21 Howard L. Kingskey dalam Hosnan 2014: 3 berpendapat bahwa
“learning is the process by which behavior in the broader sence is originated or change
through practice o training ” artinya yaitu belajar adalah proses di mana tingkah
laku dalam arti luas ditimbulkan atau diubah melalui praktik atau latihan. Berdasarkan beberapa pendapat tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan usaha sadar yang dilakukan secara berkelanjutan oleh seseorang untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Usaha yang dilakukan dapat diperoleh dari
alam, pengalaman, dan interaksi antar manusia.
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar pada dasarnya merupakan upaya untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu yang berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai,
dan sikap. Syah 2012: 145-56 berpendapat bahwa ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi siswa dalam belajar, yaitu faktor internal, eksternal dan faktor
pendekatan belajar. Pertama, faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa
yang dibagi menjadi dua, yaitu aspek fisiologis keadaankondisi jasmani dan aspek psikologis rohani siswa. Aspek Fisiologis merupakan kondisi umum
jasmani dan tonus tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran. Contohnya, jika kondisi organ tubuh seseorang sedang lemah disertai pusing kepala, maka dapat menurunkan kualitas ranah cipta
kognitif sehingga materi yang dipelajarinyapun kurang berbekas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesehatan seseorang dapat berpengaruh terhadap proses
belajarnya.
22 Sedangkan, aspek psikologis merupakan faktor-faktor rohaniah siswa yang
meliputi inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa. Inteligensi atau tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan keberhasilan belajarnya. Semakin
tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk meraih kesuksesan.
Kemudian, aspek psikologis yang kedua yaitu sikap siswa. Sikap dapat mempengaruhi proses belajar seseorang. Contohnya, apabila siswa merespon
dengan positif terhadap mata pelajaran yang diajarkan oleh guru merupakan pertanda yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, apabila siswa merespon
dengan negatif dan diiringi kebencian kepada guru serta terhadap mata pelajaran yang diajarkan maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajarnya.
Aspek psikologis yang ketiga yaitu bakat siswa. Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang
akan datang. Contoh: seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro misalnya, akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang
berhubungan dengan bidang tersebut dibandingkan dengan siswa lainnya. Sehubungan dengan hal itu, bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi
belajar bidang-bidang tertentu. Pada intinya, jika seseorang memiliki bakat tertentu dan belajar sesuai dengan bidangnya maka akan mempermudah seseorang
itu untuk belajar. Sebaliknya, jika seseorang memiliki bakat tertentu tetapi masuk ke dalam bidang yang tidak sesuai dengan bakatnya maka orang tersebut akan
kesulitan untuk belajar. Aspek psikologis yang keempat adalah minat siswa. Minat ialah
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
23 sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam
bidang-bidang tertentu. Misalnya, seorang yang menaruh minat besar terhadap mata pelajaran IPA akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada mata
pelajaran lain. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang lebih terhadap mata pelajaran tersebut itulah yang menjadi siswa lebih giat dalam belajar.
Sedangkan, aspek psikologis yang terakhir yaitu motivasi siswa. Motivasi adalah dorongan untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu: motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan
tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa yakni perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut. Adapun motivasi
ekstrinsik adalah keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan belajar. Pujian, suri tauladan orang tua, guru,
dan lain sebagainya merupakan contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong siswa untuk belajar.
Kedua, faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, staf administrasi, dan teman sekelas
dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Contohnya, guru menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan contoh yang baik
khususnya dalam hal belajar. Selain itu, guru juga memiliki peranan yang penting dalam menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi
siswa. Oleh karena itu, seorang guru perlu untuk menerapkan berbagai model
24 pembelajaran yang menarik dan melibatkan siswa secara aktif dalam
pembelajaran agar hasil belajar siswa menjadi optimal. Hal itu, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Lingkungan masyarakat termasuk faktor eksternal yang mempengaruhi belajar. Misalnya ada seorang siswa bertempat tinggal di lingkungan kumuh,
serba kekurangan, dan banyak anak-anak pengangguran. Kondisi seperti itu, sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa untuk semangat belajar rendah sebab
kondisi tersebut menunjukkan keadaan yang buruk. Lingkungan yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah keluarga. Hal tersebut dikarenakan
keluarga adalah lingkungan yang terdekat dengan siswa itu sendiri. Contoh: kebiasaan yang diterapkan oleh orang tua dalam mengelola keluarga yang keliru,
seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak dapat menimbulkan dampak buruk. Dalam hal ini, bukan saja anak tidak mau belajar melainkan juga
dapat berperilaku menyimpang. Sedangkan, Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial yakni
gedung sekolah dan letaknya, tempat tinggal dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut
dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar siswa. Contoh: rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan padat yang tidak memiliki sarana
umum untuk kegiatan remaja misal lapangan voli, itu jelas akan berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa dikarenakan kondisi lingkungan dan
letaknya yang tidak mendukung. Ketiga, faktor pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
25 untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Faktor pendekatan belajar juga
berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar. Contoh: seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep pendekatan belajar yang
lebih mendalam misalnya, akan berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface atau
reproductive pendekatan belajar yang dangkal atau biasa saja. Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar
seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal serta pendekatan belajar. Ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi hasil belajar setiap individu,
sehingga dibutuhkan kerjasama yang baik dari berbagai pihak, seperti sekolah, orang tua, dan masyarakat agar siswa dapat memiliki motivasi yang tinggi dalam
belajar sehingga kemampuan dan potensi yang dimilikinya dapat berkembang dengan baik dan hasil belajar menjadi lebih optimal.
2.1.3 Teori Pembelajaran