85 Gambar 19 Posisi Strategis untuk promosi ekowisata di TNGGP dalam Matriks
Grand Strategy. Gambar 16 menunjukkan bahwa posisi strategi Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango TNGGP dalam promosi ekowisata berada pada sel 2 stability strategy. Strategi stabilitas adalah strategi konsolidasi untuk mengurangi kelemahan yang ada,
dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah dicapai. Stabilitas diarahkan untuk mempertahankan suatu keadaan dengan berupaya memanfaatkan peluang dan
memperbaiki kelemahan. Bentuk strategi yang diterapkan dalam konteks promosi adalah meningkatkan kerjasama dengan mitra-mitra TNGGP bandara dan maskapai
penerbangan, biro perjalanan wisata, media massa dan hotel dan memilih media promosi yang tepat untuk mempromosikan TNGGP baik kepada pengunjung maupun
mitra-mitra.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan maka rencana strategis kegiatan promosi ekowisata yang dapat dilakukan adalah :
1. Menggunakan website TNGGP dengan menyiapkan informasi yang menarik untuk mempromosikan ekowisata di TNGGP karena internet mempunyai daya
jangkau yang luas.
Berbagai Peluang
Berbagai Ancaman
Kekuatan Internal Kelemahan Internal
Sel 3 Sel 4
Sel 1 Sel 2
-0.19 0.58
86 2. Kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata dengan membuat paket-paket wisata
karena ekowisata merupakan jenis wisata minat khusus sehingga cenderung merupakan package tour bukan Free Independent Tour FIT.
3. Kerjasama dengan bandara dilakukan dengan pemasangan iklan-iklan yang dipasang dibandara, pemasangan ruang pameran yang berisi misalnya binatang-
binatang langka yang merupakan obyek, pemasangan information booth berupa komputer yang mudah dioperasikan oleh pengunjung bandara, penerbitan majalah
ekowisata secara rutin untuk disebarkan pada para pihak yang berkepentingan dan juga dapat ditempatkan di loungeruang tunggu khusus pada beberapa bandara.
4. Kerjasama dengan media massa dengan mengundang wartawan secara rutin dan media televisi dengan memanfaatkan acara-acara yang terkait dengan wisata.
5. Melakukan promosi secara direct mailing yang intensif, karena golongan menengah keatas lebih menyukai promosi yang bersifat pribadi yang langsung
ditujukan kepada mereka. 6. Peningkatan pemeliharaan sarana dan prasarana sebagai faktor pendukung dalam
penyampaian suatu informasi 7. Mengadakan pelatihan kepada SDM terkait promosi untuk membangun jaringan
pemasaran internasional 8. Mengembangkan potensi wisata yang belum dikembangkan dengan membuka
peluang kepada mitra untuk berinvestasi
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Promosi kegiatan ekowisata di TNGGP secara keseluruhan sudah mencakup keempat komponen bauran promosi, yaitu periklanan, penjualan secara pribadi,
hubungan masyarakat dan promosi penjualan, tetapi belum semua media promosi digunakan secara rutin, karena 75 keatas pengunjung tidak pernah
melihatmendengar media
promosi yang
digunakan TNGGP
untuk mempromosikan wisata.
2. Promosi masih dirasakan kurang oleh masyarakat umum, karena sebesar 71 pengunjung memperoleh informasi ekowisata TNGGP dari cerita temansaudara,
14 memperoleh informasi melaui media cetak, 11 dari sekolahtempat kerja dan 4 dari media elektronik.
3. Berdasarkan Metode SWOT yang digunakan, diketahui bahwa posisi strategi TNGGP dalam promosi ekowisata berada pada selquadran ke-2 -0.19 ; 0.58
dalam Matriks Grand Strategy. Hal ini berarti strategi yang dapat dikembangkan adalah stability strategy. Bentuk strategi yang diterapkan dalam konteks promosi
adalah meningkatkan kerjasama dengan mitra-mitra TNGGP bandara dan maskapai penerbangan, biro perjalanan wisata, media massa, hotel, dll dan
memilih media promosi yang tepat untuk mempromosikan ekowisata di TNGGP baik kepada pengunjung maupun mitra-mitra.
Saran
1. Perlu ditetapkan tema kegiatan ekowisata di TNGGP untuk menjadi dasar pelaksanaan kegiatan promosi
2. Perlu disusun Standar Operational Prosedure SOP promosi untuk ekowisata di kawasan konservasi.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai promosi khususnya ekowisata pada kawasan konservasi lainnya.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Arif A. 2004. Pola Komunikasi Pengelola Taman Nasional Dalam Meningkatkan Kesadaran Konservasi Pengunjung Kasus di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Boo E. 1990. Ecotourism, Potential and Pitfalls. Vol.I dan II. Washington DC:
World Wildlife Fund. Chandra G. 2002. Strategi dan Program Pemasaran. Penerbit ANDI Yogyakarta.
Yogyakarta. Carthy J. 1981. Essential of Marketing. Irwin. Boston
Chandler. 1962. Strategy and Structure: chaters in the History of American Industrial
Enterprice. Chambridge: the MIT Press. Cooper C, Fletcher J, Gilbert D, Wanhill S. 1999. Tourism Principles and Practice.
Ed ke-2. London : Longman. Denman R. 2002. Product Development, Marketing and Promotion of Ecotourism:
Summary Report. http:www.uneptie.orgpctourismecotourismwes_portfolio statmntspdfsdeunie.PDF [13 Maret 2008]
[Dephut] Departemen Kehutanan. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya. Jakarta : Dephut. [Dephut] Departemen Kehutanan. 1998. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Jakarta : Dephut.
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 03Menhut-II2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Taman Nasional. Jakarta : Dephut. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat, 2005. Rencana
Pengembangan Ekowisata Jawa Barat. www.westjava-indonesia.com. [9 Juni 2007].
Dodds R. 2001. Promoting Urban Green Tourism: The Development of the Other Map of Toronto. Journal of Vacation Marketing. 7:3261-267