Analisis Data METODE PENELITIAN

27 pemerintah baik kebijakan di tingkat regional maupun nasional supra dan infra struktur. 3.5.5. Analisis strategi pengembangan Untuk merumuskan arahan strategi pengembangan promosi ekowisata digunakan pendekatan SWOT. Menurut Rangkuti 2000, analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strenghts dan peluang opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weaknesses dan ancaman threats. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi. Adapun matriks SWOT disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Matriks SWOT Faktor Eksternal Faktor Internal Kekuatan strenghts Kelemahan weaknesses Peluang opportunities SO WO Ancaman threaths ST WT Dalam analisis SWOT, Rangkuti 2000 menggunakan matriks yang akan menghasilkan 4 empat set kemungkinan alternatif dari suatu strategi, yaitu ; Strategi SO : Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mendapatkan peluang yang sebesar-besarnya Strategi ST : Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang mungkin timbul. Strategi WO : Berusaha mendapatkan keuntungan dan kesempatan yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada Strategi WT : Berusaha meminimalkan kelemahan yang ada dan menghindari ancaman 28 Faktor internal yang mempunyai kekuatan terhadap promosi ekowisata di TNGGP dan kelemahannya akan dikaji di lapangan, begitu pula dengan faktor eksternal peluang dan ancaman yang mempengaruhi kegiatan promosi. Selanjutnya dari analisis ini diperoleh suatu strategi pengembangan promosi yang sesuai dengan harapan untuk mendukung konservasi kawasan dan mendukung kesejahteraan masyarakat lokal secara berkelanjutan. Formulasi strategi ini disusun berdasarkan analisis yang diperoleh dari penerapan model SWOT dengan tahapan sebagai berikut : a. Penentuan faktor-faktor internal kekuatan dan kelemahan didalam kegiatan promosi ekowisata b. Penentuan faktor-faktor eksternal peluang dan ancaman didalam kegiatan promosi ekowisata c. Perumusan alternatif strategi pengembangan promosi ekowisata Untuk pengisian tabel, baik tabel internal maupun tabel eksternal Tabel 5 dan Tabel 6 dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Melakukan pengisian didalam kolom 1 berbagai peluang dan ancaman atau kekuatan dan kelemahan b. Melakukan pembobotan pada kolom 2, dengan skala mulai dari 1.0 paling penting sampai 0.0 tidak penting. Semua bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1.00. c. Melakukan penetapan skor scooring pada kolom 3, dimulai dari nilai 0-4 d. Pada kolom 4 akan diperoleh nilai tertimbang yang merupakan hasil perkalian nilai dengan bobot. e. Memberikan komentar atau catatan pada kolom 5 mengenai alasan dipilihnya faktor tersebut. f. Melakukan penjumlahan nilai tertimbang yang ada didalam kolom 4, sehingga akan diperoleh total nilai tertimbang. Nilai tertimbang akan menunjukkan seberapa besarnya nilai eksternal dan internal dan nantinya nilai tersebut akan digunakan didalam Matriks Grand Strategy Gambar 7. Matriks Grand Strategy digunakan untuk menentukan apakah pihak 29 yang berkepentingan pengelola akan memanfaatkan posisi yang kuat atau mengatasi kendala yang ada. Tabel 5 Rangkuman matriks internal Faktor Internal Bobot Skor Nilai Tertimbang Keterangan 1 2 3 4 5 1. Kekuatan

2. Kelemahan Jumlah

Tabel 6 Rangkuman matriks eksternal Faktor Eksternal Bobot Skor Nilai Tertimbang Keterangan 1 2 3 4 5 1. Peluang

2. Ancaman Jumlah

Gambar 7 Model matriks Grand Strategy. Berbagai Peluang Berbagai Ancaman Kekuatan Internal Kelemahan Internal Sel 3 Sel 4 Sel 1 Sel 2 30 Makna masing-masing sel dalam konteks pengembangan ekowisata adalah sebagai berikut : a. Sel I : Growth pertumbuhan Strategi pertumbuhan didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, asset, profit atau kombinasi ketiganya Freddy Rangkuti, 2001:43. Pertumbuhan dalam ekowisata adalah pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan frekuensi kunjungan dan asal daerah wisatawan, asset objek dan daya tarik wisata, prasarana dan sarana pendukung, pendapatan retribusi masuk dan jumlah yang dibelanjakan. Pertumbuhan dalam ekowisata terbagi dua, yaitu : Rapid Growth Strategy strategi pertumbuhan cepat, adalah strategi meningkatkan laju pertumbuhan kunjungan wisatawan dengan waktu lebih cepat tahun ke 2 lebih besar dari tahun ke 1 dan selanjutnya, peningkatan kualitas yang menjadi faktor kekuatan untuk memaksimalkan pemanfaatkan semua peluang. Stable Growth Strategy strategi pertumbuhan stabil, adalah strategi mempertahankan pertumbuhan yang ada kenaikan yang stabil, jangan sampai turun. b. Sel II : Stability Stabilitas Strategi stabilitas adalah strategi konsolidasi untuk mengurangi kelemahan yang ada, dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah dicapai oka A. Yoeti, 1996:144. Stabilitas diarahkan untuk mempertahankan suatu keadaan dengan berupaya memanfaatkan peluang dan memperbaiki kelemahan. Strategi stabilitas terbagi dua, yaitu : Agressive Maintenance strategy strategi perbaikan agresif, adalah strategi konsolidasi internal dengan mengadakan perbaikan-perbaikan berbagai bidang. Perbaikan faktor-faktor kelemahan untuk memaksimalkan pemanfaatan peluang Selective Maintenance strategy strategi perbaikan pilihan, adalah strategi konsolidasi internal dengan melakukan perbaikan pada sesuatu yang menjadi kelemahan. Memaksimalkan perbaikan faktor-faktor kelemahan untuk memanfaatkan peluang. 31 c. Sel III : Survival Bertahan Turn around strategy strategi memutar balik, adalah strategi yang membalikkan kecenderungan-kecenderungan negatif sekarang, yang paling umum tertuju pada pengelolaan. Guirelle strategy strategi merubah fungsi, adalah strategi merubah fungsi yang dimiliki dengan fungsi lain yang bener-benar berbeda. d. Sel IV : Diversifikasi Strategi penganekaragaman adalah strategi yang membuat keanekaragaman terhadap objek dan daya tarik wisata dan mendapatkan dana investasi dari pihak luar. Strategi penganekaragaman dibagi dua, yaitu : Diversifikasi concentric strategy strategi diversifikasi konsentrik, adalah diversifikasi objek dan daya tarik wisata sehingga dapat meminimalisir ancaman. Diversifikasi conglomerate strategy strategi diversifikasi konglomerat, adalah memasukkan investor untuk mendanai diversikasi yang mempertimbangkan laba.

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Sejarah dan Status Kawasan

Pemeritah Hindia Belanda pada tahun 1889 menetapkan Kebun Raya Cibodas dan areal hutan diatasnya seluas 240 ha sebagai contoh flora pegunungan pulau jawa sekaligus sebagai cagar alam. Kemudian dengan SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 33 tanggal 11 Juni 1919 kawasan tersebut diperluas hingga areal hutan di sekitar air terjun Cibeureum. Kemudian berdasarkan SK Gubernur Jenderal 11 Juli 1919 kawasan ini bertambah luas dengan penambahan hutan lindung di lereng Gunung Gede Pangrango di sekitar desa Cimungkat seluas 56 ha. Berikutnya melalui SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda No.7 tanggal 5 Januari 1925 kawasan puncak Gunung Gede Pangrango, Gunung Gemuruh, Gunung Pangrango, daerah sungai Cibodas, dan sungai Ciwalen yang keseluruhannya meliputi 1040 ha ditetapkan sebagai cagar alam. Pada akhirnya pada tanggal 6 Maret 1980 Menteri Pertanian melaui SK Menteri Pertanian No. 736MentanX1982 menetapkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan luas 15.196 ha meliputi cagar alam Cibodas, cagar alam Cimungkat, cagar alam Gunung Gede Pangrango dan areal hutan alam dilerengnya serta Taman Hutan Wisata Situ Gunung. Untuk meningkatkan luas kawasan konservasi, pada tahun 2003 melalui SK Menteri Kehutanan No. 174KPTS-II2003 dilakukan perluasan dari 15.196 ha menjadi 21.975 ha. Perluasan dilakukan mengingat kawasan disekitar TNGGP merupakan habitat dan daerah jelajah beberapa jenis satwa langka dan dilindungi seperti Surili, Owa jawa, Macan Tutul dan beberapa jenis burung yang perlu dilindungi dan dilestarikan. 4.2. Kondisi Fisik Kawasan 4.2.1. Lokasi, Batas Kawasan dan Aksesibilitas Secara geografis Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TNGGP terletak antara 106 51’ - 107 02’ BT dan 6 41’ – 6 51’ LS. Secara administratif taman nasional ini termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Sukabumi, 33 Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur. TNGGP mempunyai luas 21.975 Ha dengan batas-batasnya adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten Cianjur dan Bogor; Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Sukabumi dan Bogor; Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten Sukabumi; Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten Cianjur. Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, tahun 2004 Gambar 8 Peta lokasi penelitian. Aksesibilitas TNGGP relatif lebih bagus dibandingkan taman nasional lain, dikelilingi jalan raya propinsi yang menghubungkan beberapa kota besar di Jawa Barat seperti Bogor, Jakarta, Bandung dan sekitarnya. Dengan kondisi seperti ini, TNGGP mudah untuk dikunjungi dari daerah manapun di sekitar Jakarta, Bogor dan Bandung. TNGGP sebagai kawasan wisata memiliki beberapa pintu masuk. Berikut keterangan beberapa pintu masuk dapat dilihat pada Tabel 7.