sekolah yang baru mencapai nilai 7,8 pada tahun 2006. Nilai ideal rata-rata lama sekolah adalah 15. Daya beli masyarakat dari tahun 2004-2006 juga menunjukkan
peningkatan meskipun masih jauh di bawah standar ideal yaitu Rp 732.720,-. Sedangkan Kepulauan Seribu daya beli masyarakatnya pada tahun 2006 baru
mencapai Rp 578.800,-. Adanya peningkatan pada semua komponen IPM di Kepulauan Seribu ini menunjukkan kualitas hidup masyarakat semakin membaik.
Nilai IPM DKI Jakarta yang tertinggi tidak serta merta merubah status pembangunannya. Secara total, seluruh KabupatenKota di Indonesia status
pembangunannya belum ada yang masuk dalam kategori tinggi. Status pembangunan Kepulauan Seribu dan DKI Jakarta beserta semua Kota-kota
lainnya di DKI Jakarta status pembangunannya masuk dalam kategori menengah atas.
6.1.4 Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Model BKKBN
BKKBN lebih melihat pada sisi kesejahteraan dibandingkan dengan sisi kemiskinan. Pendataan keluarga sejahtera dilakukan dalam lima tahap, mulai dari
pra sejahtera, keluarga sejahtera KS I – KS III plus. Dalam analisis ini digunakan data Podes tahun 2006 dan data hasil survey lapangan.
Tabel 38 Kependudukan Kelurahan P. Panggang
N a
m a
K e
lura han
J u
mla h
P e
n duduk
La k
i-lak i o
rang
J u
mlah P
e n
duduk Pere
mp u
a n
o ra
ng J
u mla
h Kelua
rga
Pers e
n tas
e K
e lu
arga P e
rta n
ian
J u
mlah P
ra Ke
lu arga S
e jahtera
da n K
el u
ar g
a S
ej a
ht e
ra K
S 1
Ju mla
h Ke
lu arg
a ya
ng
meng gun
a k
a n
Lis trik No
n -P
L N
k eluar
ga
PULAU PANGGANG
2273 2152
1240 85
573 1240
Sumber : Podes, 2006 BPS Jakarta
Berdasarkan Tabel 38 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kelurahan P. Panggang pada tahun 2006 mencapai 4.425 jiwa dengan keluarga mencapai 1.240
keluarga. Dari total penduduk, 2.273 diantaranya adalah laki-laki dan 2.152 adalah perempuan. Persentase jumlah keluarga pertanian perikanan mencapai
85. Artinya mayoritas penduduk Kelurahan P. Panggang berprofesi di bidang perikanan atau yang terkait dengan usaha perikanan lainnya. Data ini menjadi
gambaran betapa tingginya ketergantungan penduduk terhadap sumber daya pesisir dan laut.
Jumlah keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera 1 KS 1 sekitar 573 keluarga atau sekitar 46.21 dari total jumlah keluarga yang ada. Jumlah keluarga
miskin di Kelurahan P. Panggang hanya terdapat di P. Panggang dan P. Pramuka. Karena di antara 12 pulau yang termasuk dalam wilayah administrasi Kelurahan
P. Panggang, hanya P. Panggang dan P. Pramuka yang peruntukannya untuk pemukiman penduduk. Angka tersebut dapat juga menunjukkan bahwa hampir
separuh dari jumlah keluarga yang rata-rata berprofesi sebagai nelayan tersebut merupakan keluarga miskin.
Data ini juga semakin memperkuat analisis bahwa kemiskinan selalu diidentikkan dengan nelayan dan masyarakat pesisir. Masyarakat Kepulauan
Seribu dan P. Panggang serta P. Pramuka khususnya mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan atau usaha perikanan lainnya seperti
budidaya laut, pengolahan hasil perikanan dan perdagangan. Setidaknya tercatat beberapa potensi yang seharusnya dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat pesisir Kelurahan P. Panggang agar kesejahteraannya meningkat. Beberapa potensi tersebut antara lain ekosistem terumbu karang, lamun, ekosistem
pantai, pulau-pulau yang difungsikan sebagai pariwisata dan cagar alam serta status P. Pramuka sebagai pusat ibu kota Kabupaten Kepualaun Seribu. Potensi
SDPL tersebut belum dan atau tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat guna meningkatkan kesejahteraannya. Inilah yang menjadi pertanyaan
besar kenapa masyarakat yang dikelilingi oleh sumber daya melimpah namun angka kemiskinannnya masih tinggi.
Keluarga pra sejahtera sangat miskin ditandai oleh adanya beberapa indikator ekonomi dan non ekonomi yang belum dapat dipenuhi oleh keluarga
tersebut. Indikator ekonomi yang dimaksud adalah : makan dua kali atau lebih sehari, memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas misalnya di rumah,
bekerja sekolah dan bepergian, dan bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah. Sedangkan indikator non-ekonomi ditandai oleh indikator antara lain pelaksanaan
ibadah, bila anak sakit dibawa ke sarana kesehatan. Tabel 39 merupakan hasil survey yang dapat digunakan untuk mempertegas kategorisasi keluarga miskin
yang terdata dalam Podes 2006. Hasil wawancara dengan 30 KK di P. Panggang dan 27 KK di P. Pramuka
menunjukkan masih adanya keluarga sangat miskin meskipun jumlahnya sudah berkurang. Sebagai contoh, masih ada 5 responden 8,77 di P. Panggang dan
P. Pramuka yang bahan lantainya masih berupa tanah. Untuk pola berpakaian, sekitar 36 keluarga 65,45 mengatakan bahwa setahun sekali ganti pakaian dan
sebanyak 12 keluarga 21,82 mengaku tidak mempunyai pakaian khusus untuk acarakegiatan tertentu. Demikian jika anggota keluarga ada yang sakit, sekitar 19
keluarga 26 mengobatinya dengan membawa ke dukun atau mengkonsumsi obat-obatan yang dijual bebas di warung. Hasil survey mempertegas adanya
masyarakat yang berada dalam status sangat miskin, namun jumlahnya sedikit.
Tabel 39 Kategori Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I Menurut Hasil Survey Lapang
Kategori Jumlah KK
Luas lantai : 8 m2 7
12.28 Bahan lantai : tanah
5 8.77
Pola pakaian : setahun membeli satu kali 36
65.45 Tidak punya pakaian khusus
12 21.82
Bila sakit berobat ke dukun 1
1.75 Bila sakit menggunakan obat warung
18 31.58
Pendapatan tidak tetap, musiman 28
50.00 Pendapatan harian
26 46.43
KK yang tidak sekolah 6
10.71 Dari yg tidak sekolah, yg tdk bs baca tulis
1 16.67
KK yang mengikuti program KB 42
73.68
Sumber : Data primer
Keluarga sejahtera I miskin ditandai oleh tidak adanya kemampuan dalam memenuhi salah satu atau lebih beberapa indikator ekonomi dan non
ekonomi. Indikator ekonomi yang dimaksud meliputi : paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging atau ikan atau telor, setahun terakhir seluruh
anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru dan luas lantai rumah paling kurang 8 m
2
untuk tiap penghuni. Sedangkan indikator non ekonomi meliputi : Ibadah teratur, sehat tiga bulan terakhir, punya penghasilan
tetap, usia 10-60 tahun dapat baca tulis huruf latin, usia 6-15 tahun bersekolah dan anak lebih dari 2 orang, ber-KB.
Data ini dapat diperkuat dengan melihat hasil wawancara langsung kepada 30 keluarga di P. Panggang dan 27 keluarga di P. Pramuka. Sebagai contoh,
terdapat 7 responden 12,28 yang luas lantainya 8 m
2
. Dari sisi pendapatan sebanyak 54 kepala keluarga 96 menyatakan bahwa pendapatan yang mereka
terima bersifat tidak tetap, musiman dan harian. Jika dilihat dari jumlah anggota keluarga yang tidak sekolah, hanya tercatat sekitar 6 kepala keluarga 11 yang
tidak bersekolah. Dari 6 orang tersebut 5 orang diantaranya dapat membaca tulis huruf latin dengan cara otodidak dan hanya 1 orang yang betul-betul tidak bisa
baca tulis. Dalam hal menyekolahkan anak, hampir semua keluarga mampu menyekolahkan anaknya. Hanya sekitar 9 kepala keluarga 10 yang
menyatakan tidak mampu menyekolahkan anaknya. Sedangkan dari keikutsertaan program KB, 15 kepala keluarga menyatakan tidak ikut program KB.
Tabel 39 juga menggambarkan bahwa 53,79 merupakan keluarga sejahtera I-III plus. Survey lapang memperkuat data ini dengan melihat beberapa
indikator keluarga sejahtera sebagian besar keluarga mampu memenuhinya. Sebanyak 57 responden mengatakan bahwa 30 kepala keluarga 52,63
menyatakan telah mempunyai tabungan meskipun masih banyak disimpan di celengan atau dititipkan ke perorangan. Sekitar 55 orang 96 menyatakan
jarang dan atau aktif dalam kegiatan sosial keagamaan dan sebanyak 39 orang 68 aktif dalam organisasi kemasyarakatan. Kategori keluarga sejahtera I-III
tersebut lebih banyak masuk pada kategori KS I-II. Karena jika dilihat jumlah kepala keluarga yang aktif memberikan sumbangan hanya sekitar 35 orang dan
yang betul-betul aktif dalam kepengurusan organisasi hanya sekitar 15 orang kepala keluarga. Tabel 40 hasil survey mempertegas kategorisasi Keluarga
Sejahtera II-III plus.
Tabel 40 Kategori Keluarga Sejahtera I-III Plus Menurut Hasil Survey Lapang
Kategori Jumlah KK
Memilik tabungan 30
52.63 Aktif dalam kegiatan sosial keagamaan
30 52.63
Jarang aktif dalam kegiatan sosial keagamaan 25
43.86 Rekreasi setahun 1 kali sampai 2 kali
7 12.28
Sesekali melakukan rekreasi keluarga 33
57.89 Bisa mendapatkan akses informasi
45 80.36
Bisa mengakses informasi lebih dari satu sumber 9
16.07 Sering memberikan sumbangan
21 37.50
Jarang memberikan sumbangan 35
62.50 Aktif dalam organisasi kemasyarakatan
15 26.32
Jarang aktif dalam organisasi kemasyarakatan 24
42.11
Sumber : Data primer
6.2 Potret Kesejahteraan Responden