Dimensi Lingkungan Fisik
Dimensi lingkungan fisik yang ditemukan dalam masyarakat pesisir P. Panggang dan P. Pramuka kondisi sumber daya pesisir dan laut yang sudah
terdegradasi khususnya ekosistem terumbu karang. Secara keseluruhan se Kepulauan Seribu kondisi terumbu karang dalam kondisi memprihatinkan dengan
persentase penutupan di bawah 5. Sedangkan di lingkup wilayah Kelurahan P. Panggang sendiri persentase terumbu karang selama periode 2004-2005 rata-rata
sebesar 25-34. Meskipun statusnya dalam kondisi mulai buruk sampai sedang, namun secara umum kondisi terumbu karang terancam mengalami kerusakan
lebih parah. Kerusakan terumbu karang banyak disebabkan oleh penangkapan ikan dengan alat tangkap terlarang seperti potasium, terinjak karena aktivitas
penangkapan dan wisata, serta pengambilan karang sebagai bahan bangunan. Kerusakan ekosistem terumbu karang menjai fokus utama karena mengalami
kerusakan yang tinggi dan kebanyakan nelayan Kepulauan Seribu merupakan nelayan ikan karang dimana target ikan sasarannya berada dalam ekosistem
terumbu karang. Selain terumbu karang, ekosistem lain yang sudah lebih dulu mengalami kerusakan parah adalah mangrove. Mangrove di P. Panggang dan P.
Pramuka sudah sangat sedikit keberadaanya dan saat ini sedang dalam tahap rehabilitasi. Akibat kerusakan kedu ekosistem penting ini, produktivitas perikanan
nelayan P. Panggang dan Pramuka banyak mengalami penurunan selain karena faktor adanya kapal arad dan purse seine di perairan Kepulauan Seribu.
Selain kerusakan terumbu karang, degradasi sumber perikanan khususnya yang terdapat di Pantai Utara Jawa menurut DKP 2002 sudah mengalami
tangkap lebih overfishing yang tingkat pemanfaatannya mencapai 100 . Penurunan sumber daya perikana di pantai Utara Jawa ini tidak hanya terlihat
jelas di Kepulauan Seribu dan Teluk Jakarta tetapi juga terjadi di hampir seluruh wilayah perairan pantai Utara Jawa.
8.3 Reorientasi Kebijakan Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil
8.3.1 Perubahan Paradigma
Pembangunan
Degradasi lingkungan dan kemiskinan adalah dampak nyata dari sebuah proses mode produksi kapitalistik yang digerakkan melalui strategi pembangunan
berorientasi pertumbuhan ekonomi. Pembangunan idealnya bertujuan menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi semua masyarakat.
Pembangunan yang direncanakan pada sebagian kasus memang terwujud, tetapi dampak ekploitasi sumber daya alam atas nama pembangunan telah melahirkan
degradasi lingkungan dan kemiskinan. Setidaknya hal tersebut yang dapat diperhatikan dari kasus menurunnya daya dukung lingkungan laut dan kerusakan
terumbu karang serta minimnya kesejahteraan masyarakat P. Panggang dan P. Pramuka.
Aktivis ecofeminism
seperti Shiva dan Mies 1993 menyatakan bahwa terdapat kesalahan dalam paradigma pembangunan yang selama ini dijalankan.
Pertama ; pembangunan semata-mata dititikberatkan pada model kemajuan
ekonomi industri Barat, dengan asusmis bahwa kemajuan model barat bisa diterapkan di semua negara. Konsep-konsep dan kategorisasi yang berkaitan
dengan pembangunan ekonomi dan pemanfaatan sumber daya alam, yang telah hadir dalam konteks khusus dari industrialisasi dan pertumbuhan modal di pusat
kekuasaan koloni, ditingkatkan pada level asumsi dan pandangan umum untuk bisa diterapkan di masyarakat bekas jajahan, di mana sebenarnya tingkat
kebutuhan pokoknya berbeda sama sekali – yakni negara-negara dunia ketiga yang baru merdeka. Kedua ; pembangunan secara khusus dititikberatkan pada
indikator-indikator ekonomi seperti Gross National Product GNP. Menurut kalkulasi GNP pengrusakan ekosistem pesisir laut, penebangan hutan dan
aktivitas pemanfaatan sumber daya alam lainnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meskipun kerusakan ekosistem tersebut menyebabkan kerusakan
lingkungan karena tidak lagi menghasilkan biomass atau menjadi sumber ikan TK, sumber air hutan dan juga menyebabkan berkurangnya daya dukung dan
kemiskinan. Ketiga : indikator-indikator seperti ditunjukkan dalam GNP hanya dapat menghitung aktivitas-aktivitas yang terjadi melalui mekanisme pasar tidak
peduli apakah aktivitas tersebut produktif, tidak produktif atau justru destruktif. Logika pertumbuhan ekonomi juga ditandai dengan modernisasi perikanan
yang massif terjadi di lingkungan masyarakat pesisir. Wilayah Pantai Utara Jawa adalah bukti nyata berlangsungnya modernisasi perikanan yang menyebabkan
pemanfaatan sumber daya ikan mengalami overfishing dengan tingkat
pemanfaatan 100 dan deplesi sumberdaya alam. Modernisasi perikanan telah melahirkan kemiskinan dan kerusakan lingkungan pesisir dan laut di sepanjang
pantai utara Jawa. Perangkap kemiskinan yang melanda kehidupan nelayan disebabkan oleh faktor-faktor yang komplek. Faktor-faktor tersebut tidak hanya
berkaitan dengan fluktuasi musim-musim ikan, keterbatasan SDM, modal, akses dan jaringan perdagangan ikan yang ekploitatif terhadap nelayan sebagai
produsen, tetapi juga disebabkan oleh dampak negatif modernisasi perikanan yang mendorong terjadinya pengurasan sumber daya laut secara berlebihan Kusnadi,
1997. Dampak moda produksi kapitalisme telah memunculkan semangat untuk
mengoreksinya dan menghasilkan beragam tipe alternatif ideologi tandingan. Mereka yang memilih jalan konservatif dalam membela lingkungan memilik
ecototaliter sebagai jalan. Dalam gerakan ini kelestarian lingkungan adalah yang
paling utama dan unsur manusia dengan segala kegiatannya harus ditiadakan. Gerakan ini tidak jarang menghalalkan penggusuran dan pengusiran masyarakat
demi menjaga sumber daya alam. Gerakan yang lebih moderat memilih ecopopolisme
baik yang beraliran keras strong ecopopulism maupun yang lunak weak ecopopulisme Dietz, 2005. Dalam gerakan ini pengelolaan lingkungan
dilakukan dengan bersinergi dengan pengetahuan lokal, kelembagaan lokal dan interaksi posisitf dengan pengetahuan ilmiah bagi ecopopulism garis lunak.
Mereka yang lebih moderat dalam membela lingkungan mengambil jalan perjuangan melalui gerakan berpaham environmentalism cinta lingkungan.
Woodhouse 1972 dan Stevies 2000 dalam Dharmawan 2004 mengemukakan empat alasan politikal-ekologis mengapa sebuah ideologi-politik
pembangunan tandingan harus muncul, yaitu : 1
Sistem sosial kemasyarakatan negara sedang berkembang pada saat ini bukanlah sebuah sistem yang imun kebal terhadap pengaruh luar bahkan
telah berada di bawah pengaruh kekuasaan ekonomi negara maju. Negara sedang berkembang sesungguhnya hampir tak memiliki legitimasi untuk
berkuasa dan melancarkan pengaruhnya, sementara lembaga-lembaga politik tak berjalan efektif tak berdaya. Ketidakberdayaan
disempowered tersebut termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam.
2 Modernisasi telah menyebabkan perubahan gaya hidup yang sangat rastis
dan berarti di kalangan masyarakat. Hal ini ditandai oleh degradasi sumber daya alam karena standard hidup yang tinggi dan poor rate of
reclamation penghijauan hutan kembali, rehabilitasi tanah, mangrove,
terumbu karang dan lingkungan laut yang tiak berjalan efektif, terjadi di hampir semua wilayah. Diperlukan redefinisi kode-etik atau moral dalam
pemanfaatan sumber daya alam. 3
Pertumbuhan penduduk terus meningkat seiring dengan perbaikan teknologi kesehatan. Di sebagian belahan dunia, ledakan penduduk telah
mengancam ketersediaan pangan, karena bumi memiliki carrying capacity yang terbatas. Kerentanan pangan tersebut dapat ditemukan dalam kasus
masyarakat pesisir P. Panggang dan P. Pramuka. Kebutuhan akan pangan dan kebutuhan pokok lainnya harus mendatangkan dari daerah lain
import khususnya dari Jakarta. Tingkat konsumsi bahan pokok padi responden P. Panggang saja sebesar 202,03 KgKapita yang tidak bisa
dipenuhi dari dalam P. Panggang. Masyarakat pesisir P. Panggang sudah menjadi net importir.
4 Distribusi kemakmuran dalam sistem ekonomi kapitalis dunia telah
mencapai tahap dominasi ekonomi dan budaya yang mengkhawatirkan eksistensi penduduk lokal. Diperlukan perjuangan melalui arena politik,
untuk memperjuangkan local norm and tradition agar terus bertahan hidup Dharmawan, 2004.
Secara umum beberapa sistem ideologi pembangunan yang eksis selama ini dapat diperbandingkan satu sama lain dalam Tabel 112. Pada kasus
pengelolaan sumber daya pesisir dan laut di P. Panggang dan P. Pramuka serta Kepulauan Seribu umumnya masih condong berhaluan kapitalisme dengan basis
teori liberal sebagai landasan utama. Pengaruh kedekatan wilayah dengan pusat kekuasaan DKI Jakarta sangat mempengaruhi perilaku pemerintahan di
Kepulauan Seribu. Belum lagi aparat birokrasinya merupakan limpahan dari birokrasi DKI Jakarta mengingat status Kepulauan Seribu yang baru menjadi
Kabupaten baru tahun 2002. Namun titik harapan mulai terlihat adanya sedikit pergeseran paradigma tersebut, setidaknya jika dilihat dari pola hubungan
produksi yang dilakukan oleh penduduk lokal P. Panggang dan P. Pramuka ada kecenderungan menuju pola konservatif dan sifat sumber daya manusianya mulai
menunjukkan perhatian serius bagi pengelolaan ekosistem pesisir dan laut. Parahnya ekosistem terumbu karang yang berdampak kepada menurunnya hasil
ikan dan pendapatan masyarakat nelayan menyebabkan munculnya kesadaran untuk melestarikan dan merehabilitasi kembali ekosistem terumbu karang.
Dengan didampingi oleh lembaga swadaya masyarakat, masyarakat mulai menyusun kembali agenda-agenda pengelolaan SDPL. Agenda tersebut secara
sadar dilakukan karena ketergantungan mereka yang sangat tinggi terhadap keberlanjutan SDPL. Namun, faktor kesadaran internal ini akan menemui
hambatan jika tidak didukung oleh faktor eksternal yang berubah ke arah perbaikan pula.
Tabel 112 Ideologi Dalam Pembangunan dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Elemen pembeda Kapitalisme
Ekologisme Sosialisme-
Komunisme Ideologi
lokalHeterodox
Pendekatan untuk mencapai derajat
kesejahteraan Liberalisasi dan
kompetisi di pasar
Pertukaran yang adil dan
seimbang Distribusi oleh
negara Pengaturan oleh
kelembagaan adat lokal
Institusi pengendali
pertukaran Pasar
Æ mekanisme
supply-demand Pasar, namun
terkontrol oleh civil society
Tidak ada pasar
Æ distribusi oleh
negara Kelembagaan
yang tunduk pada adat
Pelaku produksi Individu
Æ perusahaan
Elemen ekosistem
Perusahaan negara
Kolektivitas – milik komunitas
Moral justification of action Æ dalam
pemanfaatan SDA Dominasi,
ekploitasi dan penguasaan
surplus melalui mekanisme
pasar Hidup bersama
antar elemen mahluk alam Æ
pembagian ruang yang adil
Kesamarataan Kesamarasaan
Keselarasan dengan alam Æ
tidak perlu surplus ekonomi
Tujuan utama atau orientasi ekonomi
Akumulasi dan pertumbuhan
ekonomi tinggi Konservasi dan
pertumbuhan ekonomi
Æ setimbang
Eksploitasi alam demi
kesejahteraan yang sama-
rata Pemanfaatan
alam secara seimbang
Pola hubungan produksi
Ekploitatif konservatif
Ekploitatif- distributif
Konservatif Jurang
kemiskinan, ketimpangan dan
kerusakan alam Sangat tinggi
peluangnya untuk muncul
Kecil peluangnya untuk muncul
Berpeluang muncul
Æ moderate
Sangat kecil peluangnya
untuk muncul
Sifat SDM Progresif-
Agresif Naturalistis-
Konservatif Uniformistik Kolektivistik
Sumber : Dharmawan 2004 disarikan dari berbagai sumber dimodifikasi
Perubahan paradigma dalam pengelolaan sumber daya alam adalah tuntutan kemestian untuk menjaga keberlanjutan alam dan kesejahteraan manusia.
Paradigma pembangunan yang tumbuh saat ini selalu dikaitkan dengan perkembangan mutakhir kapitalisme global Thomas, 2000a dalam Agusta
2007. Selanjutnya Agusta 2007 menyatakan bahwa benturan pemikiran dalam proses pembangunan senantiasa terjadi antara kelompok yang mendorong
kapitalisme yang saat ini banyak berkembang yang disebut Neo-liberalisme. Pembangunan yang dilaksanakan sejalan dengan kapitalisme biasa dinamakan
intervensionisme. Pembangunan yang melawan kapitalisme mencakup strukturalisme atau minimal menahan laju kapitalisme yang merugikan
masyarakat dengan gagasan pembangun alternatif yang juga dikenal sebagai pembangunan yang berpusat pada manusia people-centered development.
Paradigma neoliberalisme atau liberalisme pasar mengharapkan penciptaan kondisi kapitalisme. Intervensionisme termasuk didalamnya pemikiran
efisiensi pasar market efficiency dan pengelolaan pasar governing the market menginginkan penyingkiran halangan-halangan modernisasi, sementara penganut
pengelolaan pasar memandang bahwa perubahan masyarakat dapat diarahkan. Pemikiran intervensionisme sebagaimana neoliberalisme selain menghendaki
kondisi kapitalisme liberal, mereka juga menghendaki pemenuhan kebutuhan dasar dan konservasi lingkungan.
Paradigma strukturalisme mengharapkan juga tercapainya kondisi masyarakat industrial, namun tidak menghasilkan masyarakat kapitalis.
Sedangkan paradigma pembangunan alternatif yang biasa juga disebut pembangunan yang berpusat pada manusia, merumuskan kondisi akhir
pembangunan pada saat seluruh anggota masyarakat maupun kelompok mampu merealisasikan potensi-potensi mereka. Perubahan sosial bagi mereka dilakukan
melalui praktek-praktek pemberdayaan masyarakat. Pembangunan berperan sebagai proses pemberdayaan individu dan kelompok.
Paradigma lain yang lebih radikal yaitu pasca pembangunan tidak lagi menghendaki munculnya proses pembangunan. Peran pembangunan dinilai
sekedar tipuan yang hanya berguna menguatkan hegemoni barat khususnya
Amerika Serikat. Tipologi paradigma pembangunan ini dijelaskan secara ringkas dalam Tabel 113.
Paradigma ekologi politik merupakan sisi lain dari paradigma besar yang berkembang dalam teori ilmu sosial klasik yaitu mengedepankan peran sentral
manusia terhadap alam antroposentrisme. Paradigma ini berangkat dari dua pandangan utama yaitu pandangan dominasi manusia dominan western
worldviewDWW mengasumsikan sifat alamiah manusia berbeda dari benda
lainnya, sehingga ia berhak untuk mendominasinya Buttel, 1987 dalam Agusta 2007. Pandangan pemikiran Antroposentrisme yang kedua merupakan
paradigma penghilangan peran manusia human exemptionalisme paradigmaHEP
. Paradigma ini menganggap manusia memiliki budaya yang merupakan tambahan dari genetiknya, sehingga memiliki perbedaan yang cukup
dari hewan. Lingkungan sosial dan budaya menjadi konteks utama untuk hubungan antar manusia, sedangkan lingkungan biofisik secara umum tidak
relevan.
Tabel 113 Karekteristik dan Paradigma Pembangunan
Item Pembangun an
kapitalisme Pembangun
an di seputar
kapitalisme Pembangunan melawan
kapitalisme Penolak
an pemban
gunan
Nama Neoliberalis me
Intervensionis me
Strukturalisme Pembanguna n berbasis
manusia Pasca
pembangu nan
Visi masyarakat
yang dituju Kapitalisme
liberal Kapitalisme
liberal dan pencapaian
kebutuhan dasar
Masyarakat industri modern
tanpa kapitalisme
Seluruh rakyat dan
kelompok merealisasik
an potensinya
Menolak pembangu
nan
Peran pembangun
an Proses imanen
dalam kapitalisme
Menghilangka n efek negatif
kemajuan Transformasi
masyarakat secara
komprehensif Proses
pemberdaya an kelompok
dan perorangan
Tipuan hegemoni
AS
Agen pembangun
an Enterpreneur
Individual Agem
pembangunan atau lembaga
terpercaya negara, LSM,
organisasi internasional
Tindakan bersama yang
diikomando negara
Gerakan sosial an
individual Agen
pembangu nan
Sumber : Adaptasi Thomas 2000a dalam Agusta 2007
Menyempal dari kedua pandangan besar teori sosial tersebut, paradigma ekologi politik sangat memperhitungkan aspek lingkungan New ecological
paradigmaNEP . Menurut pandangan ini, manusia hidup dan tergantung pada
lingkungan biofisik, dimana lingkungan ini bisa menjadi penghalang hubungan antar manusia. Dalam beberapa referensi paradigma ini terbukti mampu menahan
limit carrying capacity melalui implikasi kekuasaan, namun hukum ekologi tidak dapat dilawan. Kerusakan yang ditimbulkan akibat pola pembangunan ekploitatif
terlanjut telah merusak sumber daya alam dan mengurangi fungsinya bagi kesejahteraan manusia. Paradigma pembangunan yang ada saat ini pasti akan
terseret pada ketiga paradigma tersebut di atas. Perbandingan antara DWW, HEP dan NEP dijelaskan dalam Tabel 114.
Paradigma ekologi pembangunan saat ini berada dalam ranah paradigma neoliberal maupun intervensionis. Ekologi pembangunan yang mendukung
rasionalitas ekonomi kapitalis belum mampu mengeluarkan kapitalisme dari krisis hakikinya. Paradigma ekologi politik yang ada saat ini sedang beranjak dari
rasionalisasi ekonomi menuju rasionalitas eko-sosial. Melalui pembacaan paradigma terdahulu, maka ekologi politik berada di luar pembangunan
kapitalisme atau pembangunan di luar kapitalisme. Bahkan mungkin berada dalam paradigma pembangunan melawan kapitalisme atau penolakan anti
pembangunan Agusta, 2007.
Tabel 114 Perbandingan Paradigma Dominasi DWW, Penghilangan Peran Manusia HEP dan Ekologi Baru NEP
Uraian DWW HEP NEP
Asumsi sifat alamiah manusia
Manusia pada dasarnya berbeda dari benda lain
di dunia, sehingga boleh mendominasinya
Manusia memiliki budaya yang
merupakan tambahan dan berbeda nyata
dari genetiknya, sehingga memiliki
perbedaan Walaupun memiliki
karekteristik yang berbeda, manusia
tetap saja bagian dari spesies yang
memiliki hubungan dengan spesies lain
dalam ekosistem global
Asumsi sebab-akibat sosial
Manusia menjadi pengelola tujuannya
sendiri, dapat menentukan sendiri
tujuannya dan belajar bertindak sesuai
kebutuhannya Faktor sosial dan
kultural termasuk teknologi menjadi
determinan utama dalam hubungan antar
manusia Hubungan antar
manusia tidak hanya dipengaruhi faktor
sosial dan kultural, melainkan juga
memiliki hubungan kausal, efek dan
umpan balik dallam jaringan alam,
sehingga tindakan manusia yang
bertujuan dapat memiliki
konsekuensi yang tidak diperkirakan
Asumsi konteks masyarakat
Dunia sangat luas sehingga memiliki
peluan yang tidak terbatas bagi manusia
Lingkungan sosial dan budaya menjadi
konteks utama untuk hubungan antar
manusia, sedangkan lingkungan biofisik
secara umum tidak relevan
Manusia hidup dalam dan tergantung pada
lingkungan biofisik, dimana lingkungan
ini bisa menjai penghalang
hubungan antar manusia
Asumsi hambatan dalam masyarakat
Sejarah manusia merupakan sejarah
kemajuan, setiap masalah akan dapat
ditemukan pemecahannya,
sehigga kemajuan tidak akan berhenti
Budaya bersifat kumulatif, sehingga
kamjuan tehnologi dan sosial berlangsung
secara tidak terbatas, dan seluruh
permasalahan sosial memiliki pemecahan
Meskipun temuan berikut implikasi
kekuasaan mampu menambah limit daya
dukung sementara waktu, namun
hukum ekologis tidak dapat dilawan
Sumber : Disadur dari Buttel, 1987 dalam Agusta 2007
Koreksi atas dominansi neo-liberalisme ini melahirkan gerakan environmentalisme
. Environtalisme yang masih menggunakan rasionalitas ekonomi sebagai basis gerakan melahirkan kapitalisme hijau yang berada dalam
kankangan paradigma neoliberalisme dan intervensionisme. Paradigma pembangunan struktural didukung paradigma marxisme ekologis dan feminisme
lingkungan. Paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia menjadi wahana paradigma rasionalitas baru. Adapun paradigma anti pembangunan diisi
dengan paradigma ekologi politik baru New Ecological ParadigmNEP. Paradigma pembangunan dan ekologi poitik disajikan dalam Tabel 115.
Tabel 115 Paradigma Pembangunan dan Ekologi Politik
Respon terhadap
kapitalisme global
Pembangun an
kapitalisme Pembangun
an seputar kapitalisme
Pembangunan melawan kapitalisme
Penolakan pembangu
nan
Paradigma pembanguna
n Neoliberalis
me Intervensioni
sme Struktur
alisme Pembangun
an berbasis manusia
Pasca pembangun
an Paradigma
ekologi politik
Kapitalisme hijau Marxis
me ekologis
Ecofemi nism
Rasionalitas baru
Ekologi politik baru
Sumber : Agusta, 2007
8.3.2 Implikasi Kebijakan