cara memecahkan masalah
.
Kegiatan pembelajaran sains lebih ditekankan pada keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta, membangun
konsep, teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri. Hal tersebut dapat memberikan pengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk
pendidikan. Selama ini proses belajar mengajar biologi hanya mentransfer konsep atau teori dari guru kepada siswa, kemudian siswa menghafalkan
konsep tersebut. Untuk itu perlu dikembangkan suatu pendekatan pembelajaran sains yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk
menemukan dan memahami sebuah konsep. Guru hanya memfasilitasi dan membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran secara aktif dilakukan dengan cara mendengar, membaca, menulis, berdiskusi, merefleksi rangsangan, dan memecahkan masalah.
Dengan demikian, upaya pengembangan keterampilan proses dapat dilakukan dengan melakukan proses pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan
masalah.
7
Pembelajaran sains biologi sebagai bagian dari pendidikan memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam
menghasilkan peserta didik yang berkualitas yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di
masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan sains. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut termasuk ilmu biologi
membawa dampak pemilihan materi, metode dan media pembelajaran serta sistem pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan pengetahuan peserta
didik serta dapat bersaing dalam menanggapi perkembangan sains tersebut. Carin and Sund seperti dikutip Wenno, menyatakan bahwa sains adalah
scientific attitude, yaitu; keyakinan, nilai-nilai, pendapat, dan objektif, misalnya: dalam mengambil keputusan berkaitan dengan masalah yang
dihadapi, siswa bersikap objektif dan jujur. Scientific processes, scientific methods adalah cara khusus dalam penyelidikan untuk memecahkan
7
Heni Rusnayati dan Eka Cahya Prima, “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning dengan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Elastisitas Pada Siswa SMA
”, Makalah disampaikan pada Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta, 14 Mei 2011, h. F-331.
suatu masalah, misalnya; membuat hipotesis, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan dan menyusun data, mengevaluasi data, dan mengukur.
Scientific product produk ilmiah adalah berupa fakta, prinsip, hukum, teori seperti prinsip ilmiah.
8
Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantang bagi siswa untuk berpikir lebih dalam. Menurut Barbara seperti dikutip Rusnayati
mengemukakan bahwa kurangnya penguasaan konsep siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka perlu diterapkan pendekatan pembelajaran berbasis
masalah untuk memfasilitasi siswa, agar siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan.
9
Albanese dan Mitchel seperti dikutip Rusnayati, mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan
dengan pendekatan pembelajaran konvensional, pendekatan pembelajaran berbasis masalah mampu mengkonstruksi konsep dan mengembangkan
keterampilan proses.
10
Konsep biologi yang menarik untuk dibuat pendekatan pembelajaran berbasis masalah adalah konsep sistem pencernaan, karena dalam konsep
sistem pencernaan mencakup konsep macam-macam zat makanan. Konsep zat makanan terkait dalam kehidupan sehari-hari, misalnya memilih menu yang
seimbang, mengenal zat aditif yang terkandung dalam makanan. Selain itu, pembelajaran mengenai konsep sistem pencernaan dapat dilakukan dengan
eksperimen sederhana, misalnya seperti menguji bahan-bahan makanan yang mengandung karbohidrat, dan menguji formalin yang terkandung dalam
makanan. Sehingga siswa akan merasa tertarik untuk melakukan percobaan, pengamatan, dan hasil pengamatan serta pemahamannya dapat diterapkan
kembali dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat menjadikan pelajaran biologi lebih
menarik, mudah dipahami, lebih menekankan pada pengajaran proses dan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan ilmiah siswa atau
keterampilan proses sains KPS siswa.
8
Wenno, op. cit., h. 178.
9
Rusnayati , op. cit., h. F-332.
10
Ibid.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu untuk mela
kukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Eksperimen dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Keterampilan Proses
Sains Siswa pada Konsep Sistem Pencernaan ”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat di identifikasi sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran masih mengacu pada pembelajaran tekstual, sehingga
siswa tidak menerapkan konsep yang telah dipahami pada kehidupan sehari- hari.
2. Proses pembelajaran hanya berorientasi pada penguasaan konsep, sehingga
siswa cenderung untuk menghafal konsep yang diberikan oleh guru. 3.
Kurangnya pemahaman guru tentang proses belajar mengajar yang memfokuskan pada pengembangan keterampilan proses sains siswa.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan masalah, diantaranya: 1.
Untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa digunakan metode eksperimen dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah.
2. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep sistem
pencernaan. 3.
Metode eksperimen yang digunakan pada penelitian ini diterapkan pada pertemuan 1, 2, dan 3.
4. Aspek keterampilan proses sains yang digunakan dalam penelitian ini
merujuk pada pendapat Rustaman, terdapat 9 aspek keterampilan proses sains yaitu: keterampilan mengamati, mengelompokkan, menafsirkan
pengamatan, memprediksi,
mengajukan pertanyaan,
berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep dan berkomunikasi.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
“Apakah metode eksperimen dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap
keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem pencernaan? ”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode eksperimen dengan pendekatan
pembelajaran berbasis masalah berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem pencernaan.
Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1.
Bagi guru, dapat dijadikan alternatif pendekatan pembelajaran sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sains.
2. Bagi siswa, dapat mengembangkan kreatifitas dan sikap ilmiah siswa
dalam kegiatan pembelajaran, serta meningkatkan pemahaman akan suatu konsep yang dipelajari.
3. Bagi sekolah, dengan mengembangkan model-model pembelajaran yang
lebih inovatif diharapkan dapat meningkatkan kualitas kinerja guru dan kemampuan para siswanya.
4. Bagi peneliti, dapat dijadikan masukan untuk melakukan penelitian sejenis
dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan sains.
8
BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR
DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Paradigma Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Menurut Mayer seperti dikutip Rusmono, “belajar adalah adanya
perubahan pengetahuan atau perilaku seseorang karena pengalaman. Pengalaman terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan
lingkungannya”.
1
Pengetahuan bukan kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang
terhadap objek, pengalaman, maupun lingkungan.
2
Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget seperti dikutip Gedler bahwa
“pengetahuan bukanlah suatu informasi statis dari suatu peristiwa
”. Pengetahuan adalah proses mengetahui melalui interaksi dengan lingkungan.
3
Menurut Dewey seperti dikutip Rusmono, pengetahuan yang sedang dipelajari oleh siswa berhubungan dengan
pengetahuan siswa sebelumnya, artinya pengetahuan tersebut merupakan hasil konstruksi dari pemikiran siswa sendiri.
4
Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku saja. Mengalami
sendiri merupakan kunci belajar bermakna. Teori belajar yang memandang bahwa pengetahuan merupakan hasil
konstruksi diri kita sendiri dikenal dengan konstruktivisme. Menurut Slavin seperti dikutip Trianto dalam teori pembelajaran konstruktivisme, siswa harus
menemukan dan mentransformasikan sendiri suatu informasi. Siswa secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus-menerus mengasimilasi dan
1
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning, Bogor: Ghalia Indonesia, 2012, h. 12.
2
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2012, Cet. 2. h. 56.
3
Margaret E. Gredler, Learningan and Instruction, Terj. Tri Wibowo, Jakarta: Kencana, 2011, Cet. 1, h. 328.
4
Rusmono, loc. cit.
mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain siswa secara aktif membangun pemahamannya tentang realita.
5
Berdasarkan landasan konstruktivisme, pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit. Pengetahuan bukan seperangkat fakta atau konsep yang
hanya untuk diingat, tetapi pengetahuan harus dibangun oleh siswa dan menjadikannya bermakna melalui pengalaman. Dengan dasar inilah,
pembelajaran harus dikemas menjadi proses membangun bukan hanya menerima pelajaran.
Proses belajar meliputi 3 tahapan menurut Piaget seperti dikutip Trianto, yakni: 1 asimilasi, yaitu: proses menghubungkan informasi baru dengan
informasi yang telah dimiliki oleh siswa; 2 akomodasi, yaitu: menyusun dan mencocokkan pengetahuan ke dalam situasi yang baru; 3 ekuilibrasi, yaitu:
proses menyesuaikan dan menyeimbangkan pemahaman yang sudah dimiliki dengan pengalaman baru penyesuaian antara asimilasi dan akomodasi.
6
Dalam upaya memahami pengalaman baru, siswa mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya dan membangun pemahaman baru.
Peran guru dalam belajar konstruktivisme yaitu membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan.
7
Guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang memadai sehingga siswa dapat menemukan pengalaman-pengalaman
nyata serta terlibat langsung dengan alat dan media. Menurut Piaget seperti dikutip Rustaman, “belajar sains merupakan
proses konstruktivistik yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa”.
8
Proses pembelajaran sains menekankan pada pendekatan keterampilan proses,
sehingga siswa dapat menemukan fakta dan membangun konsep. Guru hanya memberikan tangga yang membantu siswa untuk mencapai tingkat pemahaman
yang lebih tinggi dan mengupayakan agar siswa dapat menaiki tangga
5
Trianto 1, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, Cet. 4, h. 74.
6
Ibid, h. 70-71.
7
Budiningsih, op. cit., h. 59.
8
Nuryani Y. Rustaman 1, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, Malang: Universitas Negeri Malang Press, 2005, Cet. 1, h. 171.