluan NILAI EKONOMI TOTAL KAWASAN TAHURA DJUANDA

VII. NILAI EKONOMI TOTAL KAWASAN TAHURA DJUANDA

Abstrak Secara ekonomi keberadaan tahura akan memberikan manfaat dan keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung seperti efisiensi penggunaan sumberdaya, kemudahan dalam mempromosikan dan menjual produk wisata di pasar lokal, regional dan bahkan mancanegara melalui perbaikan kualitas lingkungan. Namun nilai ekonomi dari keberadaan tahura tersebut jarang dihitung, sehingga keberadaan daerah konservasi dianggap sebagai beban pembiyaan bagi pemerintah daerah dalam pemeliharaannya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi total keberadaan Tahura Djuanda. Berdasarkan hasil dan pembahasan menunjukkan bahwa fenomena urban sprawl pada wilayah studi menunjukan bahwa ketidakmerataan perembetan areal kekotaan di semua bagian sisi-sisi luar dan pada daerah kota utama. Perembetan paling cepat terlihat di sepanjang jalur transportasi yang ada, khususnya yang bersifat menjari radial dari pusat kota yaitu perembetan memanjang ribbon sprawl. perembetan kegiatan perkotaan pada kuadran 2 adalah jenis perembetan yang tidak dipengaruhi dengan adanya jalan utama yang menghubungkan dengan sentra kegiatan, sehingga perembetan tersebut tersebar pada beberapa tempat dan disebut pola perembetan leapfrog sprawl. Nilai ekonomi total dari pemanfaatan kawasan Tahura Djuanda sebesar Rp. 7.248.163.074.446 pertahun . Nilai ini termasuk cukup besar jika dibandingkan dengan luas kawasan pengelolaan Tahura yaitu hanya sekitar 526,98 hektar dengan nilai Rp 13.754.152.101 ,- per ha. Keywords: total economic valuation, Tahura Djuanda, urban sprawl

7.1. Pendahuluan

Tahura Djuanda mempunyai peran sebagai penyedia air untuk pertanian, air bersih untuk masyarakat, sebagai energi kinetik potensial untuk menggerakkan turbin PLTA Bengkok dalam menghasilkan sumber energi listrik merupakan kawasan yang ditanami berbagai jenis vegetasi dan memiliki lapisan tanah yang subur dan meresapkan air dengan baik. Sehingga kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan konservasi yang harus dilindungi dan dilestarikan sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Secara ekonomi Tahura Djuanda sangat diminati oleh wisatawan baik lokal maupun regional. Kawasan ini merupakan alternatif kedua setelah puncak. Keindahan alam yang dimiliki oleh tahura Djuanda diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik untuk pemerintah daerah maupun masyarakat sekitar. Ketersediaan sarana dan prasarana fisik yang baik sangat penting dalam mendukung pengelolaan Tahura Djuanda. Kondisi sarana prasarana fisik pengelolaan Tahura Djuanda saat ini merupakan indikator penting dari tingkat kualitas dan intensitas pengelolaan Tahura Djuanda yang telah berjalan selama ini. Secara umum kondisi sarana prasarana yang ada kini cukup lengkap dan dalam kondisi terpelihara dengan baik. Tempat parkir yang dimiliki cukup luas dan pintu gerbang utama yang cukup baik. Antara pintu gerbang utama dengan plazapatung terdapat jalur jalan aspal selebar 2,5 meter dan panjang 700 meter. Di dalam kawasan Tahura Djuanda terdapat fasilitas jalan cukup lebar yang menghubungkan ke Goa Jepang dan Goa Belanda. Kantor Balai Pengelolaan Tahura Djuanda terletak berdampingan dengan Pusat Informasi Information Center Tahura Djuanda yang memamerkan berbagai dokumentasi tentang Djuanda dan berbagai informasi dasar tentang Tahura Djuanda musium. Pada kawasan koleksi tanaman juga telah dilengkapi dengan arena bermain anak. Setiap tempat konsentrasi pengunjung juga dilengkapi bangku wisata, kopel dan shelter serta toilet yang cukup bersih. Untuk menjamin kelestarian dan keberadaan Tahura Djuanda pengendalian ruang sekitar kawasan sangat perlu dilakukan untuk mengurangi resiko dan dampak negatif terhadap pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Selanjutnya setiap stakeholder yang terlibat dalam penetapan kebijakan dan atau terlibat dalam pemanfaatan sumberdaya sekitar kawasan tahura mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap nilai lindung atau konservasi dari kawasan tersebut. Sehingga manfaat ekologi, ekonomi dan sosial dari keberadaan tahura dapat dirasakan secara langsung baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Tata guna lahan di kawasan konservasi pada dasarnya merupakan permasalahan ekonomi, dimana semua keputusan tentang penggunaan lahan akan berakibat pada biaya dan manfaat ekonomi. Sementara standar yang menjadi indikator universal untuk menilai upaya organisasi dalam perlindungan lingkungan masih kurang tersedia. Selain alasan tersebut, dalam rangka perlindungan lingkungan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan asli daerah serta memenangkan persaingan ekonomi dalam penjualan produk wisata, pemerintah daerah setidaknya dapat memepertahankan keberadaan tahura dengan meningkatkan kinerja manajemen lingkungannya. Secara ekonomi keberadaan tahura akan memberikan manfaat dan keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung seperti efisiensi penggunaan sumberdaya, kemudahan dalam mempromosikan dan menjual produk wisata di pasar lokal, regional dan bahkan mancanegara melalui perbaikan kualitas lingkungan. Namun nilai ekonomi dari keberadaan tahura tersebut jarang bahkan tidak pernah dihitung. Sehingga keberadaan daerah konservasi dianggap sebagai beban pembiyaan bagi pemerintah daerah dalam pemeliharaannya. Berkaitan dengan hal tersebut dilakukan penelitian mengenai valuasi ekonomi terhadap keberadaan Tahura Djuanda. Penelitian bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi total Total Economic Value = TEV dari keberadaan Tahura Djuanda di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat.

7.2 Metode Analisis