Struktur Komunitas Ikan Karang

Porites 7,0, Galaxea 3,6, Lobophyllia 3,6, Echinopora 3,6, Hydnopora 3,4 dan Pachyseris 3,5 yang mencapai 70 dari total koloni yang teramati. Montipora menempati porsi terbesar, termasuk di Kelurahan P. Panggang. Jenis ini memiliki ketahanan yang rendah terhadap tekanan lingkungan seperti laju sedimentasi yang tinggi dan peningkatan suhu permukaan laut Jordan, dkk., 1981 dalam Terangi 2007.

5.1.2 Struktur Komunitas Ikan Karang

Ekosistem karang mempengaruhi kehidupan masyarakat pesisir di Kepulauan Seribu karena berkenaan dengan suplay ikan karang. Masyarakat Kepulauan Seribu mengkonsumsi ikan karang dari suku Serranidae kerapu, Caesionidae ekor kuning, Scaridae kakatua, Balistidae pogetriger, Pomacanthidae enjel dan Siganidae baronang Terangi, 2007. Ikan karang juga dimanfaatkan sebagai ikan hias antara lain suku Pomacentridae betok, Labridae keling, Bleniidae dan Gobiidae jabing. Kekayaan Jenis dan Keanekaragaman Kekayaan jenis tahun 2004 mencapai 211 ikan karang yang tergolong dalam 25 suku, dengan kisaran 9-52 jenis pada setiap lokasi. Ikan karang dari suku Pomacentridae merupakan jenis tertinggi yaitu 69 jenis, diikuti suku Labridae 40 jenis dan seterusnya berturut-turut suku Apogonidae 15 jenis, Scaridae dan Nemipteridae masing-masing 13 jenis. Nilai indeks keanekaragaman tahun 2004 berkisar 1,30-2,88 dengan nilai rerata 2,07. Nilai keanekaragaman tertinggi P. Sekati termasuk dalam wilayah Kelurahan Pulau Panggang dan terendah di P. Kayu angin genteng. Tahun 2005, nilai rerata keanekaragaman 1,87 dengan kisaran 1,21-2,62. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi adalah Gosong Belanda dan terendah P. Kayu genteng angin. Nilai indeks keanekaragaman di wilayah Kelurahan P. Panggang tahun 2004 berkisar 1,84 P. SempitKarang lebar - 2,88 P. Sekati dengan rerata 2,00. P. Sekati mempunyai nilai indeks keanekaragaman tertinggi di Kepulauan Seribu. Tahun 2005, nilai indeks keanekaragaman berkisar 1,46 P. Ayer - 2,57 P. Semak Daun dengan rerata 1,5. Nilai rerata indeks keanekaragaman mengalami penurunan selama periode 2004-2005. Status komunitas karang berdasarkan indeks keanekaragaman rata-rata dalam kondisi keragaman rendah tahun 2004 dan 2005. Penurunan keanekaragaman disebabkan karena berkurangnya kualitas ekosistem terumbu karang akibat kerusakan alamiah maupun karena aktivitas manusia. Penangkapan ikan karang dengan menggunakan alat tangkap terlarang dan tidak adanya upaya rehabilitasi serta penyadaran menyebabkan penurunan kualitas terumbu karang. Kelimpahan Jenis Ikan Karang Kelimpahan jenis ikan karang tertinggi di Kepulauan Seribu tahun 2004 terdapat di P. Panggang dengan 45 jenis. Sedangkan pada tahun 2005 kelimpahan tertinggi terdapat di P. Kayu Angin Genteng 65 jenis dengan kelimpahan mencapai 218.750 indha. Hasil penelitian Terangi tahun 2004 dan 2005, jumlah jenis ikan teramati di wilayah Kelurahan P. Panggang sebanyak 31,9 2004 dan 27,5 2005. Sedangkan indeks keanekaragaman rata-rata adalah 2,0 2004 dan 1,5 2005. Indeks keseragaman rata-rata adalah 0,56 2004 dan 0,42 2005, indeks dominansi rata-rata adalah 0,17 2004 dan 0,16 2005. Dari nilai-nilai tersebut dapat dilihat bahwa komunitas karang di Kelurahan Pulau Panggang mempunyai nilai kelimpahan jenis ikan yang tinggi namun indeks keanekaragamannya rendah dengan kondisi komunitas antara labil sampai tertekan. Namun, struktur komunitasnya cenderung rendah. Di Kelurahan Pulau Panggang jenis ikan karang tidak mendominasi. Gambar 9 memperlihatkan rerata jumlah jenis, indeks keanekaragaman, keseragaman dan indeks dominansi di Kelurahan Pulau Panggang. 31.9 27.5 2 1.5 0.56 0.42 0.17 0.16 5 10 15 20 25 30 35 Jumlah jenis H E D 2004 2005 Gambar 9 Jumlah jenis, indek keanekaragaman H’, keseragaman E dan dominansi D Di Kelurahan Pulau Panggang Kelimpahan ikan karang tertinggi tahun 2004 Kelurahan P. Panggang terdapat di lokasi P. Kotok Kecil dengan 52 jenis, P. Kotok Besar 50 jenis dan P. Panggang sebanyak 41 jenis. Ketiga pulau tersebut merupakan lokasi dengan jumlah jenis tertinggi di Kepulauan Seribu. Kelimpahan ikan tertinggi tahun 2005 terdapat di P. Kotok Besar mencapai 50, indeks keanekaragaman 1,83. indeks keseragaman 0,47 dan indeks dominansi mencapai 0,24. Nilai kelimpahan ikan di P. Kotok Besar tahun 2005 cukup tinggi dan struktur komunitas yang seimbang. Artinya, dalam komunitas tersebut tidak ada jenis ikan yang mendominasi. Sedangkan kelimpahan ikan karang di Pulau Panggang tahun 2004 dan 2005 berturut-turut 45 dan 37 jenis. Nilai indek keanekaragaman 2,43, Indeks keseragaman 0,64 dan nilai indeks dominansi sebesar 0,15. Selain memiliki kelimpahan ikan tertinggi pada Januari 2004, P. Panggang mempunyai struktur komunitas ikan karang yang lebih seimbang. Tidak ada jenis ikan yang mendominasi dan kelimpahan tertinggi ikan karang di Lokasi P. Panggang adalah Cirrhilabrus cyanopleura KKO, sebesar 65.000 indha Terangi, 2007. Jenis ikan ini hanya mendominasi 29 dari total kelimpahan ikan di P. Panggang. Hasil penelitian Terangi tahun 2004 dan 2005, kelimpahan tertinggi tahun 2004 adalah Cirrhilabrus cyanopleura KKO. Bersama dengan sembilan ikan yang lain 10 terbanyak, total kelimpahan 10 jenis ikan karang ini mencapai lebih dari 77 dari kelimpahan total. Sedangkan pada tahun 2005, jenis ikan yang paling tinggi nilai kelimpahannya adalah Chrysiptera bleekeri dan Pomachantus sextriatus kambing-kambing. Jumlah kelimpahan ikan jenis ini bersama dengan sembilan jenis ikan lainnya mempunyai jumlah kelimpahan mencapai 83 dari seluruh kelimpahan jenis yang teramati. Jumlah jenis ikan karang, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi, dapat dilihat pada Lampiran 3.

5.2 Daya Dukung Pulau Melalui Konsumsi Masyarakat

Ecological Footprint

5.2.1 Indikator Daya Dukung

Indikator merupakan batasan alam mengelola pulau kecil. Terdapat tiga jenis indikator yang mencerminkan komponen di pulau kecil. Indikator tersebut adalah : 1 indikator Fisik - Ekologis; 2 indikator Demografi - Sosial; 3 indikator politik – ekonomi. Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, nelayan, aparat desa serta hasil FGD ditemukan beberapa indikator yang dianggap penting dalam menentukan daya dukung Pulau Panggang dan Pulau Pramuka. Indikator ini menentukan prioritas bagi penentuan daya dukung lingkungan. Tabel 17 menyajikan daftar indikator lingkungan yang mempengaruhi daya dukung. Semua indikator tersebut secara langsung berhubungan dengan konsep dan implementasi dari aktivitas di Pulau Panggang dan Pramuka. Indikator keberlanjutan juga diperlukan ketika terlihat adanya indikasi perubahan kemampuan untuk bertahannya sumberdaya tersebut.