Kebijakan Regional Kebijakan Pengembangan Ekowisata 1. Kebijakan Balai TNGGP

67 pembangunan daerah secara keseluruhan dimana implementasinya tertuang dalam kegiatan sektoral dan regional. b. Penanganan masalah TNGGP tidak hanya didasarkan pada pendekatan keamanan kawasan, namun juga pendekatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan. c. Penanganan masalah TNGGP akan terus ditingkatkan melalui koordinasi terpadu dari segala kegiatan yang menjadi penunjang TNGGP itu sendiri. d. Untuk koordinasi penanganan masalah TNGGP diperlukan mobilitas yang tinggi, cepat tanggap terhadap permasalahan konsultasi hutan dan pengelolaan SDM terutama tenaga pengamanan hutan Kebijakan pengembangan wilayah Kab Bogor, Sukabumi, Cianjur yang berkaitan dengan kawasan TNGGP dan sekitarnya secara garis besar mempunyai kesamaan, yaitu : a. Kawasan TNGGP diperuntukkan sebagai kawasan khusus dengan fungsi utama sebagai penyangga kelestarian lingkungan hidup, dalam hal ini yang paling menonjol adalah sebagai daerah tangkapan atau resapan air sungai-sungai yang mengalir ke masing-masing kota tersebut b. Karena keadaan topografinya yang bergunung dan keadaan curah hujan yang meningkat, semua kabupaten tersebut menjadikan pertanian lahan kering, kehutanan, dan perkebunan sebagai aktivitas prioritas dalam pengembangan daerah sekitar TNGGP. c. Kawasan TNGGP dan sekitarnya dikenal sebagai daerah yang mempunyai daya tarik bagi rekreasi, maka semua kabupaten tersebut juga menetapkan kawasan TNGGP dan sekitarnya sebagai pusat pengembangan kepariwisataan dan industri kecilkerajinan dan industri pertanian agro industri. d. Ketiga kabupaten juga menyadari bahwa wilayahnya mempunyai peranan khusus berupa daerah penyangga urbanisasi ke ibukota Jakarta.

5.6.3. Kebijakan Nasional

Kebijakan pemerintah pusat yang mendukung pengembangan wisata alam di taman nasional antara lain termuat dalam peraturan perundangan sebagai berikut : 68 a. UUD 1945 pasal 33 ayat 3 b. PP No.18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam c. UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam hayati dan Ekosistemnya, pasal 3, pasal 5 bagian c, pasal 26, pasal 27, pasal 28, pasal 34 1 UU, 34 3. d. UU No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 8 1, pasal 8 2 e. UU No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 23 f. UU No.9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan penjelasan alenis 5 g. PP No.68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam pasal 3, penjelasan alenia 1. 5.7. Potensi Wisata yang perlu dipromosikan 5.7.1. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam ODTWA

5.7.1.1. Pintu masuk Cibodas

ODTWA melalui pintu masuk Cibodas dapat dikategorikan menjadi dua yaitu ODTWA untuk wisata massal dan wisata minat khusus. Berikut adalah obyek-obyek yang bisa dijumpai melalui pintu masuk cibodas.

a. Air terjun Ciwalen

Air terjun ini cocok untuk dikembangkan wisata alam masal, karena selain jarak tempuh yang cukup dekat yaitu 800 m dari pintu masuk cibodas 30 menit dan jumlah pengunjung tidak dibatasi, lokasi ini juga mudah untuk ditempuh. Di sini pengunjung bisa menikmati pemandangan hutan hujan tropis pegunungan sekitar air terjun. Daya tarik lain yang bisa dinikmati adalah suasana alam dengan keragaman flora dan fauna, bentang alam yang unik, batuan tebing dengan arsitektur yang menarik.

b. Telaga Biru

Telaga ini memiliki luas kurang lebih 500 m 2 dengan kedalaman 2 m. Warna biru air telaga disebabkan oleh dasar telaga yang banyak ditumbuhi ganggang biru.