kemakmuran di manapun Jhingan, 1975. Bagi Meier dan Baldwin dalam Jhingan 1975 pengkajian mengenai kemiskinan bangsa-bangsa bahkan lebih
terasa mendesak daripada pengkajian kemakmurannya.
2.3.1 Teori Pembangunan Tentang Kemiskinan
Seperti telah didikemukakan dalam pengantar, bahwa kategorisasi teori pembangunan yang akan diuraikan di bawah ini berangkat dari kategorisasi dari
Damanhuri 1997. Damanhuri membagi kategorisasi teori pembangunan ke dalam tiga teori besar yaitu teori liberal, teori kritis radikal dan teori heterodox.
A. Teori Liberal
Dalam berbagai khasanah literatur ekonomi pembangunan, banyak disebutkan bahwa teori-teori pembangunan ekonomi bertujuan untuk melakukan
modernisasi di negara-negara yang sedang berkembang. Semangat pembangunan dengan latar belakang teori modernisasi adalah keinginan untuk memodernisasi
negara-negara berkembang dengan cara meniru negara maju dalam segala aspek, khususnya dalam mode of production kapitalisnya. Teori-teori pembangunan
ekonomi pada generasi ini berfokus pada beberapa isu sentral seperti pertumbuhan ekonomi, akumulasi modal, transformasi struktural dan peran
pemerintah. Sistem kapitalisme yang negara-negara maju terapkan selama ini dianggap sebagai jalan bagi negara yang sedang berkembang untuk bangkit dari
keterbelakangan dan mengejar kemajuan Sanderson, 1993. Teori yang cukup meyakinkan bagi keberlangsungan modernisasi adalah
teori Rostow tentang tahapan pertumbuhan ekonomi. Rostow 1960 dalam Jhingan 1975, memandang bahwa proses pembangunan bergerak dalam sebuah
garis lurus, yakni masyarakat yang terbelakang menuju masyarakat yang maju. Rostow memperkenalkan teori pertumbuhan yang dikenal dengan The Stages of
Economic Growth meliputi i masyarakat tradisional; ii prakondisi untuk lepas
landas; iii lepas landas; iv menuju kedewasaan; dan v tahap konsumsi massa tinggi. Bagi Rostow Investasi adalah suatu kemutlakan yang dapat diperoleh dari
luar maupun dalam. Teori Rostow ini semakin meneguhkan pemikir modernis lainnya seperti Rosenstein-Rodan 1943 dalam Arif 1998 dengan
industrialisasinya, Nurske 1952 dengan mobilisasi dan rangsangan investasi serta Lewis 1954 tentang perlunya mempertahankan akumulasi modal dalam
bentuk tabungan dan keuntungan, sebagai jalan keluar bagi negara ketiga dari keterbelakangan. Artinya, teori-teori ini mengundang masuknya institusi
permodalan kapitalisme dengan bunga yang tinggi sehingga akhirnya terjadi ketergantungan Frank,1984.
Harrod-Domar dalam Arif 1998 menekankan bahwa pembangunan masyarakat hanya merupakan masalah penyediaan modal dan investasi
pembangunan. Dengan merekomendasikan adanya investasipenanaman modal Harrod-Domar meyakini bahwa pendapatan masyarakat akan bertambah dengan
meningkatnya produksi sebagai akibat adanya investasi yang pada gilirannya akan berujung pada lahirnya kesejahteraan. Pergerakan modal dari negara maju ke
negara miskin bagi Paul Baran 1957 hanyalah bertujuan menyedot keuntungan dari negara miskin sebagai akibat dari pertambahan pendapatan yang diakibatkan
oleh adanya investasi asing. Kritik lain dari pemikir modernisasi terhadap ketertinggalan negara sedang
berkembang disebabkan karena persoalan-persoalan kebudayaan atau kultur. Untuk itu fokus lain dari teori modernisasi adalah adanya transformasi struktural.
Menurut Harison 1988, modernisasi akan berpengaruh terhadap perubahan susunan dan pola masyarakat, dengan terjadinya diferensiasi struktural. Demikian
juga dengan kapitalisme yang telah dibuktikan sejarah, serta dikritik oleh Marx, akan menimbulkan struktur yang penuh konflik. Teori Modernisasi yang
berlandaskan teori evolusi, mengharapkan suatu perubahan masyarakat secara bertahap, dari keadaan serba sama kepada semakin terdiferensiasi Sanderson,
1993. Tokoh modernisasi klasik, misalnya Colleman dalam Suwarsono dan So 1991 meninginginkan bahwa individu yang modern diharapkan akan memiliki
kebutuhan berprestasi yang tinggi. Pernyataan Colleman ini senada dengan Mc Clelland 1961 dalam Hettne 2001 dengan lebih menekankan pada aspek
psikologi individu. Bagi Mc Clelland mendorong proses pembangunan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan dorongan berprestasi yang tinggi.
Dengan Human Capital Theory nya, Mc Clelland berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin tinggi keterampilan dan
pengetahuan. Semakin tinggi keterampilan dan pengetahuan maka akan semakin tinggi produktivitas. Semakin tinggi produktivitas, semakin tinggi pendapatan
dan ujungnya akan semakin meningkatkan kesejahteraan. Kemiskinan menurut Mc Clelland disebabkan karena kurangnya dorongan berprestasi pada kaum
miskin. Dalam strategi pembangunan ekonomi, perspektif modernisasi
diwujudkan dalam bentuk strategi pertumbuhan ala model liberal. Damanhuri 1997 mencatat bahwa hasil pembangunan model liberal seperti itu menyebabkan
pengangguran terbuka dan tertutup yang membengkak, kemiskinan absolut dan relatif ketimpangan serta ketergantungan permanen terhadap modal asing dan
teknologi.
B. Teori Radikal