Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
2
keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
3
Keterampilan dasar tersebut diperlukan agar guru dapat melaksanakan peranannya dalam proses belajar
mengajar. Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting. Guru harus
mampu melaksanakan prosedur pembelajaran dengan baik agar tujuan belajar dapat tercapai. Oleh karena itu, peranan guru sangat dibutuhkan sebagai
fasilitator, motivator dan evaluator agar hasil belajar dapat dicapai dengan maksimal.
Peranan guru sebagai fasilitator, dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar. Selain sebagai fasilitator, guru
juga berperan sebagai motivator dan evaluator dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus merangsang
dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya aktivitas dan daya cipta kreativitas, sehingga
akan terjadi dinamika dalam proses belajar mengajar. Peranan guru sebagai evaluator mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang
akademis maupun tingkah laku sosialnya. Tetapi kalau diamati secara mendalam evaluasi-evaluasi yang dilakukan guru itu hanya evaluasi ekstrinsik dan sama
sekali belum menyentuh evaluasi yang intrinsik. Hal ini guru harus hati-hati dalam menjatuhkan nilai atau kriteria keberhasilan.
4
Guru dalam melaksanakan peranannya menggunakan berbagai macam metode mengajar. Saat ini strategi mengajar yang telah digunakan oleh guru
adalah pembelajaran aktif active learning seperti contextual teaching and learning CTL dan cooperative learning CL. Di mana guru hanya berperan
sebagai pengarah dalam membangun potensi siswa sedangkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Namun tidak bisa dipungkiri masih banyak juga guru yang belum
menerapkan metode ini, mereka masih mengunakan metode belajar klasik, yaitu metode pembelajaran di mana hanya guru yang menjadi sumber pembelajaran.
3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006, h.32-43
4
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Pers, 2003 h.144-146
3
Berdasarkan wawancara siswa dan pengamatan di sekolah swasta pembelajaran biologi banyak dilakukan dengan hanya memberi konsep-konsep
materi biologi semata dengan mengacu pada buku paket saja, tanpa pada pengelolaan materi pelajaran yang melibatkan potensi siswa dan lingkungan yang
ada disekitarnya atau dengan kata lain siswa belajar menghafal konsep, bukan memahami konsep sehingga belajar biologi menjadi kurang bermakna. Hal ini
sesuai dengan pernyataan beberapa siswa mengenai pembelajaran biologi yang umumnya mengaku bahwa, karena banyak materi yang harus dihafalkan, terlalu
banyak menggunakan bahasa latin dan belajarnya membosankankan. Oleh karena itu perlu adanya pembaharuan paradigma menelaah proses
belajar siswa, interaksi antara siswa dan guru. Sistem pembelajaran selayaknya memberikan kesempatan bagi anak didik untuk bekerja sama dengan sesama
siswa dalam tugas terstruktur di mana siswa belajar, bekerja dan berinteraksi di dalam kelompok-kelompok kecil.
5
Sehingga siswa dapat bekerja sama, saling membantu dan berdiskusi dalam memahami suatu pelajaran atau dalam
mengerjakan tugas kelompok. Model cooperative learning dikembangkan dalam usaha untuk
meningkatkan aktivitas bersama sejumlah siswa dalam satu kelompok selama proses belajar mengajar. Aktifitas dalam model cooperative learning menekankan
pada kesadaran bahwa siswa perlu belajar berpikir, memecahkan masalah dan belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan serta keterampilan tersebut kepada
siswa yang membutuhkan. Setiap siswa merasa senang menyumbangkan pengetahuannya kepada anggota lain dalam kelompoknya.
Menurut Eggen dalam Yusuf dan Natalina, bahwa model cooperative learning bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa, mempersiapkan siswa
agar memiliki sifat kepemimpinan dan pengalamannya dalam membuat
5
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif dan Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h.189
4
keputusan, juga memberikan kesempatan bekerja dan belajar bersama dengan siswa yang berbeda adat istiadat dan kemampuan.
6
Ada beberapa model cooperative learning yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Salah satu model cooperative learning yang dapat
diterapkan di kelas adalah teknik think-pair-share berpikir-berpasangan-berbagi. Penerapan model cooperative learning ini erat kaitannya dengan usaha untuk
memotivasi siswa untuk berpikir, meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Teknik think-pair-share merupakan pembelajaran yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang dimasukan sebagai alternatif pengganti terhadap struktur kelas tradisional. Struktur ini menghendaki siswa
bekerja saling membantu di dalam kelompok kecil 2-6 anggota dan lebih dicirikan oleh penghargaan cooperative kooperatif dari pada penghargaan
individual. Menurut Ibrahim dalam Fitria Harini, teknik think-pair-share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih
banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
7
Pada prinsipnya model cooperative learning teknik think-pair-share ini menitikberatkan pada pelibatan siswa dalam mengemukakan pendapat terhadap
masalah yang diajukan guru. Siswa diberi kesempatan untuk berpikir menyelesaikan lembar kerja siswa yang diberikan guru dengan tujuan untuk
melatih kemampuan individu sebelum berbagi dengan pasangannya. Pada proses berpasangan dan berbagi dengan pasangannya inilah siswa diberikan kesempatan
untuk mengemukakan pendapatnya dan memberikan kebebasan untuk berdiskusi terhadap permasalahan yang belum dimengerti.
Pelajaran biologi terdapat konsep Sistem Peredaran Darah memuat materi tentang jantung, pembuluh darah, darah, peredaran darah dan penyakit pada
sistem peredaran darah. Dalam bab ini siswa mengalami kesulitan
6
Yustini Yusuf dan Mariani Natalina, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di kelas 1.7 SLTP Negeri 20 Pekan Baru ,
Jurnal Biogenesis Vol.2 1:8-12April 2005, h.10
7
Ibid, h. 9
5
mengidentifikasi penggolongan darah dan mekanisme transfusi darah selain itu pada umumnya bahasa latin yang masih asing terdengar oleh siswa. Kompetensi
dasar dari konsep ini adalah mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Agar kompetensi tersebut dapat
tercapai siswa dengan baik, siswa diharapkan memahami dan mengingat materi pelajaran dengan baik serta dengan cara yang menyenangkan. Sehingga
diharapkan hasil belajar siswa pada konsep sistem peredaran darah meningkat. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk membahas
skripsi yang berjudul ”Pengaruh Model Cooperative Learning Teknik Think-Pair-
Share Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Sistem Peredaran Darah ”.