dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Mutu lahan ditaksir dalam kaitannya dengan ragam khusus penggunaan lahan Pieri, dkk., 1955. Mutu
lahan adalah penentu nilai kualitatif karena tidak dapat diukur dan hanya dapat ditaksir. Tekanan atas mutu lahan dapat menjurus ke berbagai bentuk degradasi
lahan. Menurut Michalic 2000, teori umum dalam kreasi, eliminasi dan prevensi
kerusakan lingkungan seperti yang dikembangkan dalam teori kebijakan lingkungan teori perilaku, pertumbuhan dan teori sistem dapat diaplikasikan
dalam bidang pariwisata dengan hanya sedikit modifikasi. Pasar, fiskal dan instrumen administrasi seperti yang diturunkan dari teori-teori di atas dapat
diakomodasikan untuk digunakan dalam pariwisata dalam rangka untuk mencegah atau meminimalkan kerusakan lingkungan. Mereka biasanya
mencegah dan menghilangkan kerusakan pada lingkungan alami, hanya sedikit yang cocok untuk melindungi sosial atau lingkungan budaya.
Perdebatan mengenai ekonomi secara ekslusif jarang ditemukan dalam literatur mengenai ekologis, lingkungan atau pariwisata berkelanjutan.
Kebanyakan pekerjaan yang ada mengenai isu ekologis utamanyan dari sudut pandang sosiologis. Walaupun begitu, instrumen ekonomi dari kebijakan
lingkungan atau instrumen yang berorientasi pasar menpunyai kesempatan untuk mencegah atau meminimalkan kerusakan lingkungan pada pariwisata.
2.1.1. Teori Sistem
Teori pertama yang menjabarkan penyebab kerusakan lingkungan adalah Teori Sistem. Kerusakan lingkungan terjadi akibat alokasi sumber daya yang
tidak efisien sebagai dampak dari: i kegagalan pasar danatau ii kesalahan negarapemerintah. Efisiensi alokasi diartikan sebagai optimalitas Pareto, seperti
situasi dimana mustahil mengalokasikan environmental goods komoditi lingkungan untuk membuat satu orang menjadi lebih baik secara ekonomi tanpa
membuat satu orang lainnya menjadi lebih buruk secara ekonomi. Environmental goods komoditi lingkungan dapat dialokasikan secara optimal dengan
memfungsikan pasar untuk environmental goods komoditi lingkungan danatau dengan campur tangan pemerintah.
Teori-teori ini membedakan antara biaya atau ongkos pribadi dan sosial dengan keuntungan yang diperoleh. Jumlah total dari biaya atau ongkos pribadi
dan keuntungan yang diperoleh tidak sama dengan jumlah biaya atau ongkos
sosial dan keuntungan yang didapat dikarenakan seringkali sebuah perusahaan tidak menyadari produk totalnya efek eksternal positif danatau tidak
menghitung semua biaya atau ongkos sosial di dalam biaya produksinya efek eksternal negatif. Ini berarti kehilangan optimalitas Pareto sebagai subyek
ekonomi yang lebih baik atau lebih buruk pada pengeluaran atas biaya atau keuntungan atas yang lainnya. Sebuah contoh klasik dari eksternalitas negatif,
sebuah perusahaan membuang sampah organik ke sungai, yang akan mengurangi kemungkinan produksi perusahaan lain sebagai tempat rekreasi
berenang dan memancing yang berkualitas baik Hjalte et al., 1977. Pigou 1920: in Leipert, 1980:7 menyatakan bahwa perbedaan antara
dampak pribadi dengan sosial memerlukan campur tangan pemerintah untuk mencapai alokasi sumber daya yang optimal. Dia mengusulkan pajak dan
subsidi. Subsidi mengacu pada efek positif eksternal dan pajak pada efek negative. Bila pajak lingkungan digunakan, biaya internal dari perusahaan akan
meningkat dan perusahaan secara konsekuen akan mengurangi jumlah penggunaan lingkungannya: baik dengan mengurangi produksi atau
menggunakan teknologi baru yang lebih ramah lingkungan. Oleh karena itu alokasi sumberdaya lingkungan yang lebih baik dicapai melalui dampak dari
naiknya biaya perusahaan dan harga dari mekanisme pasar. Teori sistem menganjurkan beberapa instrumen berikut yang dapat
digunakan untuk mengurangi kerusakan lingkungan seperti : pajak, subsidi dan kompensasi, melalui harga dan biaya, dampak dengan lebih optimal alokasi
sumber daya alam dan atau mengurangi utilisasi lingkungan melalui mekanisme pasar. Satu dari teori sistem, teori barang lokal, menganjurkan bahwa biaya
untuk perlindungan lingkungan harus ditanggung oleh pihak ketiga negara dan tidak oleh industri pariwisata
2.1.2. Teori Pertumbuhan