VI. POTENSI KEINDAHAN KAWASAN
Abstrak
Pengembangan pembangunan perumahan dan kegiatan perkotaan ke arah KBU yang terjadi saat ini lebih banyak disebabkan oleh permintaan pasar dan kualitas
visual estetika lanskap. Hal ini dapat dilihat secara nyata bahwa keberadaan kawasan konservasi Tahura Ir. H. Juanda merupakan kawasan yang kaya akan
pesona estetika lanskap yang dapat dilihat dari berbagai arah mata angin dan didukung dengan lokasinya yang lebih tinggi pegunungan dari lanskap kota
Bandung. Analisa keindahan estetika kawasan yang digunakan dalam kajian ini didukung menggunakan metode Scenic Beauty Estimation SBE dengan
maksud untuk mengetahui sejauhmana pengaruh estetika visual dari lanskap kawasan sekitar Tahura Ir. H. Juanda terhadap kegiatan pembukaan lahan
sebagai areal permukiman di sekitar Tahura Ir. H. Juanda yang merupakan penetrasi kegiatan perkotaan urban sprawl ke dalam kawasansekitar Tahura.
Metode SBE ini melibatkan 70 orang reponden yang diminta untuk menilai 120 buah foto pemandangan dari lanskap Tahura Ir. H. Juanda. Hasil analisa
keindahan estetika menunjukkan bahwa lanskap kawasan disekitar Tahura Ir. H. Juanda memiliki nilai visual tinggi sebesar 38,3 dan nilai visual sedang
sebesar 48,33 . Sedangkan 13,33 memiliki nilai visual rendah.
Keywords: KBU, estetika lanskap, konservasi, SBE.
6.1. Pendahuluan
Lokasi Tahura Ir. H. Juanda berada tepat di bagian utara kota Bandung dan didukung dengan kualitas visual estetika lanskapnya yang menjanjkan,
menjadi sasaran utama koridor suburbanisasi dari kota Bandung. Di sisi lain, lokasi Tahura Ir. H. Juanda sangat srategis mengingat kawasan ini merupakan
bagian dari KBU yang diperuntukkan sebagai kawasan konservasi dan zona lindung dari bahaya geologi.
Pembentukan dan perubahan penggunaan lahan di kawasan pinggiran kota diakibatkan oleh adanya proses suburbanisasi dimana kecenderungannya
menunjukkan terjadinya pertumbuhan gejala urban sprawl. Suburbanisasi kawasan-kawasan industri di pinggiran wilayah perkotaan terutama sebagai
akibat perpindahan penduduk kota yang membutuhkan tempat-tempat bermukim untuk kegiatan industri Rustiadi dan Panuju, 1999.
Estetika lanskap dan evaluasi pemandangan merupakan bagian yang penting dalam memahami lanskap secara luas. Estetika secara umum
didefinisikan sebagai suatu pengetahuan tentang keindahan atau pembelajaran keselarasan terhadap alam atau seni Ewald, 2001. Kualitas visual estetika
merupakan hasil pertemuan antara fitur fisik dan lanskap dan proses psikologis dari pengamat Daniel, 2001.
Keindahan pemandangan scenic beauty merupakan hasil dari tanggapan atau respon seseorang terhadap lanskap di sekitarnya. Scenic beauty
ini dipengaruhi oleh bentukan fisik seperti topografi, pola vegetasi, kemiringan lahan, penutupan bangunan, rasio area berlantai dan karakteristik pengamat
seperti pergerakan, latar belakang personal, lokasi dan sudut pandang. Bentukan fisik dapat dijadikan dengan bentukan fisik lanskap tersebut Don-
Gwong Sung, et al. 2001.
6.2. Metode Analisis
Sumberdaya estetika dalam hal ini visual lanskap di wilayah studi mengalami penurunan kualitas sebigai akibat terjadinya gejala urban sprawl.
Diperlukan suatu pengelolaan lanskap guna mengatasi penurunan kualitas ini. Melalui pemetaan nilai sumber daya estetika di wilayah studi berupa peta sumber
daya estetika visual dapat digunakan untuk tujuan pengelolaan lanskap yang berorientasi pada pelestarian karakter lanskap wilayah bagi pengembangan kota
Munandar, 1990. Data yang dibutuhkan dalam analisis estetika yaitu data spasial peta
dasar topografi dan peta tema tutupan lahan yang sudah dikoreksi dan data non- spasial berupa rekaman foto-foto. Analisis estetika menggunakan prosedur SBE
yang dikemukakan oleh Daniel dan Boster 1976. Adapun tahapan-tahapan dalam prosedur ini adalah:
1. Penentuan titik pengamatan dan pengambilan foto
Titik pengamatan ditentukan dengan terlebih dahulu menentukan karakter lanskap di wilayah penelitian. Karakter lanskap wilayah penelitian
diidentifikasi dengan berpedoman pada peta topografi dan diverifkasi ke lapangan ground truthing. Proses identifikasi karakter lanskap diikuti
dengan pengambilan foto lokasi untuk selanjutnya menjadi titik pengamatan. 2.
Seleksi foto Hasil pengambilan foto pada masing–masing lokasi selanjutnya dilakukan
penyeleksian dengan cara memilih foto dengan keterwakilan dan keragaman yang tinggi dan kualitas gambar yang cukup baik. Jumlah foto
yang dipilih sebagai bahan penilaian dalam penelitian ini berjumlah 120
buah foto yang mewakili hampir menyeluruh lokasi kajian Tahura Ir. H. Juanda.
3. Penilaian oleh responden
Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling sejumlah 70 orang yang mempunyai latar belakang keilmuan lanskap dan
pemahaman yang memadai mengenai estetika visual lanskap. Responden berasal dari mahasiswa tingkat akhir dan dosen dengan pendidikan S1 dan
S2 perguruan tinggi terkemuka. Sistem penilaian dilakukan dengan cara mempresentasikan silde foto berjumlah 120 buah foto dimana setiap foto
ditampilkan selama 10 detik dan langsung dinilai oleh para responden. Penilaian foto dilakukan dengan cara memberikan skor untuk setiap foto
dengan kisaran skor 1 sampai dengan 10, dimana skor 1 menunjukkan skor dengan penilaian foto yang paling tidak disukai dan skor 10 merupakan
skor untuk penilaian foto yang paling disukai. 4.
Perhitungan SBE Setelah proses penilaian foto selesai, dilanjutkan dengan melakukan
perhitungan terhadap skor dengan metode SBE. Tahapan ini dimulai dengan tabulasi data, kemudian dilanjutkan dengan perhitungan frekuensi
setiap skor f, perhitungan frekuensi kumulatif cf dan probabilitas kumulatif cp. Selanjutnya dengan menggunakan tabel faktor “Z” untuk
menentukan nilai “Z” untuk setiap cp. Khusus untuk foto dengan “cp” bernilai “1” atau cp = 0 nilai “Z” tak terdefinisi digunakan formulasi “cp=1-
12n” atau “cp=12n Bock and Jones, 1968 dalam Daniel dan Boster, 1976. Rata-rata nilai “Z” yang diperoleh untuk setiap foto kemudian
dimasukkan ke dalam formulasi SBE :
keterangan : SBEx = nilai penduga keindahan pemandangan lanskap ke-x
Zx = nilai rata-rata Z untuk lanskap ke-x Zo = nilai rata-rata suatu lanskap tertentu sebagai standar
SBEx = Zx – Zo x 100
5. Penentuan kualitas visual
Penentuan kualitas estetika visual wilayah penelitian diawali dengan membuat kelas-kelas pada nilai SBE dengan membagi rentang data
menjadi 3 kelas keindahan, yaitu tinggi, sedang dan rendah, dengan cara menjumlahkan nilai terbesar dan terkecil lalu dibagi menjadi tiga kelas
keindahan yang sama besar proporsinya. 6.
Menghitung variabel berpengaruh pada kualitas keindahan pada nilai SBE kawasan.Variabel berpengaruh pada penilaian keindahan
Y= a+ bX
1
+cX
2
+dX
3
+ eX
4
+ fX
5
+gX
6
+hX
7
+ iX
8
… Y = nilai SBE
X
1
= hard material orderedfinished X
2
= hard material unstructured X
3
= covered land trees X
4
= covered land bush, ground cover X
5
= abandoned land tanah bera X
6
= paved land path path, steppig stonr X
7
= water covered water front X
8
= others sky, void
6.3. Hasil Analisis dan Pembahasan