berkelanjutan. Sebagaimana dikemukakan Serageldin 1996 dalam Rustiadi 2003 bahwa konsep pembangunan berkelanjutan meliputi tiga dimensi yang
disebutnya sebagai a triangular framework yakni keberlanjutan ekonomi, sosial dan ekologi. Spangenber 1999 dalam Rustiadi 2003 menambahkan dimensi
kelembagaan institution sebagai dimensi keempat keberlanjutan.
2.1.5 Kebijakan Pengelolaan PPK
Kebijakan yang dimaksudkan dalam penelitian ini meliputi kebijakan pemerintah dan peraturan yang mengatur tentang pengelolaan PPK. DKP 2003
menetapkan kebijakan pengelolaan PPK yaitu : a Meningkatkan pengelolaan PPK di perbatasan untuk menjaga integritas
b Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya PPK secara terpadu, optimal dan lestari untuk kesejahteraan masyarakat berbasis pelestarian dan
perlindungan lingkungan c Meningkatkan pengembagan ekonomi wilayah berbasiskan pemberdayaan
masyarakat melalui peningkatan kemampuan SDM, teknologi dan iklim invetasi yang kondusif
d Meningkatkan sinkronisasi peraturan perundangan dan penegakan hukum. Respon terhadap pentingnya pengelolaan PPK semakin tinggi dengan telah
diterbitkannya undang-undang No.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau kecil. Undang-undang tersebut mengatur mulai dari
perencanaan, pengelolaan, pemanfaatan, hak penguasaan perairan pesisir, pengaturan pegelolaan, konsep pengelolaan PPK dan pengawasan pengendalian.
Peraturan tersebut memberikan ruang yang cukup penting bagi keberlanjutan PPK dan kelestarian sumberdaya PPK. Konsep pembangunan
berkelanjutan dengan menekankan pada pendekatan keterpaduan ICM. Pengelolaan wilayah pesisir dan PPK, menekankan pada aspek ekologis, aspek
ekonomis dan sosial. Asas pemerataan, peran serta masyarakat, keterbukaan dan keadilan termasuk menjadi dasar pengelolaan PPK. Peraturan ini dalam satu sisi
memberikan harapan akan keberlanjutan ekologis PPK serta pemerataan ekonomi dengan memasukkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan memberikan
akses dalam pengelolaan PPK. Namun di sisi lain, undang-undang meninggalkan
banyak pertanyaan yang bersifat berkebalikan secara diametral dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Adanya pasal tentang hak penguasaan perairan
pesisir HP-3 seperti dalam pasal 16-22 memberikan gambaran tentang masa depan PPK dan masyarakat pesisir. Pemanfaatan yang salah dan semata
berorientasi ekonomi dan kapitalisasi modal tanpa mengindahkan aspek kelestarian lingkungan PPK akan mengakibatkan kerusakan PPK dalam jangka
panjang. Pasal ini juga memberikan peluang hidupnya kolaborasi elit sosial atau para komprador dengan para pemilik modal dalam memanfaatkan ekosistem PPK
dan sumberdaya yang berada di dalamnya. Pemberian hak kepada masyarakat dalam pengelolaan bisa jadi tidak akan melahirkan pemerataan namun bisa
menutup akses masyarakat dalam pengelolaan karena lemahnya bergaining posisi masyarakat sehingga akan berakibat pada semakin tingginya kesenjangan dan
menguatnya ketidakmerataan di PPK.
2.2 Konsepsi Daya Dukung Pulau-Pulau Kecil