Definisi dan Perkembangan Ekonomi Politik

untuk mendukung penduduknya, sehingga memperoleh suatu standar hidup yang layak.

2.5 Pendekatan Ekonomi Politik dan Kelembagaan

2.5.1 Ekonomi Politik

A. Definisi dan Perkembangan Ekonomi Politik

Pembangunan ekonomi pada hakekatnya tidak bisa terlepas dari aspek politik. Kebijakan-kebijakan pembangunan ekonomi dikeluarkan oleh kekuasaan dan birokrasi yang kental dengan prilaku politik. Kedua terma ini tidak bisa dipisahkan meskipun pada mulanya diarahkan pada pembagian fungsional bahwa keduanya merujuk pada arena-arena kegiatan yang berbeda. Dalam kamus induk ilmu ekonomi, yakni A new Dictionary of Economics 1966 dalam Ersson dan Lane 1990 istilah ini diambil dari bahasa Yunani, dimana polis berarti unit politik dan oikonomike mengacu pada manajemen suatu rumah tangga. Kombinasi kedua kata ini menunjukkan eratnya keterkaitan antara fakta-fakta produksi, keuangan dan perdagangan dengan kebijakan pemerintah di bidang moneter, fiskal dan komersial. Sejak abad 19 aspek politik murni makin surut dalam studi fenomena ekonomi sampai akhirnya menjadi ilmu ekonomi seperti yang dikenal sekarang ini. Keterkaitan antara ekonomi dan politik dalam ekonomi-politik setidaknya dapat dilihat dari berbagai tulisan para ahli ekonomi politik seperti Ricardo, Smith, Marx dan Stuart Mill, mereka berusaha keras mengemukakan tinjauan-tinjauan dan konsekuensi-konsekuensi politik dari suatu perekonomian guna meyakinkan semua pihak akan eratnya keterkaitan antara ekonomi dan politik. Ilmu ekonomi politik secara konvensional pada umumnya berbicara tentang anatomi sistem yang diterapkan oleh negara atau pemerintah. Hasil pembahasan anatomi tersebut umumnya bermuara hanya pada dua kategori utama yaitu sistem ekonomi politik kapitalisme dan sistem sosialisme Rachbini, 2002. Fokus ekonomi politik tidak lagi pada fenomena-fenomena ekonomi secara umum, melainkan secara lebih spesifik ia menyoroti interaksi antara faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor politik Alt dan Chrystal, 1983. Di zaman Yunani kuno, ekonomi merupakan bagian dari studi politik, yang pada gilirannya menjadi bagian dari penelaahan etika dan filosofi Myrdal, 1954. Pada awalnya ekonomi politik dianggap sebagai seni manajemen domestik, di mana lewat perluasannya berkembanglah makna paling awal ekonomi politik, merujuk pada seni mengelola ekonomi sebuah negara Staniland, 1985. Sebagaimana merkantilis James Steuart 1767 dalam bukunya yang terkenal An inquiry into the principle of political economy menyebut ekonomi adalah ”seni menyediakan seluruh keinginan keluarga, secara bijaksana dan cermat, sementara ekonomi ada di dalam keluarga, ekonomi politik ada dalam negara”. Adam Smith dan para penerusnya menentang doktrin ini sebagai paternalistik karena mengandaikan seorang kepala negara seperti seorang ayah yang baik dalam sebuah keluarga. Menurut Smith 1776 ekonomi politik sebagai sebuah cabang ilmu tentang negarawan atau pembuat perundangan. Tujuan-tujuan ekonomi politik menurut Smith seperti tertuang dalam ”of system of political oeconomy ”, The wealth of nations, buku IV, menyebutkan pertama, menyediakan pendapatan yang cukup banyak atau kebutuhan minimum diri mereka sendiri. Dan kedua , mensuplai negara atau persemakmuran dengan pendapatan yang memadai bagi pelayanan publik. Penekanan Smith pada ”masyarakat” dan pada kegiatan ekonomi mereka sebagai sumber kesejahteraan sangat berlawanan dengan penekanan merkantilis pada negara sebagai sumber sekaligus penerima manfaat pertumbuhan ekonomi. Pandangan Smith tersebut merupakan arus utama pemikiran ekonomi yang berkembang saat itu. Ekonomi telah berkonsentrasi pada konsep-konsep manusia dengan alam dan manusia dengan dirinya secara dingin, berasumsi bahwa suatu kesetimbangan penuh harmoni akan tercapai melalui pengejaran kepentingan diri individu Elliot dalam Staniland, 1985. Daya tarik intelektual dan estetika pengembangan kerangka kerja yang dibangun Smith dan Ricardo dan rekan-rekan mereka sedemikian besarnya sehingga mendesakkan munculnya faktor-faktor kekuasaan, motif-motif non keuangan, prilaku kelompok, dan sebagainya Rothchild dalam Staniland, 1985. Kebangkitan monopoli-monopoli menganggu asumsi neoklasik dan mengangkat ekonomi institusional yang memahami keberadaan organisasi-organisasi dan kepentingan-kepentingan kolektif serta kekuasaan dan konflik di antara mereka. Monopoli dalam arus utama ekonomi klasik, diinterpretasikan sebagai tiadanya persaingan ketimbang sebagai peristiwa akibat dominansi kekuasaan. Pertanyaan tentang kekuasaan dengan demikian dapat diabaikan. Kritik ini telah mengangkat tuntutan adanya analisis yang mengakui keberadaan kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi serta mencakup pelaksanaan kekuasaan. Kelompok radikal dari tahun 1960-an meletakkan tuntutan ini ke bentuk yang lebih spesifik, menyerukan bagi adanya analisis yang menggunakan bahasa konflik kelas dan mendesak para ekonom agar komitmen membantu mereka yang menjadi subyek kekuasaan. John Gurley, seorang ekonom politik radikal membandingkan pendekatan-pendekatan radikal dan konvensional sebagai berikut Staniland, 1985 : Seorang ekonom politik melihat struktur-struktur kekuasaan dan meletakkan mereka pada sisi depan analisisnya, seorang ekonom konvensional – yang hanya melihat masyarakat terdiri dari manusia- manusia ekonomi bebas dengan kepentingan diri sendiri dan berinteraksi sebagaimana pasar – tidak melakukannya. Ekonom konvensional tidak hanya gagal untuk memperhitungkan hubungan-hubungan kekuasaan dan kewenangan, namun juga gagal menangkap aspek-aspek sosial yang paling relevan dari masalahnya, namun dengan membuatkan diri atas kepentingan-kepentingan kelas serta terikat dengan data dan teknik-teknik yang dimilikinya, ia sebagai akibatnya mendukung sistem yang memperlakukan sejumlah besar orang demikian buruknya .... Ekonom politik bersikap radikal, di satu sisi, dengan tidak hanya mempelajari masalah-masalah ekonomi dalam konteks sejarah hubungan penguasa- subyek, namun secara aktif juga bersisian dengan kalangan miskin dan tanpa daya, serta umumnya memandang sistem kapitalisme sebagai penindas” Gurley, 1971. Kritik terhadap pandangan Smith ini dengan buku Wealth of nation yang dianggap sebagai tonggak sejarah dari lahirnya ilmu ekonomi terus mengalir. Dalam Wealth of nation, Smith membahas berbagai segi persoalan, kalau dilihat dengan kerangka ilmu-ilmu sosial sekarang, tidak semuanya dikategorikan sebagai aspek dari atau termasuk dalam bidang ekonomi. Menurut Rahardjo 1988 buku Adam Smith ini kalau digolong-golongkan, akan lebih tepat kalau dimasukkan dalam ilmu-ilmu pendidikan, sosiologi, politik, dan ilmu-ilmu sosial non ekonomi bahkan juga pembahasan yang bersifat filsafati. Dawam Rahardjo menyebut buku Adam Smith ini sebagai ilmu ekonomi politik. Menurut Rahardjo 1988 ekonomi politik adalah suatu cabang ilmu tentang teori evolusi kemasyarakatan di mana inti dari dinamika perkembangan ekonomi secara sistematis dikaitkan dengan perubahan sosial dan politik, dan selanjutnya itu semua mengembalikan pengaruhnya kepada proses ekonomi. Smith menurut Dawam rahardjo melihat perkembangan ekonomi secara optimis dan masa depan yang cerah. Tidak demikian dengan Thomas Maltus dan David Ricardo. Keduanya melihat gambaran kemacetan perkembangan ekonomi di masa depan. Malthus 1798 dalam An Essay on the Principle of Population banyak berbicara tentang pertumbuhan penduduk yang menghantui cita-cita mencapai kemakmuran dan Ricardo 1817 dengan On the Principle of Political Economy Taxation berbicara menengok pada perkembangan pertanian yang bertendensi menurun produktivitasnya. Ketiga ekonom di atas merupakan peletak dasar perkembangan ilmu ekonomi politik klasik dan peletak dasar sistem ekonomi kapitalis. Smith dan Ricardo telah mengembangkan analisa sistem kapitalis yang sedang berkembang ketika itu. Ciri utama sistem ekonomi kapitalis ketika itu ialah pengeluaran barang secara umum. Untuk memahami hubungan sosial ekonomi masyarakat waktu itu, Smith dan Ricardo telah mengembangkan teori nilai kerja. Teori ini menghubungkan nilai semua barang yang dikeluarkan dengan biaya tenaga kerja manusia yang terlibat. Teori ini dikembangkan lebih lanjut oleh Marx dengan kritikan bahwa kemiskinan bersumber pada sistem hubungan produksi yang ekploitatif. Marx mengajukan kritik frontal dan radikal terhadap pandangan ekonomi-politik para ekonom klasik yang optimis. Teori akumulasi kapital yang tadinya disarankan sebagai cara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, oleh Marx dibalik untuk menjelaskan mekanisme ekploitasi yang akan membawa sistem kapitalisme yang berlaku dan berkembang ketika itu kepada proses keruntuhan Rahardjo, 1988. Teori ekonomi politik klasik yang dibangun oleh Smith dan Ricardo ini kemudian digunakan oleh marx, Sweezy, Bukharin, Fine dan Horrison yang kemudian melahirkan teori ekonomi politik baru. Teori ekonomi politik baru lebih dikenal menggunakan pendekatan materialisme sejarah. Pendekatan atas studi interaksi antara ekonomi dan politik seperti yang dikembangkan oleh Marx dapat disebut juga sebagai ekonomi politik modern Frey, 1978 dalam Deliarnov 2006. Pendekatan-pendekatan yang berkembang selain Marxis terdapat juga Neo-Marxis, pendekatan teori sistem, pendekatan institusional atau tradisional, hingga pendekatan pilihan publik public choice approach . Ada yang berpendapat bahwa ekonomi politik modern itu pada dasarnya adalah penerapan satu metode pokok – yakni model ekonomi mengenai preferensi, pilihan dan kendala- terhadap prilaku-prilaku non-pasar Schneider, 1989 dalam Ersson dan Lane 1990. Pendekatan-pendekatan ekonomi politik modern ini mempunyai banyak kesamaan pada fokusnya yang diletakkan pada hubungan timbal balik atau resiprositas antara politik dan ekonomi dalam pengertian yang seluas-luasnya.

B. Faktor-Faktor Ekonomi dan Politik