utama urban sprawl adalah low density, pengembangan secara memanjang atau pita strip atau ribbon, pembangunan tersebar scattered or leapfrog
development. Perubahan lahan yang semula agraris menjadi non agraris di sekitar
kawasan Tahura Djuanda terkait pula dengan apresiasi masyarakat terhadap nilai lindung atau konservasi dari kawasan tersebut. Pengabaian terhadap nilai
tersebut telah mendorong perubahan lahan untuk dimanfaatkan sesuai dengan kepentingannya tanpa mempertimbangkan nilai strategis kawasan tersebut yang
menyediakan sejumlah jasa lingkungan yang sangat penting sebagai penyangga kebutuhan masyarakat Kota Bandung khususnya dalam penyediaan jasa
lingkungan hidrologis. Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, penelitian ini dimaksudkan
untuk mengkaji permasalahan perubahan lahan di sekitar kawasan konservasi Tahura Djuanda.
5.2. Metode Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
Data penelitian di analisis menggunakan spasial urban sprawl dengan menganalisis pola perubahan penggunaan lahan perkotaan dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya untuk mengetahui karakteristik spasial dari gejala urban sprawl di wilayah studi. Hal ini sesuai dengan pendapat Winoto 1995 bahwa
proses urban sprawl adalah merupakan suatu fenomena dinamik di sekitar kawasan konservasi Tahura Djuanda yang menyangkut aspek fisik berupa
perubahan penggunaan lahan serta aspek kehidupan. Analisis pola perubahan penggunaan lahan oleh perembetan kegiatan
perkotaan di sekitar kawasan konservasi Tahura Djuanda dapat dilakukan melaui proses-proses di bawah ini :
1. Proses Analisis Citra
Analisis pola perubahan penutupan lahan dilakukan melalui interpretasi citra satelit Landsat TM tahun 1993, 1998, 2003 dan 2006 dengan
menggunakan software Arcview 3.3. Tahapan pengolahan citra tersebut meliputi koreksi geometri, subset lokasi studi, komposisi warna dan teknik klasifikasi citra.
a. Koreksi geometri
Koreksi geometri bertujuan untuk mendapatkan citra dengan letak geometri yang persis seperti letaknya di permukaan bumi. Pada perangkat lunak
pengolahan citra koreksi geometri dilakukan dengan cara mengaitkan titik-titik kontrol pada citra dan pada peta master yang telah memiliki aspek geometri yang
lebih baik. Penentuan titik-titik kontrol geometrik dapat ditandai pada objek-objek permanen seperti persimpangan jalan, perpotongan jalan dengan sungai, cabang
sungai dan lain-lain.
b. Proses Subset Lokasi Studi
Proses subset lokasi studi dilakukan untuk mendapatkan wilayah studi yang sesuai dengan batasan wilayah studi yang diinginkan. Image dipotong
sesuai dengan batasan wilayah studi yang didapatkan dari peta administrasi yang sudah didigitasi.
c. Proses Komposisi Warna
Proses komposisi warna digunakan untuk mengkombinasikan band-band dari citra satelit Landsat TM sehingga menghasilkan citra komposit yang dapat
menggambarkan keadaan penutup lahan secara lebih mudah. Kombinasi band- band ini didasarkan pada ciri spektral gelombang elektromagnetik yang
digunakan pada masing-masing band citra satelit Landsat.
d. Klasifikasi Citra Image Classification
Teknik klasifikasi citra merupakan serangkaian tugas merubah data digital menjadi kelas tertentu yang khas dan memberikan informasi dengan metode
unsupervised classification. Analisis awal dilakukan sebelum dilakukan klasifikasi yang bertujuan untuk memperbaiki penampakan pada citra. Analisis awal terdiri
dari bagian pemulihan image restoration yang bertujuan untuk memperbaiki data citra yang mengalami distorsi terutama geometri; dan bagian penajaman
enhancement yang bertujuan untuk memperbaiki penampakan visual citra. Setelah analisis awal selesai, maka tahap akhir adalah membuat klasifikasi citra
untuk menentukan kelas-kelas penutupan lahan. Dari hasil pengolahan data citra tersebut didapatkan klasifikasi penutupan lahan
urban dan non urban hijau, lahan kosong dan air. Pada proses klasifikasi, penentuan klasifikasi penutupan lahan dilakukan berdasarkan kemudahan dalam
membandingkan citra-citra yang ada dan memakai kombinasi band 2; 4; 2.
2. Analisis Perembetan Kegiatan Perkotaan