Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
56
kelompok dapat memecahkan solusi dari permasalahan, secara bersama dan bukan sebagai pemberi materi total dari awal sampai akhir seperti yang dilakukan oleh
sebagian guru dalam menerangkan ke siswa. Hal ini senada dikemukakan Roestiah dalam Rosmaini dkk, bahwa peranan guru dalam pengajaran antara lain
fasilitator, pembimbing dan organisator. Guru harus mampu memberi dorongan agar siswa aktif. Salah satu usaha guru untuk mendorong siswa agar aktif dan
meningkatkan hasil belajarnya yaitu pembelajaran cooperative.
15
Prosedur yang dijalankan dalam model cooperative learning teknik think- pair-share terlebih dahulu diawali dengan pemberian pertanyaan oleh guru kepada
seluruh siswa yang ada pada lembar kerja siswa, diinstruksikan supaya berpikir think dalam mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Hal ini penting untuk
merangsang daya pikir masing-masing siswa sebelum pada tahapan yang berpasangan pair. Tahapan pair yaitu proses bertukar jawabanopini sesama
pasangan sebagai output dari proses berpikir pada tahapan sebelumnya. Selama berdiskusi untuk menyamakan jawaban mereka, secara bersama-sama dari setiap
pasangan di anjurkan untuk mengisi jawaban di lembar kerja siswa yang telah disediakan sesuai kelompoknya masing-masing. Sedangkan tahapan terakhir yaitu
share dimana pasangan yang dipilih secara acak bertugas untuk mengemukakan hasil diskusinya kepada teman-teman kelasnya sebagai kesempurnaan dari
keseluruhan prosedur pembelajaran yang telah dilaksanakan. Senada dengan pernyataan Ibrahim dalam Yusuf dan Natalina, teknik think-pair-share memiliki
prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
16
Model cooperative learning teknik think-pair-share di kelas dilakukan dengan cara membentuk kelas ke dalam kelompok-kelompok kecil dua pasang
dalam kelompoknya yang masing-masing pasangan saling bertanggung jawab dalam rangka bertukar pikiran atau diskusi mencari solusi atas pertanyaan yang
15
Rosmaini dkk, 2004, Penerapan Pendekatan Struktural Think-Pair-Share TPS Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa di Kelas 1.7 Jurnal Biogenesis Vol. I.7 SLTPN
20 Pekanbaru, Jurnal Biogenesis Vol 11, h. 12
16
Yustini Yusuf dan Mariani Natalina, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di kelas 1.7 SLTP Negeri 20
Pekan Baru , Jurnal Biogenesis Vol.2 1:8-12April 2005, h. 9
57
diberikan oleh guru kemudian siswa mempresentasikan hasil diskusi tersebut kepada seluruh teman sekelasnya. Dengan model cooperative learning teknik
think-pair-share siswa diberi kesempatan bukan hanya sekedar belajar, tetapi juga saling bekerja sama lain sehingga terjadi proses transper pengetahuan serta siswa
yang merasa kesulitan dapat melakukan sharing dengan pihak selain guru, sehingga selama proses pembelajaran tidak terjadi komunikasi antara siswa
dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, untuk berbagai gagasan, siswa mampu bekerja sama dan berbagi pengalaman.
Pertemuan pertama, aktivitas siswa mengerjakan LKS secara individu think didapatkan nilai rata-rata 70.
17
Pada tahap think ini termasuk kategori baik karena siswa sudah terbiasa mengisi LKS sendiri. Aktivitas siswa mengerjakan
LKS berkelompok pair didapatkan nilai rata-rata 60.
18
Pada tahap ini termasuk kategori cukup karena siswa belum terbiasa belajar kelompok yang dilakukan.
Sedangkan aktivitas siswa memperesentasikan share siswa masih ragu-ragu saat mempresentasikan hasil diskusi berpasangan. Pada pertemuan pertama ini siswa
presentasi yang ditampilkan 2 kelompok, karena siswa masih transisi. Hal ini sesuai dengan data hasil observasi pada pertemuan pertama dimana, hasil
observasi dengan peresentase total didapat 86. Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran.
19
Pertemuan kedua dan ketiga, aktivitas siswa mengerjakan LKS secara individu think didapatkan nilai rata-rata 70.
20
Pada tahap think ini termasuk kategori baik karena siswa sudah terbiasa mengisi LKS sendiri aktivitas siswa
mengerjakan LKS berpasangan “pair” didapatkan nilai rata-rata 70.
21
Siswa sudah mulai menyesuaikan diri dengan kelompoknya dan sudah mulai memikirkan
jawaban dari pertanyaan yang ada di LKS. Sedangkan siswa mempresentasikan hasil diskusi berpasangan dengan baik. Pada pertemuan kedua dan ketiga ini,
siswa presentasi yang ditampilkan 4 kelompok. Sesuai dengan hasil observasi
17
Lampiran 4, h. 107
18
Ibid h. 108
19
Lampiran 12, h. 144-145
20
Lampiran 4, h. 107
21
Ibid, h. 108
58
pertemuan kedua dan ketiga dilaksanakan dengan baik dari tiap pertemuan dengan hasil presentase total didapat 100.
22
Pada kelas eksperimen siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, terutama dalam mengerjakan LKS siswa terlihat tertarik mengerjakannya. Selama
proses berlangsung siswa memahami sendiri konsep materi pelajaran dengan gambar pada LKS. LKS yang berisikan gambar dalam model cooperative learning
teknik think-pair-share di kelas mampu menarik perhatian siswa untuk mengetahui dan belajar mengenai ciri-ciri sel darah beserta fungsinya serta
penyakit akibat kelainan pembuluh darah. Aktifitas belajar siswa tersebut, menunjukan antusias yang cukup besar. Selain itu LKS yang berisikan gambar
tersebut dapat memberikan motivasi dan informasi kepada siswa dalam kegiatan belajar sehingga mereka dengan mudah memahami materi. Sesuai dengan hasil
penelitian Chotimah yang menyatakan bahwa pendekatan kontekstual teknik think-pair-share menunjukan proses dan hasil belajar biologi dapat meningkat
serta respon siswa yang positif.
23
Begitu pula dengan pernyataan Yusuf dan Natalina, bahwa teknik think-pair-share dapat meningkatkan aktivitas siswa dan
guru kearah yang lebih baik.
24
Dengan demikian teknik think-pair-share dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.
Selain itu guru menyajikan materi yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari misalnya penyakit yang mungkin salah seorang keluarga siswa
mengalami. Hal ini menyajikan materi yang membuat siswa tertarik dengan konsep yang diberikan guru, sehingga siswa mampu mengolah dan
menggabungkan apa yang dipelajari dengan apa yang mereka alami di kehidupan sehari-hari. Begitu sebaliknya siswa akan mudah lupa bila konsep yang
disampaikan masih bersifat abstrak. Dengan demikian siswa belajar dengan bermakna tidak mudah melupakan materi, sehingga dapat meningkatkan hasil
22
Lampiran 12, h. 144-145
23
Husnul Chotimah, Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Biologi dalam Pendekatan Kontektual Melalui Model Pembelajaran Think-Pair-Share pada Peserta Didik, Jurnal Penelitian
Kependidikan no 1 Juni 2007, h. 106
24
Op,cit Yustini Yusuf dan Mariani Natalina, h.11
59
belajar siswa. Sesuai dengan pernyataan Rosmiani dkk, bahwa dengan teknik think-pair-share dapat meningkatkan daya serap siswa.
25
Berbeda dengan proses pembelajaran pada kelas kontrol, siswa tidak diberikan perlakuan dalam mengerjakan LKS, tidak berdiskusi kelompok dan
hanya guru yang menjadi sumber pembelajaran. Dimana guru hanya berperan sebagai pengarah dalam membangun potensi siswa sedangkan siswa sebagai pusat
pembelajaran. Model cooperative learning teknik think-pair-share lebih efektif secara
signifikan terhadap kemampuan berpikir siswa. Sebaliknya pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah ada kecenderungan siswa dituntut mengingat
konsep bukan diajak melakukan kegiatan untuk mendapatkan darimana konsep itu diperoleh, sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada lama tidaknya
penyimpanan pengetahuan di dalam memori siswa. Berdasarkan hasil belajar biologi menyatakan bahwa perolehan frekuensi
pada tiap kelas interval tinggi lebih banyak ditempati oleh siswa pada kelas eksperimen di bandingkan dengan siswa kelas kontrol. Hal ini menunjukkan
bahwa pada kelas eksperimen siswa cenderung mendapat nilai yang lebih baik dari pada kelas kontrol Tabel 4.2 dan 4.5.
Berdasarkan perolehan nilai N-gain pada kelompok kontrol rata-rata Pretest 45,95; rata-rata postest 69,55 dan N-gain 0,42. Sedangkan pada
eksperimen rata-rata Pretest 44,05; rata-rata postest 76,89 dan N-gain 0,57. Jadi hasil nilai akhir yang diperoleh setelah diberikan proses pembelajaran, kelompok
eksperimen yang menggunakan model cooperative learning teknik think-pair- share memiliki rata-rata jauh lebih baik dibandingkan dengan menggunakan
metode ceramah pada kelompok kontrol. Berdasarkan perolehan kategori N-gain pada kelas kontrol yang
merupakan kategori rendah 12, kategori sedang 22 dan tinggi 4. Sedangkan perolehan kategori N-gain pada kelompok eksperimen merupakan kategori rendah
1, kategori sedang 27 dan tinggi 10. Hal ini menunjukan adanya keefektifan belajar siswa, karena pada kelompok eksperimen adanya perlakuan yaitu berpikir
25
Op,cit Rosmaini dkk, h. 13
60
secara mandiri, berkelompok pasangan dan berbagi pada teman sekelas. Hal senada dikemukakan oleh Aren dalam Asri dalam Usman menyatakan bahwa
teknik think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk mengganti suasana pola diskusi kelas.
26
Berdasarkan perhitungan pengujian hipotesis menunjukan uji t untuk Pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol di proleh harga t
hitung
= 1,247 dari t
tabel
distribusi t” untuk taraf signifikasi =0,05 dan derajat kebebasan dk=38+38-2=74, di peroleh t
tabel
=2.00 maka t
hitung
t
tabel
1,247 2,00 maka Ho di terima dan Ha ditolak. Dengan demikian hasil Pretest yang belum mendapatkan perlakuan
pembelajaran biologi model cooperative learning teknik think-pair-share tidak terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian
kedua kelas sama. Sedangkan pengujian hipotesis postest ternyata diperoleh nilai
perbandingan antara variabel pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning teknik think-pair-share X dan hasil belajar biologi siswa
Y, t
hitung
= 3,326. Selanjutnya untuk mengetahui nilai t
tabel
maka dikonsultasikan pada t
tabel
untuk taraf signifikasi 0,05 dengan derajat kebebasan dk = 38+38- 2=74 diproleh harga t
tabel
= 2,00 jika dibandingkan t
hitung
dengan t
tabel
maka t
hitung
lebih besar dari t
tabel
t
hitung
t
tabel
. Dengan demikian hipotesis alternatif Ha yang menyatakan terdapat
pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning teknik think-pair-share terhadap hasil belajar biologi siswa. Hal ini
senada dengan hasil penelitian Muslimin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsinya Pengaruh Pembelajaran Kooperatif teknik
Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif teknik think-pair-
share pada hasil belajar biologi siswa.
27
26
Usman, Penerapan Perangkat Pembelajaran Melalui Model Think-Pair-Share dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Listrik, Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu,Volume 2. No.1
September 2004 .hal 51
27
Muslimin, Pengaruh Pembelajaran Kooperatif teknik Think-Pair-Share terhadap Hasil Belajar Bisologi Siswa, Jakarta:skripsi UIN, 2008.
61