Departemen Perhubungan PT Angkasa Pura

66

5.5.3. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata

Dengan pencanangan “visit indonesia 2008” oleh Depertemen Kebudayaan dan Pariwisata merupakan peluang yang bagus untuk mempromosikan obyek-obyek wisata yang ada di TNGGP untuk dikenal luas oleh masyarakat, baik dalam negeri maupun luar negeri. 5.6. Kebijakan Pengembangan Ekowisata 5.6.1. Kebijakan Balai TNGGP Pengembangan wisata di TNGGP diarahkan pada peningkatan promosi dan pengembangan obyek-obyek pariwisata yang sudah dikembangkan dengan mengacu pada ”Sapta Kebijakan Pariwisata” . Untuk itu kegiatan pembangunan kepariwisataan diarahkan terutama pada: a. Kegiatan promosi dalam negeri dan pasar utama wisatawan mancanegara. b. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi menuju obyek-obyek wisata. c. Mutu produk dan mutu pelayanan usa. d. Kawasan pariwisata dan wisata remaja nusantara. e. Sumber Daya Manusia terutama pada kemampuan pengusahaan pramuwisata serta lembaga yang mendukung pariwisata. f. Wisata alam. g. Bimbingan masyarakat sadar wisata. Rencana Pengelolaan TNGGP 1995-2010

5.6.2. Kebijakan Regional

Kebijakan regional yang berkaitan dengan pembangunan TNGGP tertuang dalam kebijakan pemerintah daerah bidang pelestarian lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati: a. Penanganan masalah TNGGP pada dasarnya tidak hanya ditujukan pada penanganan dan pelestarian fungsi kawasan, namun juga merupakan bagian dari kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari upaya menaikkan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan kawasan sekitarnya. Dengan demikian, penanganan masalah TNGGP sebenarnya tidak terlepas dari toleransi 67 pembangunan daerah secara keseluruhan dimana implementasinya tertuang dalam kegiatan sektoral dan regional. b. Penanganan masalah TNGGP tidak hanya didasarkan pada pendekatan keamanan kawasan, namun juga pendekatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan. c. Penanganan masalah TNGGP akan terus ditingkatkan melalui koordinasi terpadu dari segala kegiatan yang menjadi penunjang TNGGP itu sendiri. d. Untuk koordinasi penanganan masalah TNGGP diperlukan mobilitas yang tinggi, cepat tanggap terhadap permasalahan konsultasi hutan dan pengelolaan SDM terutama tenaga pengamanan hutan Kebijakan pengembangan wilayah Kab Bogor, Sukabumi, Cianjur yang berkaitan dengan kawasan TNGGP dan sekitarnya secara garis besar mempunyai kesamaan, yaitu : a. Kawasan TNGGP diperuntukkan sebagai kawasan khusus dengan fungsi utama sebagai penyangga kelestarian lingkungan hidup, dalam hal ini yang paling menonjol adalah sebagai daerah tangkapan atau resapan air sungai-sungai yang mengalir ke masing-masing kota tersebut b. Karena keadaan topografinya yang bergunung dan keadaan curah hujan yang meningkat, semua kabupaten tersebut menjadikan pertanian lahan kering, kehutanan, dan perkebunan sebagai aktivitas prioritas dalam pengembangan daerah sekitar TNGGP. c. Kawasan TNGGP dan sekitarnya dikenal sebagai daerah yang mempunyai daya tarik bagi rekreasi, maka semua kabupaten tersebut juga menetapkan kawasan TNGGP dan sekitarnya sebagai pusat pengembangan kepariwisataan dan industri kecilkerajinan dan industri pertanian agro industri. d. Ketiga kabupaten juga menyadari bahwa wilayahnya mempunyai peranan khusus berupa daerah penyangga urbanisasi ke ibukota Jakarta.

5.6.3. Kebijakan Nasional

Kebijakan pemerintah pusat yang mendukung pengembangan wisata alam di taman nasional antara lain termuat dalam peraturan perundangan sebagai berikut :