Hidrologi Jenis tanah latosol coklat, pada lereng-lereng yang lebih bawah lagi

36 4. Ekosistem Kawah 5. Ekosistem Alun-alun

4.3.1. Flora

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI mencatat tidak kurang dari 1500 jenis lumut hidup di kawasan pelestarian ini. Pada tahun 1859 Meijr seorang ahli biologi dari Belanda menemukan sekitar 900 jenis tumbuhan berbunga. Kato biologiawan dari Jepang menaksir kekayaan tumbuhan paku di kawasan ini sekitar 400 jenis. Liem peneliti dari Phillipina mengungkapkan bahwa kawasan ini ditumbuhi tidak kurang dari 120 jenis lumut kerak. Tidak kalah menariknya adalah komposisi dan struktur tumbuhan. Bila kita masuk di kawasan ini bisa menikmati perubahan paling tidak tiga tipe hutan, yaitu tipe Sub Montana 1000 sd 1400 m dpl, Montana 1500 sd 2400 m dpl. dan Sub Alpin 2400 sd 3019 m dpl.. Bunga abadi atau edelweis Anaphalis javanica, banyak digemari sebagai lambang keberhasilan pendakian dan lambang keabadian. Raflesia Rafflesia rochussenii, banyak mengundang rasa penasaran orang karena langka dan unik serta endemik. Misteri keunikan bunga sembilan tahun Strobilanthus cernua sampai sekarang belum terungkap, bunga ini hanya hidup dan berbunga sembilan tahun sekali. Kantong semar Nephentes gymnamphora yan g dikenal sebagai “Pembunuh Berdarah Dingin ” unik dengan kantung penjebak serangga menggelantung diujung daun. Perut Balanophora spp., Kiaksara Macodes petola, Pinang Jawa Pinanga javana, Paku Sutra Diksonia blumei dan beberapa jenis lain sudah langka, unik dan menarik.

4.3.2. Fauna

Menurut data yang ada, 260 dari 450 jenis burung di jawa bisa ditemukan di TNGGP. Sebayak 21 dari 25 jenis endemik Jawa juga hidup di kawasan ini, termasuk Elang Jawa Spizaetus bartelsi yang telah diresmikan sebagai satwa dirgantara. Macan tutul Panthera pardus merupakan predator terbesar di kawasan ini. Selain itu terdapat sekitar 110 jenis mamalia lain seperti Anjing Hutan Cuon