masing-masing unsur kelembagaan. Hasil keluaran matrik unsur kelembagaan akan dibahas secara deskriptif dengan melihat perkembangan data primer maupun
sekunder. Matrik identifikasi unsur-unsur kelembagaan dapat diperhatikan pada Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9 Identifikasi Unsur-Unsur Kelembagaan
Unsur kelembagaan Keberadaan
Fungsi ya tidak
Efektif Kurang
3.6 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini tidak semua bidang akan diteliti, namun akan dibatasi pada beberapa hal. Batasan-batasan tersebut antara lain :
• Penghitungan daya dukung ekologi terumbu karang didasarkan pada kondisi terumbu karang di Kelurahan P. Panggang.
• Penghitungan daya dukung lingkungan pulau dilakukan di dua pulau berpenghuni di Kelurahan P. Panggang yaitu P. Panggang dan P. Pramuka.
Demikian halnya dengan penghitungan tingkat kesejahteraan dan analisis lainnya.
• Pengukuran tingkat kesejahteraan dibatasi pada melihat tingkat pendapatan masyarakat dan juga variabel terkait lainnya yang memungkinkan
• Pengukuran terhadap daya dukung ekosistem mangrove dan terumbu karang akan dilihat manfaat langsung dan tidak langsung jika
memungkinkan untuk dikaji • Sasaran penelitian dibatasi pada masyarakat pesisir dan khususnya nelayan
tradisional yang hasil tangkapannya banyak bergantung dari keberadaan ekosistem terumbu karang dan mangrove
Dengan demikian untuk melihat hal-hal yang akan dikaji, metode analisis, sumber data dan hasil keluaran dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.
91
Tabel 10 Persoalan yang Dikaji, Jenis Analisis, Sumber Data dan Output
No Uraian Kajian
Analisis Sumber
Data Hasil
1 Analisis Daya Dukung PPK
a Mengetahui daya dukung
ekologi terumbu karang Persentase tutupan karang,
indek mortalitas dan kelimpahan ikan karang
Data sekunder penelitian sejenis Menunjukkan kualitas terumbu karang
b Daya Dukung Lingkungan
PPK Ecological footprint
Data primer hasil survey lapang Data sekunder penelitian
Menggambarkan produktivitas lokal dan global
2 Analisis Kemiskinan Masyarakat Pesisir
a Mengetahui tingkat
kesejahteraan keluarga nelayan Model Kesejahteraan Keluarga
Data sekunder BPS Mengetahui tingkat kesejahteraan keluarga
nelayan
b Mendeskripsikan tingkat
pembangunan manusia Indek Pembangunan Manusia
IPM Data sekunder dari BPS
Menggambarkan tingkat pembangunan manusia di tingkat Kabupaten, meliputi
Pendidikan, kesehatan dan konsumsipendapatan
c Mengetahui tingkat
ketimpangan keluarga nelayan Analisis gini rasio
Data primer hasil kuisioner Menggambarkan distribusi ketimpangan
pendapatan rumah tangga nelayan
3 Analisis Ekonomi Politik
a Mengukur relasi antara
kesejahteraan masyarakat dengan kebijakan politik dan
lingkungan Analisis Deskriptif
• Data primer dari hasil wawancara, observasi lapangan dan kuisioner
• Data sekunder dari hasil penelitian yang relevan dan
kebijakan yang digunakan Mengetahui kemungkinan adanya faktor bias
pembangunan, relasi antara kebijakan dan kondisi lingkungan, fenomena kemiskinan
yang muncul dikaitkan dengan teori pembangunan yang berkembang
4 Analisis Kelembagaan
a Melihat efektifitas
Kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan PPK
Analisis Deskriptif • Data primer dari hasil wawancara,
observasi lapangan dan kuisioner • Data sekunder dari hasil
penelitian yang relevan, statistik potensi desa 2007
Mengetahui tipe profil nelayan, kelembagaan, aktor yang terlibat, tatanan dan aturan main
yang berlaku, daya jangkau dan mata pencaharian penduduk serta implikasi
kebijakan
4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi
Bio-Geofisik
Kepulauan Seribu terdiri atas rangkaian mata rantai 105 pulau yang terbentang vertikal dari Teluk Jakarta hingga Sebira di arah utara yang merupakan
pulau terjauh dengan jarak kurang lebih 150 km dari pantai Jakarta Utara Terangi, 2007. Kepulauan Seribu sendiri terletak pada 106º 20’00” BT hingga
106º57’00” BT dan 5º10’00” LS hingga 5º57’00” LS. Luas wilayah Kelurahan Pulau Panggang perairan dan darat ± 58,5 km
2
dan memiliki garis pantai sepanjang 22,74 km.
Gugusan Kepulauan Seribu masih dikatakan relatif muda karena inti utama batuan yang ditemukan baru terbentuk sekitar 12.000 tahun sebelum masehi.
Ongkosongo, 1986. Kedalaman perairan umumnya bervariasi pada kedalaman 30-70 m. Kedalaman bisa mencapai 70 meter seperti terdapat di utara pulau Pari
dan utara Pulau Semak daun Terangi, 2007. Hampir setiap pulau memiliki paparan pulau karang yang luas hingga 20 kali lebih luas dari pulau yang
bersangkutan. Kepulauan Seribu secara administratif termasuk dalam Kabupaten
Administratif Kepulauan Seribu yang terbagi menjadi 2 Kecamatan dan 6 Kelurahan, yaitu Kecamatan Kepualuan Seribu Utara Kelurahan Pulau Harapan,
Pulau Kelapa dan Pulau Panggang. Kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Keluraham Pulau Tidung, Pulau Pari dan Pulau
Untung Jawa. Kelurahan Pulau Panggang termasuk salah satu dari kelurahan yang
terdapat di Kepulauan Seribu. Batas kelurahan Pulau Panggang, sebelah utara 05°41’41” LS - 05°41’41”, sebelah selatan 106°44’50” BT, sebelah barat
106°19’30” dan sebelah timur 05°47’00” LD-05°45’14” LS. Kelurahan Pulau Panggang mempunyai luas sebesar 62, 10 Ha dengan ketinggian tanah 1 m dari
permukaan laut. Kondisi perairan laut Kelurahan Pulau Panggang, sebagaimana Kondisi
perairan di Kepulauan Seribu dipengaruhi oleh dua musim setiap tahunnya, musim barat November-Maret dan musim timur Mei-September. Waktu
peralihan di antara dua musim tersebut biasanya ditandai oleh perairan yang relatif tenang dan jernih. Musim hujan berlangsung pada November-April dengan hari
hujan 10-20 hari per bulan. Sedangkan musim kemarau berlangsung pada Mei hingga Oktober dengan hari hujan antara 4-10 hari per bulan. Curah hujan di
Kelurahan Panggang hampir sama dengan rerata curah hujan di Kepulauan Seribu yaitu 142,54 mm dengan curah hujan terendah pada Juni 0 mm dan tertinggi
pada September 307 mm. Kondisi pasang surut di Kelurahan Pulau Panggang dapat dikategorikan
sebagai harian tunggal. Kedudukan air tertinggi dan terendah adalah 0,6 m dan 0,5 m di bawah duduk tengah. Rata-rata tunggang air pada pasang perbani adalah
0,9 m dan rata-rata tunggang air pada pasang mati adalah 0,2 m. Tunggang air tahunan terbesar mencapai 1,10 m.
Berdasarkan data dari berbagai penelitian, kecepatan arus di Kelurahan Pulau Panggang berkisar antara 0,6 cmdt hingga 77,3 cmdt. Kecepatan arus
dipengaruhi kuat oleh angin dan sedikit pasang surut. Semakin menjauhi Laut Jawa, arus akan semakin melemah. Tinggi gelombang tercatat berkisar 0,5-1,5 m
pada musim barat dan 0,5-1,0 m pada musim timur. Tinggi gelombang sangat dipengaruhi oleh variasi kecepatan angin dan adanya penjalaran gelombang dari
perairan sekitarnya. Suhu air dan salinitas laut tidak memiliki fluktuasi yang nyata antar
musim. Suhu air tercatat sebesar 28,5°C-30,0°C pada musim barat dan 28,5°C- 31,0°C pada musim timur. Beberapa parameter kualitas air laut di Kelurahan
Pulau Panggang dan beberapa pulau yang berhuni lainnya seperti P. Pramuka dan P. Kelapa, telah melampaui baku mutu pada lokasi tertentu, seperti Cu, Cd dan Hg
LAPI ITB, 2001. Hasil pengukuran suhu pada bulan Juli 2003 oleh Dinas perikanan DKI 2001 menunjukkan bahwa di Pulau Pramuka berkisar antara 29-
31°C. Pengukuran salinitas juga dilakukan oleh Dinas Perikanan DKI 2001 di
Pulau Panggang dan Pulau Pramuka, masing-masing menunjukkan angka 32,0‰ dan 31,5‰. Demikian juga dgn pengukuran PKSPL IPB 2001 bekerjasama
dengan Dinas Perikanan DKI, pengukuran salinitas di timur Pulau Pramuka
adalah 32‰, sebelah barat Pramuka adalah 32‰. Sedangkan salinitas di tenggara Pulau Panggang adalah 32‰ dan di Panggang tengah Pulau Karya adalah 32‰.
Luas areal Kelurahan Pulau Panggang mencapai 62,1 Ha. Pemanfaatan lahan dari luas total area tersebut antara lain untuk perumahan 41,96, industri
8, kantor dan gudang 22,54, pertanian 6,57 dan lainnya 20,93 Kecamatan dalam angka, 2007. Alokasi untuk perumahan menempati porsi
tertinggi dan hanya dua pulau yang dijadikan sebagai area pemukiman penduduk yaitu Pulau Panggang sendiri dan Pulau Pramuka. Pemanfaatan lahan lainnya
digunakan untuk pariwisata bahari, penghijauan, cagar alam, rambu laut dan pemanfaatan lain.
4.2 Kondisi Sosial