Development of New Variety of Dendrobium Orchid Cut Flowers by Quality Function Deployment (QFD) Approach

(1)

PENGEMBANGAN VARIETAS BARU

ANGGREK

DENDROBIUM

BUNGA POTONG DENGAN

PENDEKATAN

QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

(QFD)

NUR QOMARIAH HAYATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengembangan Varietas Baru Anggrek Dendrobium Bunga Potong dengan Pendekatan Quality Function

Deployment (QFD) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2013

Nur Qomariah Hayati


(4)

ABSTRACT

NUR QOMARIAH HAYATI. Development of New Variety of Dendrobium Orchid Cut Flowers by Quality Function Deployment (QFD) Approach. Under direction of RITA NURMALINA and HARMINI

Development of Dendrobium cut flowers is one of the efforts taken to obtain a better quality of new variety. Breeding program will provide benefits if referring to ideotype plant breeding. The objectives of this research are: 1) to identify a new variety of Dendrobium ideotype as consumer requirement; 2) to identify consumer requirement variables as the priorities to be met by producer in the development of a new variety of Dendrobium cut flower; 3). to determine technical requirement priorities that are according to priorities consumer requirement in the development of a new variety of Dendrobium cut flower. This study use primary data in the form of an interview questionnaire. The sampling method is done by census to 30 Dendrobium cut flowers farmers at Gunung Sindur and Serpong. The data are analyzed by QFD approach by setting House of Quality matrix. The result of the study indicated there are 4 main priorities to be met by breeders in the development of a new variety of Dendrobium cut flowers: (1) Affordabel seeds price; (2) The ability to producing the flower; (3) The ability to gain the seed; (4) colour, shape, and size of the flower. Technical requirement priorities of breeder that according to satisfy consumer requirement priorities in the development of a new variety of Dendrobium cut flowers, are: (1) Reliable information system; (2) Scoring for flower quality characters (3).Tissue culture technology and relation between stakeholders and institute. These suggest that further research is recommended to gain supportive technologies for development new varieties of Dendrobium cut flowers.


(5)

RINGKASAN

NUR QOMARIAH HAYATI. Pengembangan Varietas Baru Anggrek

Dendrobium Bunga Potong dengan Pendekatan Quality Function Deployment

(QFD). Dibimbing oleh RITA NURMALINA dan HARMINI.

Sebagai negara yang mempunyai sumber keanekaragaman hayati beberapa jenis anggrek yang sangat potensial untuk menghasilkan varietas baru anggrek potong adalah melalui pendekatan pemuliaan tanaman. Namun pemuliaan dan industri anggrek di Indonesia sangat tertinggal jauh. Salah satu teknologi yang dibutuhkan untuk memanfaatkan potensi sumber daya genetik yang tersedia adalah teknologi yang mampu mentransformasikan sumber daya genetik tersebut menjadi produk yang berkualitas dan mempunyai keunggulan bersaing sesuai dengan keinginan konsumen. Program pemuliaan akan bermanfaat apabila mengacu kepada pemuliaan ideotipe tanaman. Tipe ideal merupakan suatu parameter yang sesuai dengan keinginan konsumen. Pemikiran dan pemahaman dari konsumen memegang peran sebagai kunci keberhasilan/tidaknya pengembangan varietas baru. Suara konsumen atau Voice of Consumer (VOC) merupakan input yang sangat penting dalam penyusunan rumah kualitas atau

House of Quality (HOQ). Kemampuan produsen dalam menerjemahkan keinginan

konsumen menjadi apa yang bisa dihasilkan oleh produsen merupakan hambatan masuk (competitive barriers) bagi pesaing. Bertolak dari hal tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan Quality Function Deployment (QFD), yang melihat dua sisi yaitu sisi konsumen dan sisi produsen.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi ideotipe varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong (persyaratan konsumen) yang sesuai dengan keinginan konsumen; (2) Mengidentifikasi variabel persyaratan konsumen yang menjadi prioritas utama untuk dipenuhi oleh pemulia dalam pengembangan varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong; (3) Menentukan prioritas persyaratan teknis pemulia yang sesuai dengan prioritas persyaratan konsumen dalam pengembangan varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong.

Pendekatan QFD digunakan untuk memperbaiki proses perencanaan, mengatasi permasalahan tim, serta tuntutan konsumen tidak diinterpretasikan secara salah. Implementasi QFD secara garis besar dibagi dalam tiga tahap, yaitu: (1) tahap pengumpulan suara konsumen; (2) tahap penyusunan rumah kualitas (house of quality); (3) tahap analisa dan interpretasi. Tahap pengumpulan suara konsumen diperoleh dari penelitian pasar. Tahap penyusunan rumah kualitas terdiri dari (1) penyusunan matriks persyaratan konsumen (what); (2) penyusunan matriks persyaratan teknis (how); (3) mengembangkan matriks hubungan antara persyaratan konsumen dengan persyaratan teknik; (4) mengembangkan matriks hubungan antar persyaratan teknik; (5) penilaian kompetitif; (6) mengembangkan prioritas persyaratan konsumen; (7) mengembangkan prioritas persyaratan teknik. Tahap analisa dan interpretasi merupakan tahap teknis dan implementasi QFD terhadap rumah kualitas yang sudah disusun.

Berdasarkan dari hasil pembuatan rumah kualitas dapat memberikan informasi bahwa ideotipe anggrek varietas baru yang diinginkan oleh konsumen (persyaratan konsumen) yaitu: produktivitas tinggi ( 10 tangkai per pot), umur


(6)

hibrida ( 24 bulan), warna bunga (putih dan kombinasi dua warna), bentuk bunga (bintang), ukuran bunga (besar), malai bunga panjang (>20 cm), tangkai bunga panjang (minimal 40 cm), jumlah kuntum bunga pert tangkai banyak (minimal 16 kuntum), ketegaran tangkai bunga (tegak dan kuat), ketahanan bunga (>10 hari), kemudahan memperoleh varietas (sangat mudah), kemudahan memproduksi bunga (mudah), harga beli bibit (sangat murah), harga jual bunga (mahal). Urutan prioritas persyaratan konsumen yang utama untuk dipenuhi oleh pemulia yaitu: harga beli benih sangat murah; kemudahan dalam memproduksi bunga mudah; dan kemudahan dalam memperoleh benih sangat mudah; warna bunga, bentuk bunga, dan ukuran bunga. Sedangkan urutan prioritas persyaratan teknis yang utama perlu dilakukan oleh pemulia untuk memenuhi persyaratan konsumen yaitu: teknologi kultur jaringan (in vitro), penilaian karakter dan kualitas bunga, sistem informasi yang handal, serta hubungan antara lembaga dan pelaku usaha. Kendala pemulia dalam memenuhi varietas sesuai keinginan konsumen yaitu: trade off, dinamis, detil, tekanan waktu, dan kebutuhan dana.

Penggalian informasi suara konsumen (monitoring pasar) mempunyai pengaruh yang sangat penting. Sistem informasi berperan dalam menginformasikan ketersediaan produk maupun informasi pasar. Peran lembaga yang terkait baik lembaga pemerintah dan swasta perlu disinergikan, agar dapat menghasilkan varietas baru yang terseleksi sesuai dengan keinginan konsumen untuk selanjutnya diperbanyak melalui teknologi perbanyakan bibit secara kultur

in vitro. Untuk mengembangkan varietas baru anggrek yang mempunyai

keunggulan bersaing perlu dilakukan perubahan sistem pengelolaan usaha kearah pengembangan industri dengan memanfaatkan potensi anggrek yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Untuk itu sangat diperlukannya penataan sistem perbenihan bibit anggrek Dendrobium bunga potong. Masalah yang sangat penting yang sedang dihadapi oleh sebagian besar petani/responden dalam mengusahakan anggrek Dendrobium bunga potong adalah keterbatasan jumlah bibit yang berkualitas. Dengan teknologi kultur in vitro dapat menghasilkan bibit anggrek dengan pertumbuhan yang seragam dan mempunyai sifat genetik sama dengan induk atau tetuanya. Untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan mengurangi angka impor bibit, dalam pengembangan anggrek Dendrobium bunga potong sangat diperlukan sistem pengembangan yang terintegrasi, yang pelaksanaannya akan berhasil secara optimal, apabila semua pihak yang terkait sesuai dengan tugas, peran dan fungsi masing-masing bersinergi untuk saling memberi dukungan. Resiko-resiko kegagalan produk yang tidak sesuai dengan keinginan konsumen dapat ditekan serendah mungkin. Oleh karena itu sangat diperlukan pemahaman oleh pemulia tentang pentingnya sifat-sifat tetua yang akan digunakan, silsilah, dan perilaku pewarisannya sehingga hasilnya dapat diramalkan secara ilmiah.

Kata kunci : anggrek Dendrobium bunga potong, pengembangan, keinginan konsumen, QFD


(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(8)

PENGEMBANGAN VARIETAS BARU

ANGGREK DENDROBIUM BUNGA POTONG DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

NUR QOMARIAH HAYATI

Tesis

Sebagai salah satu syaratuntuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013


(9)

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA


(10)

Judul Tesis : Pengembangan Varietas Baru Anggrek Dendrobium Bunga Potong dengan Pendekatan Quality Function Deployment (QFD)

Nama : Nur Qomariah Hayati NIM : H451100221

Disetujui Komisi Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS Ir. Harmini, M.Si Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Agribisnis,

Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr


(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Pengembangan Varietas Baru Anggrek Dendrobium Bunga Potong dengan Pendekatan Quality Function Deployment (QFD)” dapat diselesaikan. Tesis ini dapat diselesaikan dengan atas dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang mendalam khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Ir. Harmini, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala bimbingan, arahan, motivasi, bantuan, kritikan, masukan dan saran yang sangat berharga yang telah diberikan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal hingga penyelesaian tesis ini.

2. Dr. Ir. Lilik Noor Yulianti, MFSA selaku Dosen Evaluator pada pelaksanaan kolokium proposal penelitian dan pada ujian tesis selaku Dosen Penguji Luar Komisi, yang telah memberikan banyak arahan, masukan dan saran sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik, serta Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku Dosen Penguji Perwakilan Program Studi pada ujian tesis.

3. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Dr. Ir. Suharno, MADev selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, serta seluruh Staf Pengajar dan Staf Program Studi Agribisnis atas dorongan semangat bantuan, dan kemudahan yang diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan pada Program Studi Agribisnis.

4. Kepala Balai Penelitian Tanaman Hias, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Bagian Pembinaan Tenaga, yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan dan dukungan biaya yang diberikan kepada penulis selama masa tugas belajar S2 ini berlangsung.

5. Dra. Dyah Widyastoety, MS; Dra. Nina Solvia, MP (Almarhumah); Ir. Kristina Dwi Atmini, MS; Dr. Ir. Suskandari Kartikaningrum, MP; Dr. Drs. M. Kosim Kardin, MSc, atas dukungan, diskusi, saran dan masukan yang diberikan kepada penulis.

6. Terima kasih khususnya kepada Asrul Koes dan Puspitasari untuk dorongan, semangat dan persahabatannya, serta teman-teman seperjuangan angkatan I pada Program Studi Agribisnis (Cicin Yulianti, Nia Rosiana, Cila Apriande, Hepi Risenasari, Ratna Mega Sari, Maria Montesori, Anisa Dwi Utami, Ratna Sogian Siwang, Fitri, Efri Junaedi, Sari Narulita, Evita Fathia Luthfina, Muhammad Ridho Syafendi, Husnul Khotimah, Ahsin Aligori, Abdul Muis Hasibuan, Ika Novita Sari, Jemmy Rinaldi, Rizma Aldillah, Nuni Gusnawaty, Lila Esty Nurani, Yadi Rusyadi, Ratih Saridewi, Jamaludin Kabalmay, Anna Maria Ngabalin, Tati Atia Ngangun, Putri Indah Nugroho Wanti, Rikmat Sujaeni, Arifayani Rahman, Alfath Desita Jumiar) atas kebersamaan yang indah selama menempuh studi.


(12)

7. Terima kasih kepada Bapak Joko As’ad (PT Eka Karya Graha), Bapak Sukedi, Bapak Muslih, Bapak Nana, Bapak Zainal dan seluruh petani/pelaku usaha anggrek selaku responden atas bantuan dan dukungannya, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian ini.

8. Penghargaan yang tinggi dan terima kasih kepada ibunda Hj. Rodhiyah Dahlan dan ayahanda Juwahir Ali (almarhum), papa mertua Ir. H. Amir Lumban Gaol dan mama mertua Hj. Etty Setiawati, atas doa dan kasih sayang yang tiada putus, serta semua keluarga kakak dan adik.

9. Terima kasih khusus kepada suamiku tercinta Eddy Krisman Lumban Gaol dan anak-anakku tersayang Falah Hilmy Ramadhan Lumban Gaol, Muhammad Rafi Rajabi Lumban Gaol, Adha Rabbani Lumban Gaol atas pengorbanaan, keikhlasan dan kasih sayangnya selama penulis menempuh studi.

Semoga Allah SWT yang Maha Rahman dan Maha Rahim memberikan balasan yang setimpal atas segala kebaikan kehadiratnya-Nya kelak. Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Januari 2013


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 5 September 1971 dari ayah Juwahir Ali (almarhum) dan ibu Hj. Rodhiyah Dahlan. Penulis merupakan putri keenam dari enam bersaudara.

Tahun 1989 penulis lulus dari SPP-SPMA Madiun. Pada tahun 1998 penulis diterima di Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Padjadjaran Bandung dan lulus pada tahun 2002. Tahun 2010 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi ke Program Magister pada Program Studi Magister Sains Agribisnis melalui beasiswa Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Sejak Juli tahun 2003, penulis bekerja di Balai Penelitian Tanaman Hias, dibawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, tergabung dalam kelompok penelitian Ekofisiologi Tanaman Hias. Tahun 2008 tergabung sebagai anggota tim pelepas varietas anggrek Spathoglottis, Phalaenopsis dan Anyelir Balai Penelitian Tanaman Hias.


(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.5 Batasan Penelitian ... 8

II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Peran Pengembangan Kualitas Produk Baru dalam Meningkatkan Keunggulan Bersaing ... 9

2.2 Peran Preferensi Konsumen dalam Menentukan Atribut Produk Anggrek Dendrobium Bunga Potong... 11

2.3 Peran Pemuliaan dalam Pengembangan Varietas Baru AnggrekDendrobium Bunga Potong... 13

2.4 Pendekatan Quality Function Deployment (QFD) dalam Pengembangan Kualitas Produk ... 15

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 17

3.1.1 Konsep Kualitas ... 17

3.1.2 Definisi Produk ... 18

3.1.3 Perancangan dan Pengembangan Produk ... 20

3.1.4 Konsep Perilaku Konsumen ... 25

3.1.5 Konsep Pemasaran ... 27

3.1.6 Konsep Quality Function Deployment (QFD)... 28

3.1.6.1 Pengertian QFD ... 28

3.1.6.2 Rumah Kualitas (House of Quality) ... 29

3.1.6.3 Manfaat QFD ... 32

3.1.6.4 Implementasi QFD ... 33

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 34

IV METODE PENELITIAN ... 37

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 37

4.3 Metode Pengambilan Sampel ... 37

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 38

4.4.1 Tabulasi Deskriptif ... 38


(15)

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 45

5.1 Sentra Penanaman Anggrek Dendrobium Bunga Potong di Indonesia ... 45

5.2 Sejarah Keberadaan Usahatani Anggrek Dendrobium Bunga Potong ... 46

5.3 Varietas Anggrek Dendrobium Bunga Potong ... 48

5.4 Kondisi Sistem Perbenihan Anggrek Dendrobium Bunga Potong ... 49

VI HASIL DAN PEMBAHASAN... 51

6.1 Karakteristik Responden ... 51

6.2 Pendekatan QFD dalam Pengembangan Varietas baru Anggrek Dendrobium Bunga Potong ... 55

6.3 Penyusunan Matriks House Of Quality (HOQ) ... 55

6.3.1 Penyusunan Persyaratan Konsumen (What) ... 56

6.3.2 Penyusunan persyaratan Teknik (How) ... 68

6.3.3 Pengembangan Matriks Hubungan antara Persyaratan Konsumen dan Persyaratan Teknik ... 69

6.3.4 Pengembangan Matriks Hubungan antar Persyaratan Teknik ... 73

6.3.5 Penilaian Kompetitif ... 76

6.3.5.1 Penilaian Kompetitif Konsumen ... 76

6.3.5.2 Penilaian Kompetitif Teknik ... 78

6.3.6 Pengembangan Prioritas Persyaratan Konsumen ... 79

6.3.6.1 Kepentingan Bagi Konsumen ... 79

6.3.6.2 Nilai Sasaran Persyaratan Konsumen ... 91

6.3.6.3 Faktor Skala Kenaikan ... 92

6.3.6.4 Poin Penjualan ... 93

6.3.6.5 Bobot Absolut Persyaratan Konsumen ... 95

6.3.7 Pengembangan Prioritas Persyaratan Teknik ... 97

6.3.7.1 Derajat Kesulitan ... 97

6.3.7.2 Nilai Sasaran Persyaratan Teknik... 99

6.3.7.3 Bobot Absolut Persyaratan Teknik ... 101

6.3.7.4 Bobot Relatif Persyaratan Teknik ... 104

6.3.8 Penentuan Arah Pengembangan Persyaratan Teknik ... 106

6.4 Analisa, Interpretasi dan Implementasi QFD ... 107

VII SIMPULAN DAN SARAN ... 111

8.1 Simpulan ... 111

8.2 Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113


(16)

DAFTAR TABEL

1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Anggrek Tahun 2005-2010 2 2 Produksi Tanaman Hias Tahun 2009-2010 ... 3 3 Spesifikasi Persyaratan Mutu Kelompok Dendrobium ... 13 4 Pakar dan Pemulia Aggrek Balai Tanaman Hias (BALITHI) ... 38 5 Penyusunan Matriks HOQ Pengembangan Varietas Baru Anggrek

Dendrobium Bunga Potong ... 44 6 Daerah Sentra Produksi dan Luas Tanam Anggrek

di IndonesiaTahun 2012 ... 45 7 Komoditas Tanaman Unggulan Provinsi Banten Tahun 2010-2011 46 8 Sentra Produksi Anggrek Nasional di Jawa Barat Tahun 2012 ... 46 9 Ketersediaan Bibit Anggrek Dalam Negeri, Ekspor dan Impor Bibit

Tanaman Anggrek ... 50 10 Sebaran Responden Petani Anggrek Dendrobium Bunga Potong

Menurut Usia di Kecamatan Serpong dan Kecamatan Gunung Sindur

Tahun 2012 ... 51 11 Sebaran Pendidikan Formal Responden Anggrek Dendrobium

Bunga Potong di Kecamatan Serpong dan Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 ... 52 12 Sebaran Status Usahatani Responden Anggrek Dendrobium

Bunga Potong di Kecamatan Serpong dan Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 ... 52 13 Sebaran Status Lahan Responden Anggrek Dendrobium Bunga Potong

di Kecamatan Serpong dan Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 53 14 Sebaran Luas Lahan Responden Anggrek Dendrobium Bunga Potong

di Kecamatan Serpong dan Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 54 15 Sebaran Pendapatan Responden Anggrek Dendrobium Bunga Potong

di Kecamatan Serpong dan Kecamatan Gunung Sindur Tahun 2012 16 SebaranRespondenyang Menginginkan AtributProduktivitas

Anggrek Dendrobium Bunga potong VB ... 57 17 Sebaran Responden yang Menginginkan Atribut Umur Hibrida

Berbunga Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 58 18 Sebaran Responden yang Menginginkan Atribut Warna Bunga

Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 59 19 Sebaran Responden yang Menginginkan Atribut Bentuk Bunga


(17)

20 Sebaran Responden yang Menginginkan Atribut Ukuran Bunga

Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 60 21 Sebaran Responden yang Menginginkan Atribut Panjang Malai Bunga

Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 61 22 Sebaran Responden yang Menginginkan Atribut Panjang Tangkai Bunga

Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 62 23 Sebaran Responden yang Menginginkan Atribut Jumlah Kuntum Bunga

Anggrek Dendrobium Potong VB ... 62 24 Sebaran Responden yang Menginginkan Atribut Ketegaran

Tangkai Bunga Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 62 25 Sebaran Responden yang Menginginkan Atribut Ketahanan Bunga

Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 63 26 Sebaran Responden yang Menginginkan Atribut Kemudahan

Memperoleh Bibit Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 63 27 Sebaran Responden yang Menginginkan Atribut Kemudahan

Memproduksi Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 64 28 Sebaran Responden yang Menginginkan Atribut Ketahanan

Terhadap Serangan Hama Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB 65 29 Sebaran Responden yang Menginginkan Atribut Ketahanan

Terhadap Serangan Penyakit Anggrek Dendrobium Bunga

Potong VB ... 65 30 Sebaran Responden yang Menginginkan Atribut Harga Beli

Benih Anggrek Dendrobium BungaPotong VB ... 66 31 Sebaran Responden yang Menginginkan Atribut Harga Jual

Bunga Anggrek Dendrobium Potong VB ... 66 32 Persyaratan Konsumen Anggrek Dendrobium Bunga Potong

Varietas Baru Sesuai dengan Keinginan Konsumen ... 67 33 Persyaratan Teknik Anggrek Dendrobium Bunga Potong

Varietas Baru Sesuai Keinginan Konsumen ... 69 34 Matriks Hubungan Persyaratan Konsumen dengan Persyaratan Teknik 72 35 Matriks Hubungan Antar Persyaratan Teknik ... 75 36 Penilaian Kompetitif Konsumen ... 77 37 Penilaian Kompetitif Teknik ... 78 38 Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepentingan Atribut

Produktivitas Tinggi Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB


(18)

39 Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepentingan Atribut Umur Hibrida Berbunga Anggrek Dendrobium

Bunga Potong VB( 24 bulan) ... 81

40 Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepentingan Atribut Warna Bunga Anggrek Dendrobium Potong VB ... 81

41 Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepentingan Atribut Bentuk Bunga Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 82

42 Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepentingan Atribut Ukuran Bunga Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 83

43 Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepentingan Atribut Panjang Malai Bunga Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 83

44 Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepentingan Atribut Panjang Tangkai Bunga Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 84

45 Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepentingan Atribut Jumlah Kuntum Bunga Anggrek Dendrobium Potong VB ... 84

46 Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepentingan Atribut Ketegaran Tangkai Bunga Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 85

47 Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepentingan Atribut Ketahanan Bunga Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 85

48 Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepentingan Atribut Kemudahan Memperoleh Benih Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 86

49 Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepentingan Atribut Kemudahan Memproduksi Bunga Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 87

50 Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepentingan Atribut Ketahanan Terhadap Serangan Penyakit Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 88

51 Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepentingan Atribut Ketahanan Terhadap Serangan Hama Anggrek Dendrobium Potong VB ... 88

52 Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepentingan Atribut Harga Beli Bibit Anggrek Dendrobium Bunga Potong VB ... 89

53 Sebaran Responden Menurut Tingkat Kepentingan Atribut Harga Jual Bunga Anggrek Dendrobium Potong VB ... 89

54 Tingkat Kepentingan Persyaratan Konsumen ... 90

55 Nilai Sasaran Persyaratan Konsumen ... 92

56 Faktor Skala Kenaikan Setiap Persyaratan Konsumen ... 93 57 Poin Penjualan Anggrek Dendrobium Bunga Potong Varietas Baru 94


(19)

58 Bobot Absolut Persyaratan Konsumen ... 96

59 Derajat Kesulitan Persyaratan Teknik ... 98

60 Nilai Sasaran Persyaratan Teknik ... 100

61 Bobot Absolut Persyaratan Teknik ... 103

62 Bobot Relatif Setiap Persyaratan Teknik Anggrek Dendrobium Bunga Potong Varietas Baru ... 105


(20)

DAFTAR GAMBAR

1 Model House Of Quality ... 30 2 Alur Kerangka Pemikiran Operasional ... 36 3 Pengembangan Varietas Baru Anggrek Dendrobium


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Matriks HOQ Pengembangan Varietas Baru Anggrek Dendrobium

Bunga Potong ... 117 2 Daftar Petani Anggrek Dendrobium di Kecamatan Serpong... 118 3 Daftar Petani Anggrek Dendrobium di Kecamatan Gunung Sindur 119 4 Kuesioner Persyaratan Konsumen Anggrek Dendrobium Bunga

Potong Varietas baru ... 120 5 Kuesioener untuk Mengetahui Penilaian Kompetitif konsumen

Terhadap Anggrek Dendrobium Bunga Potong ... 124 6 Kuesioner untuk Mengetahui Tingkat Kepentingan Persyaratan

Konsumen Terhadap Anggrek Dendrobium Bunga Potong ... 125 7 Kuesioener untuk Mengetahui Poin Penjualan Persyaratan

Konsumen Terhadap Anggrek Dendrobium Bunga Potong ... 126 8 Kuesioner Persyaratan Teknik Anggrek Dendrobium Bunga Potong 127 9 Kuesioner Derajat kesulitan Persyaratan Teknik ... 128 10 Kuesioner Penilaian Kompetitif Persyaratan Teknik ... .. 129 11 Kuesioner Nilai Sasaran Persyaratan Konsumen Anggrek

Dendrobium Bunga Pot... 130 12 Kuesioner Nilai Sasaran Persyaratan Teknik Anggrek

Dendrobium Bunga Potong ... .... 131 13 Kuesioner Arah Pengembangan Persyaratan Teknik Anggrek


(22)

(23)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata, antara lain melalui pembentukan kapital, penyerap tenaga kerja, sumber devisa negara, sumber pendapatan, serta pelestarian lingkungan melalui praktek usahatani yang ramah lingkungan. Berbagai peran strategis pertanian dimaksud sejalan dengan tujuan pembangunan perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, menyediakan lapangan kerja, serta memelihara keseimbangan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Melalui pertanian maju, efisien dan tangguh, diharapkan mampu meningkatkan kualitas serta menunjang pembangunan.

Pada tahun 2011, sektor pertanian memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 14,7 persen. Tanaman hias (florikultura) merupakan bagian dari subsektor hortikultura yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan nasional di masa depan. Kontribusi hortikultura terhadap pertanian sebesar 21,17 persen. Adapun kontribusi florikultura terhadap hortikultura sebesar 13,34 persen, sedangkan kontribusi florikultura dalam pembangunan pada data Biro Pusat Statistik (BPS) sebesar 5-10 persen (PPHP, 2011).

Salah satu produk florikultura adalah anggrek. Berbagai jenis anggrek sudah dipasarkan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Jenis-jenis anggrek yang banyak dijumpai di pasaran antara lain: Dendrobium, Phalaenopsis, Vanda, Cymbidium, Paphiopedilum, Renanthera, Bulbophyllum. Namun, meskipun telah mampu memasuki perdagangan internasional, pada saat ini kontribusi Indonesia terhadap suplai pasar florikultura masih sangat rendah yakni kurang dari 1 persen. Indonesia baru mampu memasok 0,046 persen dari kebutuhan tanaman hias dunia. Padahal bila ditinjau dari potensi sumber daya genetik, Indonesia merupakan pusat keanekaragaman genetik beberapa jenis anggrek yang


(24)

berpotensi sebagai tetua untuk menghasilkan varietas baru anggrek bunga potong, salah satunya seperti Dendrobium (Widiastoety dkk, 2010). Dendrobium merupakan anggrek yang sangat populer diantara jenis anggrek yang lain. Sebagai anggota keluarga anggrek, Dendrobium menempati peringkat kedua terbesar dari 900-1600 spesies. Menurut Wirakusuma (1985), anggrek-anggrek spesies atau anggrek alam memegang peranan penting dalam menghasilkan silangan-silangan sehingga hibrida-hibrida yang terbentuk mempunyai mutu yang lebih baik dari induknya.

Namun rata-rata produktivitas anggrek di Indonesia masih lebih rendah bila dibandingkan dengan potensi genetiknya yaitu hanya 4-5 tangkai/tanaman, sedangkan potensi genetiknya bisa mencapai 8-10 tangkai/tanaman (Litbang 2007). Sedangkan Thailand produktivitas tanaman anggrek rata-rata 10-12 tangkai/tanaman. Perkembangan komoditas anggrek antara lain dapat dilihat dari luas panen. Pada tahun 2006 terjadi penurunan luas panen, menurunnya luas panen akan berpengaruh terhadap produksi anggrek nasional, namun produktivitasnya mengalami peningkatan (Tabel 1).

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Anggrek Tahun 2005-2010 Tahun Luas Panen

(m2)

Produksi (tangkai)

Produktivitas (tangkai/m2) 2005 1.221.524 7.902.403 7 2006 1.120.630 10.903.444 9 2007 1.229.102 9.489.393 7 2008 1.237.679 15.309.964 15 2009 1.308.199 16.205.949 12 2010 1.391.206 14.050.445 8 Sumber : BPS, 2011

Sedangkan posisi produksi tanaman hias anggrek terhadap produksi tanaman hias non anggrek domestik, pada tahun 2009-2010 menunjukkan bahwa anggrek menempati posisi keempat. Posisi tertinggi adalah krisan, mawar, sedap malam. Data produksi anggrek dibandingkan dengan tanaman hias lain tahun 2009-2010 dapat dilihat pada Tabel 2.


(25)

Tabel 2. Produksi Tanaman Hias Tahun 2009-2010

Komoditas Produksi (tangkai)

Tahun 2009 Tahun 2010 Anggrek 16.209.949 14.050.445 Krisan 107.847.072 185.232.970 Mawar 60.191.362 82.351.332 Sedap malam 51.047.807 59.298.954 Sumber: BPS, 2011

Pada saat ini, industri anggrek nasional masih tertinggal dengan negara lain seperti Thailand dan Taiwan. Sebab di kedua negara tersebut menempatkan anggrek sebagai komoditas yang mempunyai posisi paling penting dalam industri tanaman hias. Padahal Indonesia memiliki sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk menandingi negara lain (Litbang, 2009).

Lebih dari 80% Dendrobium yang diperdagangkan di pasar dunia berasal dari Thailand. Negara ini sangat kuat posisinya dalam perdagangan anggrek jenis Dendrobium. Hasil industri kultur jaringannya menempati posisi nomor dua terbesar di pasar dunia untuk bunga setelah Belanda dan kedua terbesar di dunia untuk tanaman setelah Taiwan. Cluster anggrek Thailand saat ini sedang mengembangkan strategi untuk memperkuat posisi kepemimpinannya dalam bisnis anggrek tropis (Wediyanto, 2008).

Selain itu juga Indonesia sangat tertinggal jauh di bidang pemuliaan maupun industri anggrek, padahal sumber anggrek aslinya cukup banyak (Irawati, 1999; Sutater 1997). Menurut Sutater (1997) dan Winarno (1995) penyebab tertinggalnya industri anggrek di Indonesia antara lain kurangnya penyediaan bibit unggul terseleksi dari kultivar yang disukai pasar, harga bibit unggul anggrek yang tersedia maupun asal impor relatif mahal, serta kurangnya informasi pasar.

Akses informasi pemasaran terkait dengan preferensi dan perubahan konsumen terhadap jenis komoditi anggrek belum memadai. Selain itu pemasaran anggrek tidak terhindarkan oleh adanya globalisasi yang menyebabkan semakin ketat kondisi persaingan. Kenyataan ini mengharuskan produsen terus berkreasi dan berinovasi dalam upaya untuk mengetahui kebutuhan, keinginan, selera konsumen, dan merancang produk baru untuk memenuhi kebutuhan dan


(26)

keinginan konsumen secara lebih baik dari apa yang dilakukan oleh pesaingnya. Pemasaran sebagai rangkaian atau mekanisme kegiatan yang menjembatani antara produsen dan konsumen perlu dikaji secara terus menerus.

Kotler (2008), mengatakan bahwa pemasaran yang baik telah menjadi elemen yang semakin vital untuk kesuksesan bisnis, pemasaran yang baik bukan sebuah kebetulan, melainkan hasil dari perencanaan dan pelaksanaan yang cermat. Dalam pasar yang semakin kompetitif, perencanaan pemasaran terus diperbaharui. Organisasi (perusahaan) harus selalu bergerak maju dalam program pemasaran, inovasi produk dan jasa, pemenuhan kebutuhan konsumen, dan pencarian keunggulan baru tanpa meninggalkan pada kekuatan yang lama (kekuatan masa lalu).

Dalam pemasaran semua produk, kualitas dan layanan memainkan peranan penting, terutama dalam banyak industri, karena kualitas merupakan pembeda yang paling efektif bagi sejumlah produk. Pemasaran mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen secara memuaskan. Kepuasan konsumen dapat dicapai dengan memberikan kualitas yang baik.

Namun pemasaran merupakan hal yang rumit dan kenyataan yang terjadi menunjukkan bahwa untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen tidak mudah. Kebutuhan dan keinginan konsumen sukar untuk diramalkan. Pengetahuan yang cukup tentang apa yang dibutuhkan dan apa yang diinginkan konsumen akan memberikan petunjuk yang berharga bagi produsen untuk pengembangan produk baru, fitur produk, harga saluran distribusi, pesan (message) dan elemen-elemen bauran pemasaran lainnya.

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu penentu keberhasilan agribisnis anggrek adalah penggunaan bibit yang berkualitas, karena itu penggunaan bibit berkualitas dari varietas unggul sangat menentukan keberhasilan produksi di bidang pertanian, termasuk peranggrekan. Untuk itu pengembangan usaha dan produksi peranggrekan memerlukan dukungan yang kuat dari aspek penyediaan bibit bermutu dari varietas unggul.


(27)

Pada saat ini varietas unggul anggrek Dendrobium bunga potong yang digunakan oleh petani Dendrobium bunga potong untuk budidaya sebagian besar masih berasal dari impor. Hal ini disebabkan karena belum adanya kesesuaian antara keinginan konsumen terhadap varietas lokal anggrek Dendrobium bunga potong yang tersedia dengan yang dihasilkan oleh produsen, baik yang terkait dengan kualitas bibit, kuantitas, kontinuitas, ketersediaan bibit, serta harga diduga menjadi penyebabnya.

Bagi petani selaku konsumen yang menggunakan bibit anggrek Dendrobium bunga potong, adanya produk tanaman hias bunga potong dari jenis lain, dan adanya anggrek Dendrobium bunga potong dari negara lain yang menjadi pesaing (kompetitor) dan mempunyai nilai lebih unggul menyebabkan mereka meninggalkan atau beralih kepada produk pesaing.

Bagi pemulia varietas anggrek Dendrobium bunga potong sebagai penghasil varietas unggul nasional, dengan beralihnya konsumen menggunakan produk pesaing yang lebih unggul merupakan ancaman terhadap varietas yang akan dihasilkan. Bila ditinjau dari segi biaya dan waktu, untuk menghasilkan varietas baru memerlukan biaya yang relatif besar dan waktu yang relatif lama. Hal ini menuntut efisiensi dan efektivitas dalam peningkatan daya saing komoditas anggrek Dendrobium bunga potong dalam negeri. Selain itu bila ditinjau dari keragaman genetik anggrek Dendrobium di dalam negeri jumlahnya sangat berlimpah. Besarnya keragaman genetik merupakan modal dasar bagi program pemuliaan tanaman untuk mengembangkan varietas baru.

Keuntungan bagi perusahaan berupa profit, sementara bagi lembaga riset dan pengembangan sebagai pengembang varietas meskipun tidak untuk menghasilkan profit tetapi dalam proses pengembangannya sebagai penghasil teknologi dan inovasi harus mengacu kepada seberapa besar inovasi dan teknologi yang dihasilkan dapat efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan pengguna. Semakin meningkatnya persaingan di dunia bisnis yang berorientasi pada profit maupun non profit, menjadikan elemen kualitas barang yang dihasilkan oleh setiap perusahaan semakin penting. Dengan perencanaan yang baik akan mencegah risiko kerugian (waste) dan mengurangi risiko tidak efisien (inefisiensi), serta dengan mengurangi penggunaan varietas impor secara


(28)

berkelanjutan akan mengurangi devisa negara dan mengurangi ketergantungan terhadap negara lain.

Langkah yang paling tepat bagi pemulia varietas anggrek Dendrobium bunga potong dalam menghadapi persaingan yang ketat, yaitu dengan meningkatkan keunggulan kompetitif dari komoditas anggrek Dendrobium bunga potong melalui pengembangan varietas dengan pendekatan dua sisi yaitu sisi konsumen dan sisi produsen. Strategi bersaing yang dapat diandalkan, salah satunya dengan perbaikan kualitas melalui pengembangan varietas anggrek Dendrobium bunga potong.

Kepuasan konsumen dapat dicapai dengan memberikan kualitas yang baik. Dalam pengembangan varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong, agar varietas yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen maka penekanan terhadap kualitas, akan memberikan kepuasan kepada konsumen. Suara konsumen merupakan syarat mutlak yang dijadikan dasar penyusunan atribut-atribut (featur) dari produk yang akan dikembangkan. Featur menjadi alat bersaing yang membedakan produk dengan produk pesaing. Produk yang memberikan nilai lebih bagi konsumen menjadi dasar pertimbangan konsumen dalam memilih produk. Kemampuan produsen memberikan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen akan menjadi hambatan masuk bagi pesaing (competitive barriers).

Maka kemampuan pemulia dalam menerjemahkan apa yang diinginkan oleh konsumen dapat memberikan petunjuk yang berharga bagi perencanaan pengembangan produk selanjutnya dan peluang untuk menggerakkan peranggrekan ke arah yang lebih baik sesuai dinamika pasar. Hasilnya akan diperoleh matriks rumah kualitas atau House of Quality (HOQ) pengembangan varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong. Cara pendekatan yang dapat digunakan untuk mengetahui keinginan konsumen dan kemampuan pemulia untuk memenuhi keinginan konsumen yaitu dengan pendekatan Quality Function

Deployment (QFD). Pendekatan QFD digunakan untuk memperbaiki proses

perencanaan, mengatasi permasalahan tim, serta tuntutan konsumen tidak diinterpretasikan secara salah.


(29)

Permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana ideotipe varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong (persyaratan konsumen) yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam pengembangan varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong?

2. Bagaimana mengidentifikasi variabel persyaratan konsumen yang menjadi prioritas utama untuk dipenuhi oleh pemulia dalam pengembangan varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong?

3. Bagaimana menentukan prioritas persyaratan teknis pemulia yang sesuai dengan prioritas persyaratan konsumen dalam pengembangan varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi ideotipe varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong (persyaratan konsumen) yang sesuai dengan keinginan konsumen dalam pengembangan varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong

2. Mengidentifikasi variabel persyaratan konsumen yang menjadi prioritas utama untuk dipenuhi oleh pemulia dalam pengembangan varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong

3. Menentukan prioritas persyaratan teknis pemulia yang sesuai dengan prioritas persyaratan konsumen dalam pengembangan varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

1. Memberikan informasi bagi pemulia anggrek Dendrobium bunga potong dalam mengembangkan varietas anggrek Dendrobium bunga potong yang sesuai dengan preferensi konsumen.

2. Memberikan informasi bagi pelaku usaha (stakeholders) anggrek


(30)

3. Memberikan informasi dan masukan bagi pengambil kebijakan, dalam hal penyusunan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan manajemen mutu dan perilaku konsumen anggrek Dendrobium bunga potong.

4. Menambah referensi dan kajian ilmiah bagi perguruan tinggi terkait dengan topik pengembangan produk dengan menggunakan pendekatan QFD.

1.5 Batasan Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada disain perbaikan kualitas dari Varietas Baru (VB) anggrek Dendrobium bunga potong terhadap anggrek Dendrobium bunga potong Varietas Unggul Hibrida (VUH) sebagai pesaing. Konsumen dalam penelitian ini adalah petani/pengusaha anggrek yang sedang membudidayakan anggrek Dendrobium bunga potong VB, tetapi pernah atau saat ini sedang mengusahakan anggrek Dendrobium bunga potong VUH.

Produsen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah breeders atau pemulia anggrek. Pemulia sebagai perakit dan pengembang varietas baru tanaman yaitu pemulia institusi (lembaga penelitian tanaman hias). Matriks HOQ yang dihasilkan adalah berupa matriks pengembangan VB anggrek Dendrobium bunga potong.

Sedangkan organisasi (perusahaan) dalam penelitian ini adalah unit pelaksana teknis penelitian dan pengembangan tanaman hias (Balai Penelitian Tanaman Hias) Badan Litbang Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Hias (BALITHI) dipilih karena merupakan institusi yang mempunyai kompetensi dan bertanggung jawab dalam upaya pengembangan varietas baru florikultura nasional.


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Pengembangan Kualitas Produk Baru dalam Meningkatkan Keunggulan Bersaing

Keunggulan bersaing bersifat dinamis dan akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu bergantung kepada tingkat kompetisi, perubahan perilaku permintaan, dan kemampuan dasar industri. Pada era kompetisi saat ini, khususnya pada era globalisasi tuntutan terhadap peningkatan keunggulan bersaing dalam bisnis yang berkelanjutan merupakan suatu keharusan. Keunggulan bersaing dalam bisnis yang berkelanjutan akan meningkatkan ketahanan ekonomi dan bisnis sebagai bagian dari perekonomian keseluruhan.

Dalam rangka meningkatkan kontribusi tanaman anggrek Dendrobium bunga potong dalam perekonomian nasional, dibutuhkan perbaikan budidaya melalui penerapan teknologi inovatif yaitu teknologi pengembangan varietas baru. Langkah tersebut diharapkan mampu meningkatkan kualitas produk dan kapasitas produksi yang pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan mengurangi angka impor bibit.

Kondisi usaha tani anggrek Dendrobium bunga potong yang diharapkan adalah kondisi usaha tani yang menggunakan potensi sumber daya nasional sebagai komoditas andalan yang mempunyai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dengan produk sejenis yang memenuhi tuntutan pasar. Peningkatan keunggulan bersaing dapat dilakukan dengan cara peningkatan kualitas melalui pengembangan produk baru, sehingga produk yang dihasilkan dapat unggul secara komparatif dan unggul secara kompetitif. Keunggulan bersaing produk hasil pertanian dipengaruhi oleh kualitas, manfaat atau kegunaan bagi konsumen, dan jumlah produk yang beredar di pasaran, serta biaya produksi yang harus dikeluarkan. Usaha yang efektif dan efisien menjadi pilihan dalam upaya peningkatan keunggulan bersaing.

Peran pengembangan kualitas produk baru akan dapat dirasakan manfaatnya dan dampaknya terhadap kemajuan agribisnis anggrek terkait dengan penyediaan varietas unggul, bibit berkualitas dan teknologi pendukungnya, yaitu teknologi


(32)

budidaya, teknologi pengendalian hama dan penyakit, serta teknologi pasca panen. Peran pengembangan produk dalam meningkatkan keunggulam bersaing dilandasi karena adanya beberapa karakteristik produk yang belum sesuai dengan harapan konsumen. Hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan kemampuan ilmu dan teknologi serta implementasinya, kebijakan yang belum kondusif, serta persaingan global yang semakin ketat.

Keberadaan pesaing membuat tim pengembang produk dituntut untuk kreatif dalam menghadapi situasi yang sangat kompetitif. Semakin banyak pesaing maka semakin banyak pilihan bagi konsumen untuk memilih produk yang sesuai dengan keinginannya. Adanya persaingan menurut Suwandi (2006) pada dasarnya tidak hanya bersifat negatif akan tetapi dengan persaingan iklim kompetisi yang lemah akan tergugah untuk kemudian melakukan dinamika pasar yang tentunya akan sangat menguntungkan konsumen.

Salah satu cara agar konsumen dapat terus tertarik menggunakan produk yang diluncurkan/peluncuran produk, maka tim pengembang harus mempunyai kemampuan menanggapi selera konsumen yang selalu berubah. Peluncuran produk merupakan tindakan antisipatif untuk merespon keinginan konsumen. Burhanuddin, et al., (2002) mengemukakan bahwa peluncuran produk dapat dilakukan dengan diversifikasi produk maupun pengembangan produk yang ada. Tingkat penggunaan produk merupakan suatu tolok ukur keberhasilan tim pengembang untuk memuaskan pengguna produk. Faktor yang sangat perlu diperhatikan adalah dengan evaluasi pendapat konsumen. Evaluasi pendapat konsumen merupakan perbandingan mutu setiap elemen dari masukan konsumen dengan pesaing.

Produk yang memiliki khas tertentu dan diinginkan oleh konsumen akan sangat mudah dalam memenangkan kompetisi (Suwandi, 2006). Selain itu juga bahwa dalam meningkatkan keunggulan bersaing (keunggulan kompetitif) suatu produk tidak hanya produsen saja yang menentukan akan tetapi banyak faktor lain yang mendukung antara lain pemerintah selaku pemberi kebijakan, kesempatan dan signifikansi permintaan pasar.

Pengembangan industri florikultura perlu diarahkan pada peningkatan keunggulan bersaing agar mampu berkompetisi dengan produk serupa dari negara


(33)

lain. Salah satu upaya peningkatan keunggulan bersaing yang dapat dilakukan yaitu melalui penerapan inovasi teknologi secara berkelanjutan. Pengalaman dari berbagai negara maju menunjukkan bahwa penerapan teknologi inovatif terbukti mampu menciptakan produk unggulan, meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi, menjaga kesinambungan pasokan dan meningkatkan efisiensi distribusi dan pemasaran (Litbang Pertanian, 2011). Langkah yang tepat yang perlu ditempuh dalam meningkatkan keunggulan produk yaitu dengan perencanaan pengembangan kualitas produk. Pendekatan QFD dapat digunakan dalam berbagai perencanaan, serta seluruh operasi organisasi didorong oleh suara konsumen.

2.2 Peran Preferensi Konsumen dalam Menentukan Atribut Produk Anggrek Dendrobium Bunga Potong

Konsumen mempunyai banyak pilihan dalam begitu banyak kategori dari suatu produk dan layanan. Masing-masing individu mempunyai pandangan yang sangat beragam terhadap produk sesuai dengan kebutuhannya. Pemahaman tentang apa yang dibutuhkan konsumen tidak hanya bermanfaat bagi konsumen itu sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi produsen. Bagi produsen pengetahuan terhadap apa yang menjadi keinginan konsumen merupakan informasi penting untuk menentukan strategi yang tepat untuk pengembangan produk selanjutnya sesuai dengan keinginan konsumen.

Berikut ini adalah atribut-atribut produk dari penelitian terdahulu terkait dengan keinginan konsumen. Bagi seorang konsumen, atribut atau karakteristik yang melekat pada suatu produk menjadi bahan pertimbangan dalam memilih suatu produk. Atribut produk merupakan unsur-unsur yang dianggap penting oleh konsumen didalam mengambil keputusan, karena setiap produk mempunyai karakteristik yang berfungsi sebagai atribut penilaian selama proses pengambilan keputusan. Pentingnya suatu atribut bagi konsumen dapat juga menggambarkan baik buruknya suatu produk.

Pada analisis tingkat preferensi petani terhadap karakteristik hasil dan kualitas bawang merah varietas lokal dan impor yang dilakukan oleh Basuki (2009) mengemukakan bahwa dalam memilih varietas yang disukai petani


(34)

mempertimbangkan keunggulan dari seluruh keseluruhan atribut yang dimiliki oleh varietas tersebut. Untuk memperbaiki varietas bawang merah perlu memperhatikan karakteristik mutu, yaitu bentuk, ukuran, warna umbi, serta kemampuan adaptasi tinggi yaitu dapat ditanam pada musim kemarau dan hujan.

Keberhasilan suatu strategi pengembangan produk baru tidak hanya sekedar kemampuan menciptakan sebuah produk, akan tetapi bisa memahami featur-featur dari produk tersebut sesuai dengan preferensi konsumen. Ameriana, et al., (1998) menyebutkan bahwa dalam proses pelepasan varietas perlu mempertimbangkan keinginan dari para pengguna varietas. Sebagai konsekuensinya informasi mengenai hal tersebut harus tersedia. Perbaikan kualitas merupakan salah satu unsur yang harus diperhatikan dalam proses pelepasan varietas, disamping potensi hasil, ketahanan terhadap hama dan penyakit dan sebagainya. Berdasarkan dari hasil penelitian ini seorang pemulia tanaman dapat membuat prioritas mengenai petunjuk kualitas yang harus didahulukan untuk diperbaiki. Sebagai bahan pertimbangannya yaitu proses pelepasan varietas dalam bidang pemuliaan memerlukan investasi yang tidak sedikit baik dalam hal waktu, tenaga maupun biaya.

Pada bunga anggrek potong dan tanaman pot, peningkatan kualitas dan kuantitas produksi perlu dilakukan untuk mengimbangi permintaan pasar dalam negeri maupun untuk ekspor. Karena menurut Sutater (2006) kualitas merupakan indikator yang diinginkan konsumen sebagai atribut (warna, bentuk, jenis, harga, dsb), produk atau jasa, dan kualitas merupakan salah satu dari aspek selera konsumen. Selera masyarakat terhadap bunga potong bila dilihat dari segi keindahan, warna, ukuran, bentuk, dan susunan bunga, serta daya tahan bunga cepat berubah ke arah yang lebih baik dan sempurna (Soekartawi, 1994). Penelitian Nurmalinda, et al., (1997) menyebutkan bahwa selera konsumen ditentukan oleh keunikan kombinasi warna, ukuran, susunan, bentuk dan periode kesegaran bunga.

Untuk konsumen hotel, rumah tangga dan florist menurutSunarmani, et al., (2011) dan Nurmalinda, et al., (1999) serta Behe, et al., (1993) bahwa harga bukan merupakan hal penting untuk diperhatikan, karena penggunaan bunga potong lebih berkaitan dengan kebutuhan. Hal utama yang menjadi perhatian


(35)

konsumen ialah coraknya yang masih baru, tahan terhadap hama dan penyakit, serta dapat ditempatkan di dalam ruangan.

Pada saat ini pasar anggrek Dendrobium menuntut tersedianya bunga anggrek potong dan tanaman pot anggrek yang bermutu dan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang semakin banyak dan berkesinambungan. Produksi anggrek Indonesia dalam negeri terdiri atas penggemar dan pecinta anggrek, pedagang keliling tanaman anggrek, pedagang tanaman anggrek pada kios di tempat tertentu dalam kota, perhotelan, gedung perkantoran, pengusaha pertamanan, florist/toko bunga.

Berkenaan dengan perdagangan anggrek dewasa ini, tidak terlepas dari adanya standardisasi kualitas produk terhadap produk yang diperdagangkan. Tidak ada standar baku mengenai kriteria mutu anggrek Dendrobium bunga potong yang harus dipenuhi. Standar mutu bunga potong bersifat dinamis, berkembang dari waktu ke waktu, mengikuti kemajuan teknologi dan permintaan konsumen. Spesifikasi persyaratan mutu kelompok Dendrobium berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3171-1995 dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Spesifikasi Persyaratan Mutu Kelompok Dendrobium

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan Mutu

Kelas I Kelas II Kelas III

1. Panjang malai Cm Min. 60 Min. 50 Min. 40

2. Jumlah bunga keseluruhan

- Min. 16 Min. 12 Min. 8

3. Jumlah bunga mekar - Min. 10 Min. 8 Min. 6

4. Jumlah kuncup - Maks. 6 Maks. 4 Maks. 2

5. Susunan bunga dalam malai

- Lengkap Lengkap Lengkap

6. Bekas pestisida - Tidak ada Tidak ada Tidak ada

7. Bunga rusak - Tidak ada Tidak ada Tidak ada

8. Binatang hidup - Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Sumber: Subdit Standardisasi PPHP Kementerian Pertanian, 2011

2.3 Peran Pemuliaan dalam Pengembangan Varietas Baru Anggrek

Dendrobium Bunga Potong

Sebagai evaluasi dan masukan bagi produsen/tim pengembang maka setiap kegiatan yang kaitannya untuk menghasilkan produk tanaman menitik beratkan kepada kebutuhan konsumen/pengguna. Dalam pengembangan ini, suara


(36)

konsumen (voice of customers) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap life cycle suatu komoditas.

Menurut Donald (1968), program pemuliaan akan bermanfaat apabila menerapkan pemuliaan model tanaman atau idiotipe tanaman. Tipe ideal merupakan suatu parameter yang diinginkan oleh konsumen, sehingga observasi permintaan atau preferensi konsumen memegang peranan sangat penting dalam merencanakan pemuliaan idiotipe.

Pemuliaan tanaman menurut yang dikemukakan oleh Carsono, N (2008) merupakan kegiatan yang dinamis dan berkelanjutan. Kedinamisannya dicerminkan dari adanya tantangan dan kondisi alam lingkungan yang cenderung berubah, sebagai contoh strain patogen yang selalu berkembang, selera ataupun preferensi konsumen juga berkembang, oleh karenanya, kegiatan pemuliaan pun akan berpacu sejalan dengan perubahan tersebut. Sedangkan keberlanjutannya dapat dilihat dari kegiatannya yang berkesinambungan, berlanjut dari satu tahapan menuju pada tahapan berikutnya.

Pada umumnya proses kegiatan pemuliaan diawali dengan (i) usaha koleksi plasma nutfah sebagai sumber keragaman, (ii) identifikasi dan karakterisasi, (iii) induksi keragaman, misalnya melalui persilangan ataupun dengan transfer gen, yang diikuti dengan (iv) proses seleksi, (v) pengujian dan evaluasi, (vi) pelepasan, distribusi dan komersialisasi varietas. Teknik persilangan yang diikuti dengan proses seleksi merupakan teknik yang paling banyak dipakai dalam inovasi perakitan kultivar unggul baru, selanjutnya, diikuti oleh kultivar introduksi, teknik induksi mutasi dan mutasi spontan yang juga menghasilkan beberapa kultivar baru. Keberhasilan program pemuliaan ini tergantung pada ketersediaan kisaran materi yang luas dalam program, pemilihan metode persilangan yang tepat dan diikuti dengan evaluasi genotype.

Persilangan untuk mendapatkan varietas baru anggrek Dendrobium bunga potong menurut yang dikemukakan oleh Widiastoety, et al., (2010) merupakan salah satu upaya dalam pengembangan anggrek. Dalam pengembangan varietas baru tanaman sangat diperlukan ketersediaan materi sebagai induk persilangan dalam jumlah yang banyak, beragam, serta mempunyai sifat-sifat unggul. Penyilangan akan menghasilkan keturunan yang disebut hibrida. Oleh karena itu,


(37)

penggunaan anggrek Dendrobium hibrida unggul sebagai induk silangan sangat diperlukan.

Pada komoditas tanaman hias yang dinyatakan oleh Qud, et al., (1995) bahwa yang menjadi kontributor utama terhadap nilai ekonomi bunga ialah warna bunga. Sementara anggrek Dendrobium yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai bunga potong banyak dijumpai di Indonesia. Namun menurut Widiastoety, et al., (2010) karena terbatasnya pengetahuan mengenai sifat-sifat penurunannya, baru sebagian kecil anggrek yang dimanfaatkan sebagai induk persilangan.

2.4 Pendekatan QFD Dalam Pengembangan Kualitas Produk

Pada pendekatan QFD kemampuan membawa produk baru dapat diterima pasar secara cepat merupakan kunci kesuksesan dari customer-driven company. Kondisi ini merupakan tantangan pasar yang menuntut adanya persaingan yang semakin kompetitif. Konsumen tidak hanya menuntut kualitas produk baru yang lebih tinggi tetapi juga menuntut adanya inovasi baru. Meskipun sulit, tetapi hal tersebut tidak dapat dihindari karena merupakan prasyarat yang harus dihadapi oleh sebuah perusahaan yang kompetitif. Untuk menghadapi tantangan ini perusahaan terus berupaya untuk menerapkan proses pengembangan produk baru yang inovatif (new product development).

Berbagai penelitian memberikan informasi bahwa metode QFD merupakan metode yang efektif untuk diintegrasikan ke dalam proses pengembangan produk (Griffin, 1992; Akao dan Mazur, 2003; Cheng, 2003; Cauchick Miguel, 2005) dalam Miguel (2007). Metode QFD juga dianggap oleh Govers (1996) dalam (Miguel, 2007) sebagai pendekatan untuk produk inovasi yang berorientasi kepada pelanggan, yang berfokus pada desain produk. QFD meliputi seluruh komponen desain produk dan produksi setelah target pasar teridentifikasi. Pendekatan QFD telah terbukti efektif dalam mengurangi waktu serta memberikan produk berkualitas tinggi dan berbiaya rendah.

Pada kondisi terbatasnya biaya untuk pengembangan produk, tim pengembang dituntut untuk memilih dan menyeleksi atribut apa saja yang akan dikembangkan pada produk yang akan dikembangkan agar tetap sesuai dengan


(38)

kemampuan biaya yang dimilikinya. Proses penetapan pada atribut yang akan dikembangkan memerlukan pertimbangan yang matang bagi tim pengembang, agar risiko terjadinya ketidakpuasan konsumen (kegagalan pasar) dapat dihindari/dicegah. Apabila produk yang dihasilkan dapat memuaskan konsumen, maka sangat kecil kemungkinan terjadi pengulangan pekerjaan, sehingga manfaat optimal dari bahan baku yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh konsumen.

Penggunaan QFD pada pengembangan varietas Melon di Kabupaten Bogor oleh Wagiono, Y. dan Hamrah (2007) diperoleh matriks perencanaan varietas melon. Matriks tersebut dapat digunakan oleh Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB dalam melakukan kegiatan pemuliaan dalam upaya penyempurnaan perakitan varietas Melon, sehingga untuk selanjutnya keinginan dan harapan pelanggan terhadap varietas melon yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen.

Implementasi QFD dalam peningkatan manajemen mutu susu KPBS Pengalengan Kabupaten Bandung Jawa Barat oleh Burhanuddin (2002) dipengaruhi oleh komitmen manajemen, perubahan budaya organisasi, pelibatan dan pemberdayaan karyawan, formulasi manajemen mutu. Hasil analisis matrik HOQ didapatkan 4 aktivitas teknis yang harus segera dilakukan (berdasarkan skala prioritas), yaitu meningkatkan kualitas bahan baku, meningkatkan kerjasama dengan distributor, pengembangan pasar baru dan pemberian insentif, meluncurkan produk baru baik melalui diversifikasi maupun development product.

Tim pengembang produk melakukan penjajakan apa yang diinginkan oleh konsumen kemudian mengembangkankannya. Hasil studi yang dilakukan oleh Augusto (2007) mengemukakan QFD memfasilitasi pengembangan produk-produk yang inovatif dan temuannya dapat memberikan informasi kepada praktisi mengenai penggunaan QFD dalam mendukung pengembangan produk-produk yang inovatif dan metode QFD banyak dieksplore, serta banyak digunakan sebagai referensi pada banyak publikasi.


(39)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Kualitas

Salah satu nilai utama yang diharapkan oleh konsumen dari produsen adalah kualitas/mutu. Kemampuan produsen menghasilkan suatu produk dalam memberikan hasil/kinerja yang sesuai dan dapat memenuhi atau bahkan melebihi harapan konsumen merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan dalam era yang semakin kompetitif. Semakin memenuhi harapan konsumen, maka suatu produk dapat dikatakan semakin berkualitas. Oleh karena itu pemahaman konsep mutu sangat penting dalam pengembangan aktivitas suatu perusahaan karena pertumbuhan suatu perusahaan ditentukan oleh mutu produk yang dihasilkan. Mutu menurut marimin (2004) adalah ukuran seberapa dekat suatu barang atau jasa sesuai dengan standar mutu.

Sedangkan menurut ISO 9000 mendefinisikan mutu sebagai derajat dari serangkaian karakteristik produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan atau harapan yang dinyatakan. Apabila diuraikan lebih rinci, mutu memilki dua perspektif, yaitu perspektif konsumen dan perspektif produsen dimana apabila kedua hal tersebut disatukan maka tercapai kesesuaian antara kedua sisi yang dikenal dengan kesesuaian untuk digunakan konsumen.

Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, bervariasi dari konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari kualitas menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti kinerja (performance), keandalan (reliability), kemudahan dalam penggunaan (ease of use), estetika (esthetics), dan sebagainya (Gaspersz, 2011). Kualitas juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan dan upaya perubahan ke arah perbaikan terus menerus sehingga dikenal istilah Q-MATCH (Quality=Meets Agreed Terms and Changes).


(40)

Berdasarkan definisi tentang kualitas baik yang konvensional maupun yang lebih strategik dapat dinyatakan bahwa pada dasarnya kualitas mengacu kepada pengertian pokok berikut (Gaspersz, 2011) :

1. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu.

2. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan.

Berdasarkan pengertian dasar tentang kualitas diatas tampak bahwa kualitas selalu berfokus pada konsumen (consumer focused quality). Produk-produk didesain, diproduksi, serta pelayanan diberikan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Maka suatu produk yang dihasilkan baru dapat dikatakan berkualitas apabila sesuai dengan kebutuhan konsumen, dapat dimanfaatkan dengan baik, serta diproduksi (dihasilkan) dengan cara yang baik dan benar.

Dengan demikian dalam proses pengembangannya yang memperhatikan konsep kualitas akan memberikan keuntungan. Menurut Gaspersz (2011), bahwa keuntungan dengan konsep kualitas yaitu bebas dari pemborosan (waste) dan inefisiensi. Apabila pemborosan dan inefisiensi dapat dicegah atau dikurangi, maka biaya proses produksi per unit akan menjadi rendah, yang berarti harga produk menjadi lebih kompetitif.

3.1.2 Definisi Produk

Ketika perusahaan menawarkan produknya kepada masyarakat, perusahaan harus memiliki keyakinan bahwa produk yang akan diluncurkan itu memang dirancang untuk dapat memuaskan keinginan konsumen. Oleh karena itu, proses merancang sebuah produk, bukan sekedar menyangkut penentuan manfaat apa yang akan dipenuhi, melainkan juga menyangkut keputusan disain produk, nama merek, merek dagang, jaminan, citra produk dan layanan konsumen.

Oleh karena itu tidak ada satupun produk yang dapat dikatakan sebagai produk yang sempurna. Kemajuan dan perkembangan teknologi menuntut agar produsen dapat membuat produk yang memiliki sifat lebih (lebih baik, lebih


(41)

modern, lebih mudah, dan lain sebagainya) sesuai dengan kebutuhan konsumen yang menjadi lebih banyak.

Dalam pemasaran definisi produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Kepuasan konsumen tidak hanya mengacu pada bentuk fisik produk, melainkan satu paket kepuasan yang didapat dari pembelian produk. Kepuasan tersebut merupakan akumulasi kepuasan fisik, psikis, simbolis, dan pelayanan yang diberikan oleh produsen.

Produk adalah hasil dari aktivitas atau proses. Suatu produk dapat berbentuk (tangible), tak berbentuk (intangible), atau kombinasi keduanya. Istilah “produk” seringkali digunakan sebagai istilah umum untuk menyebut barang dan jasa (Levens, 2010); Kotler dan Amstong (2003), produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat berupa barang ataupun jasa. Dengan demikian produk dapat berupa barang (goods), perangkat lunak (software), dan jasa (services) (Gaspersz, 2011).

Menurut Levens (2010), produk merupakan sesuatu yang dikonsumsi untuk penggunaan pribadi atau bisnis. Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2007), produk (product) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dibeli atau dikonsumsikan, kedalam pengertian produk termasuk objek-objek fisik, jasa, tokoh-tokoh, tempat, organisasi dan pikiran (ide). Suyanto (2008) menyebutkan produksi adalah merupakan suatu proses kegitan yang menambah nilai guna suatu barang atau jasa.

Tujuan dasar dari suatu produk adalah untuk memberikan manfaat kepada konsumen. Manfaat mendefinisikan sebuah utilitas produk, atau kegunaan untuk pelanggan. Ketika dihadapkan pada dua atau lebih produk, konsumen melakukan evaluasi atribut dan manfaat masing-masing produk. Mereka kemudian memilih produk yang menawarkan manfaat yang maksimal (Levens, 2010). Produk merupakan suatu obyek yang dibuat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang susah untuk dipuaskan dan selalu menginginkan lebih baik dari sebelumnya.


(42)

Levens (2010) menyebutkan, meskipun sering terabaikan, desain produk merupakan elemen penting dari strategi produk dan memiliki potensi untuk menambah diferensiasi dan nilai. Produk yang dihasilkan perusahaan, dalam perjalanannya tentunya mengalami tahapan seperti yang sesuai siklus hidupnya, sehingga pemilihan produk, pendefinisian produk maupun desain produk perlu secara terus menerus diperbaharui. Oleh karenanya menurut Dwiningsih (2010) untuk mengetahui bagaimana menciptakan dan mengembangkan produk baru dengan berhasil sudah merupakan suatu kewajiban perusahaan yang ingin terus hidup.

Perusahaan perlu terus menerus melakukan upaya penciptaan produk baru atau pembaharuan produk karena untuk dapat mengimbangi persaingan yang dihadapi diantaranya produk substitusi maupun perubahan kebutuhan dan keinginan konsumen. Walaupun pada kenyataannya seringkali produk baru banyak yang gagal untuk dapat dipasarkan akan tetapi usaha yang terus-menerus untuk memperkenalkan produk baru harus tetap dilakukan. Oleh karenanya seleksi produk, pendefinisian produk maupun desain produk sangat penting dilakukan terus menerus sehingga manajer operasi dan organisasinya harus memahami resiko kegagalan yang mungkin terjadi. Dan harus menampung banyak produk baru sementara aktifitas yang dijalankan tetap dilakukan.

3.1.3 Perancangan dan Pengembangan Produk

Dalam sebuah industri, umumnya perusahaan banyak menghadapi persaingan ataupun ancaman dari para kompetitornya. Michael Porter (1980) menyebutkan bahwa perusahaan dapat melakukan beberapa analisis untuk mengetahui seberapa besar kekuatan para kompetitornya dalam industri yang sama dan mengidentifikasikan lima komponen yang dapat menentukan daya pikat sebuah jenis industri atau segmen pasar apakah masih menarik atau tidak untuk dimasuki beserta ancamannya dari masing-masing komponen tersebut. Ancaman-ancaman tersebut datang dari:

1. Persaingan antar pelaku industri /Threat of Intense Segment Rivalry 2. Ancaman Pendatang Baru /Threat of New Entrants


(43)

4. Posisi tawar pelanggan /Bargaining Position of Customer 5. Posisi tawar Pemasok /Bargaining Positions of Supplier

Mengembangkan atau menambahkan fitur dari produk yang sudah ada dapat digolongkan sebagai pengembangan produk baru. Teknologi memiliki andil besar dalam pengembangan produk baru, namun apabila dalam pengembangannya akan menimbulkan kerugian jika produk yang dibuat hanya untuk maksud memamerkan teknologi saja. Hal ini mengindikasikan bahwa terlepas dari tingginya teknologi yang akan dihadirkan pada umumnya, kualitaslah yang akan menentukan tingginya penawaran produk tersebut oleh pasar maupun konsumen. Menurut Akao (1995) menyebutkan bahwa pemikiran dan pemahaman dari konsumen memegang peran sebagai kunci keberhasilan/tidaknya pengembangan produk baru.

Suyanto (2008) menyebutkan bahwa perusahaan atau organisasi saat ini sudah semakin meningkat kesadarannya atas betapa pentingnya dan bermanfaatnya pengembangan produk atau jasa baru. Produk yang saat ini beredar di pasar menghadapi akhir tahap daur hidup produknya dan memang harus diganti dengan produk yang lebih baru. Namun produk baru pun bisa gagal total. Selain menghadapi keberhasilan, pembaruan produkpun ditantang oleh resiko yang tidak kalah besar. Kunci keberhasilan suatu pembaharuan terletak pada pengelolaan organisatoris yang lebih efektif dalam menangani gagasan produk baru, menyelenggarakan penelitian mendalam dan prosedur pengambilan keputusan pada setiap tahap proses pengembangan produk baru.

Proses pengembangan produk baru menurut Budiastuti (2003) adalah suatu aktifitas menentukan peluang pemasaran untuk menemukan ide pengembangan produk baru, mengembangkan konsep, memproduksi produk, dan mendistribusikannya kepada konsumen. Sebagian orang beranggapan bahwa memasarkan produk baru adalah sesuatu hal yang mudah karena produk tersebut belum ditawarkan pemasar yang lain dan karena adanya pemahaman jika produknya baru maka produk tersebut mempunyai sesuatu yang baru dan unik yang dapat dijadikan modal untuk menarik minat konsumennya. Akan tetapi, tidak demikian bagi sebagian yang lain, memasarkan produk baru tak ubahnya melakukan suatu perjalanan panjang yang membutuhkan persiapan energi dan


(44)

strategi untuk melaluinya. Jika beruntung, jalan yang mulus, datar dengan pemandangan yang indah akan mereka temui. Tak jarang mereka harus menghadapi jalanan yang berbatu, terjal, dan berliku-liku. Sebuah proses yang tak mungkin dihindari.

Pada intinya, perancangan dan pengembangan produk ini menurut Ulrich &Eppinger (2001) berisi metode-metode yang bertujuan untuk mengembangkan dan merancang produk agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan melibatkan fungsi-fungsi pemasaran, desain perancangan, dan manufaktur. Dari sudut pandang suatu perusahaan yang melihat keuntungan (laba) sebagai faktor penting, pengembangan produk dapat dikatakan berhasil atau sukses jika produk dapat diproduksi dan dijual dengan menghasilkan laba. Namun seringkali hanya dengan melihat faktor laba saja tidaklah cukup untuk dijadikan penilaian yang tepat dan langsung.

Berikut ini menurut Ulrich&Eppinger (2001) menyebutkan bahwa ada lima dimensi spesifik yang biasa digunakan untuk menilai usaha pengembangan produk, yaitu:

1. Kualitas produk

Seberapa baik produk yang dihasilkan dari usaha pengembangan produk? Apakah produk tersebut dapat memuaskan konsumen? Apakah produk tersebut kuat? Kualitas produk menjadi pengaruh yang cukup kuat dalam pasar serta menjadi faktor yang menentukan harga yang ingin dibayar konsumen utnuk produk yang dibuat.

2. Biaya produk

Biaya yang dimaksud adalah biaya yang digunakan untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit produk. Biaya produk ini menetukan besar laba yang dihasilkan.

3. Waktu pengembangan produk

Seberapa cepat waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pengembangan produk? Waktu pengembangan menentukan kemampuan berkompetisi, tanggapan akan perubahan teknologi, dan kecepatan untuk menerima pengembalian ekonomis dari usaha pengembangan produk.


(45)

4. Biaya pengembangan

Berapa biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan produk? Biaya pengembangan merupakan bagian penting yang berhubungan dengan laba. 5. Kemampuan pengembangan

Apakah pengembang memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengembangkan produk di masa depan dengan berbekal pengalaman sekarang ini? Kemampuan pengembangan merupakan modal yang dapat digunakan untuk mengembangkan produk dengan lebih efektif dan ekonomis di masa yang akan datang. Cara kerja yang baik pada kelima dimensi diatas akan mendorong kesuksesan ekonomi pada pengembangan produk.

Pengembangan produk merupakan kegiatan yang membutuhkan bantuan kontribusi dari semua fungsi yang ada, namun berikut ini merupakan tiga fungsi yang paling penting bagi usaha pengembangan produk, yaitu:

1. Pemasaran

Fungsi pemasaran adalah sebagai jembatan interaksi yang menghubungkan antara produsen dan konsumen. Peranan lain pemasaran antara lain adalah mengidentifikasi peluang produk, mendefinisikansegmen pasar, dan mengidentifikasi kebutuhan konsumen. Bagian pemasaran juga secara khusus menetapkan target harga dan merancang peluncuran serta promosi produk.

2. Perancangan (desain)

Fungsi desain perancangan (desain) memiliki peran penting untuk mendefinisikan bentuk fisik produk agar sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

3. Manufaktur

Fungsi manufaktur yang utama adalah bertanggung jawab untuk merancang dan mengoperasikan sistem produksi pada proses produksi suatu produk. Secara luas, fungsi manufaktur mencakup pembelian, distribusi, dan instalasi (supply chain).


(46)

Proses pengembangan produk secara umum menurut Ulrich&Eppinger (1995) terdiri dari enam tahap yang terkonsep dan teratur, sebagai berikut:

1. Planning (perencanaan): Tahap perencanaan sering dianggap sebagai

zerofase karena tahap ini dilakukan paling awal mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.

2. Concept development (pengembangan konsep): Pada tahap pengembangan

konsep ini dilakukan pengidentifikasian target kebuthan pasar, pengevaluasian konsep-konsep produk alternatif, dan pemilihan satua atau lebih konsep yang akan digunakan dalam pengembangan produk lebih jauh. 3. System level design (perancangan tingkatan sistem): tahap perancangan

tingkatan sistem membahas lebih lanjut mengenai definisi arsitektur atau konstruksi produk dan menguraikan produk menjadi subsistem-subsisten serta komponen-komponen. Gambaran perakitan akhir untuk sistem produksi biasanya dijelaskan dalam tahap ini. Output yang dihasilkan pada tahap ini biasanya mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi produk secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran prose pendahuluan untuk proses perakitan akhir.

4. Detail design (perancangan detail): Tahap perancangan detail membahas mengenai spesifikasi lengkap dari bentuk , material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponenproduk. Output dari tahap ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk: gambar pada file komputer tentang bentuk tiap komponen dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dibeli, serta rencana proses untuk pabrikasi dan perakitan produk. 5. Testing and refinement (pengujian dan perbaikan): Tahap pengujian dan

perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi bermacam-macam versi produksi dari awal.

6. Production ramp-up (produksi awal): Pada tahap produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin terjadi pada proses produksi sesungguhnya.


(47)

3.1.4 Konsep Perilaku Konsumen

Setiap individu mempunyai pandangan yang sangat beragam terhadap produk yang menurut masing-masing individu dapat memenuhi apa yang dibutuhkannya. Terdapat banyak faktor yang melandasi dalam individu tersebut yang dapat mempengaruhi hasil keputusan yang dibuat. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor psikis yang berasal dari dalam diri individu, maupun faktor lingkungan tempat individu berada.

Pemahaman tentang perilaku konsumen tidak hanya penting bagi konsumen, tetapi juga penting bagi produsen. Bagi produsen, pengetahuan terhadap apa yang diinginkan konsumen menjadi penting untuk mengetahui strategi yang tepat dalam mempengaruhi pilihan konsumen. Sedangkan bagi konsumen, agar dapat memutuskan pilihannya secara bijaksana terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh pemasaran (produsen).

Pemahaman konsep perilaku menurut Levens (2010) adalah interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku dan lingkungan dimana manusia melakukan aspek-aspek pertukaran (pembelian barang dan layanan) dalam hidupnya.

Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (2004), perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan membuang produk, layanan maupun ide yang diharapkan dapat memuaskan keinginan mereka.

Tiga hal penting mengenai perilaku konsumen menurut Peter dan Olson (1999) yaitu:

1. Bahwa perilaku konsumen bersifat dinamis.

Setiap konsumen, baik individu, grup atau masyarakat luas selalu berubah dan bergerak. Hal ini berimplikasi terhadap studi perilaku konsumen serta pengembangan strategi pemasaran. Sebuah teori dan kesimpulan yang diambil mengenai perilaku konsumen hanya bisa digeneralisasi untuk jangka waktu, produk, dan sasaran tertentu.

2. Untuk memahami konsumen juga dibutuhkan pemahaman terhadap apa yang mereka pikirkan (kognisi), apa yang dirasakan (afeksi), apa yang


(1)

Lampiran 8. Kuesioner Persyaratan Teknik

Persyaratan Teknik

Satuan Pengukuran

Primer Sekunder

Sifat fisik tanaman (karakter agronomis

tanaman)

Jumlah pseudobulb atau umbi produktif per tanaman

Persilangan Warna bunga Bentuk bunga Ukuran bunga Panjang malai bunga Panjang tangkai bunga

Jumlah kuntum bunga per tangkai Karakter tangkai bunga

Seleksi hibrida Penilaian karakter dan kualitas bunga

Teknologi perbanyakan bibit

Teknologi kultur jaringan (in vitro)

Teknologi uji lanjut Teknologi budidaya (SOP dan GAP)

Teknologi pasca panen (GHP) Ketahanan Terhadap

OPT

Teknologi perbaikan varietas tanaman tahan penyakit (uji lanjut)

Teknologi perbaikan varietas tanaman tahan hama (uji lanjut) Dukungan pemerintah Sistem informasi handal

Hubungan kerjasama antara lembaga penelitian dengan pelaku usaha


(2)

Lampiran 9. Kuesioner Derajat Kesulitan Persyaratan Teknik

Persyaratan Teknik Derajat

kesulitan

Primer Sekunder

Sifat fisik tanaman (karakter agronomis

tanaman)

Jumlah pseudobulb atau umbi produktif per tanaman

Persilangan Warna bunga

Bentuk bunga Ukuran bunga Panjang malai bunga Panjang tangkai bunga

Jumlah kuntum bunga per tangkai Karakter tangkai bunga

Seleksi hibrida Penilaian karakter dan kualitas bunga

Teknologi perbanyakan bibit

Teknologi kultur jaringan (in vitro)

Teknologi uji lanjut Teknologi budidaya (SOP dan GAP)

Teknologi pasca panen (GHP) Ketahanan Terhadap OPT Teknologi perbaikan varietas

tanaman tahan penyakit (uji lanjut)

Teknologi perbaikan varietas tanaman tahan hama (uji lanjut) Dukungan pemerintah Sistem informasi handal

Hubungan kerjasama antara lembaga penelitian dengan pelaku usaha

Keterangan : 1 = Sangat Mudah 2 = Mudah

3 = Cukup Mudah 4 = Sulit


(3)

Lampiran 10. Kuesioner Penilaian Kompetitif Persyaratan Teknik

Persyaratan Teknik VB VUH

Primer Sekunder

Sifat fisik tanaman (karakter agronomis

tanaman)

Jumlah pseudobulb atau umbi produktif per tanaman

Warna daun

Persilangan Warna bunga Bentuk bunga Ukuran bunga Panjang malai bunga Panjang tangkai bunga

Jumlah kuntum bunga per tangkai Karakter tangkai bunga

Seleksi hibrida Penilaian karakter dan kualitas bunga

Teknologi perbanyakan

bibit

Teknologi kultur jaringan (in vitro)

Teknologi uji lanjut

Teknologi budidaya (SOP dan GAP)

Teknologi pasca panen (GHP) Ketahanan

Terhadap OPT

Teknologi perbaikan varietas tanaman tahan penyakit (uji lanjut) Teknologi perbaikan varietas tanaman tahan hama (uji lanjut) Dukungan

pemerintah

Sistem informasi handal Hubungan kerjasama antara lembaga penelitian dengan pelaku usaha

Keterangan : 1 = Sangat Buruk 2 = Buruk

3 = Cukup Baik 4 = Baik


(4)

Lampiran 11. Kuesioner Nilai Sasaran Persyaratan Konsumen Anggrek Dendrobium Bunga Potong

Kami mohon kepada Bapak/Ibu Pemulia Anggrek Dendrobium Bunga Potong untuk memberi penilaian berupa angka pada Tabel berikut :

2 = Buruk (Persyaratan konsumen anggrek Dendrobium VB memerlukan perbaikan agar memiliki mutu yang sama dengan anggrek dendrobium pesaing)

3 = Baik (Persyaratan konsumen anggrek Dendrobium VB tidak memerlukan perbaikan atau dengan kata lain pemulia ingin mempertahankan mutu anggrek tersebut)

4 = Sangat Baik (Persyaratan konsumen anggrek Dendrobium VB memerlukan perbaikan agar dapat melebihi mutu anggrek Dendrobium pesaing)

Persyaratan Konsumen

Anggrek Dendrobium Nilai Sasaran Den. VB Den. VB Den. VUH

Produktivitas Umur hibrida Warna bunga Bentuk bunga Ukuran bunga Panjang malai bunga Panjang tangkai bunga

Jumlah kuntum bunga per tangkai

Ketegaran tangkai bunga Ketahanan bunga

Kemudahan memperoleh bibit

Kemudahan memproduks

bungai

Tahan terhadap penyakit Tahan terhadap hama Harga beli bibit Harga jual bunga


(5)

Lampiran 12. Kuesioner Nilai Sasaran Persyaratan Teknik Anggrek Dendrobium Bunga Potong

Kami mohon kepada Bapak/Ibu Pemulia Anggrek Dendrobium Bunga Potong untuk Memberi Penilaian Berupa Angka pada Tabel berikut :

2 = Buruk (Persyaratan teknik anggrek Dendrobium VB memerlukan perbaikan agar memiliki mutu yang sama dengan anggrek dendrobium pesaing)

3 = Baik (Persyaratan teknik anggrek Dendrobium VB tidak memerlukan perbaikan atau dengan kata lain pemulia ingin mempertahankan mutu anggrek tersebut)

4 = Sangat Baik (Persyaratan teknik anggrek Dendrobium VB memerlukan perbaikan agar dapat melebihi mutu anggrek Dendrobium pesaing)

Persyaratan Teknik Anggrek Dendrobium Nilai

Sasaran

Den. VB

Primer Sekunder Den. VB Den.

VUH Sifat fisik

tanaman (karakter agronomis

tanaman)

Jumlah pseudobulb atau umbi produktif per tanaman Warna daun

Persilangan Warna bunga Bentuk bunga Ukuran bunga Panjang malai bunga Panjang tangkai bunga Jumlah kuntum bunga per tangkai

Karakter tangkai bunga Seleksi hibrida Penilaian karakter dan

kualitas bunga Teknologi

perbanyakan bibit

Teknologi kultur jaringan

(in vitro)

Teknologi uji lanjut

Teknologi budidaya (SOP dan GAP)

Teknologi pasca panen (GHP)

Ketahanan Terhadap OPT

Teknologi perbaikan varietas tanaman tahan penyakit (uji lanjut) Teknologi perbaikan varietas tanaman tahan hama (uji lanjut) Dukungan

pemerintah

Sistem informasi handal Hubungan kerjasama antara lembaga penelitian dengan pelaku usaha


(6)

Lampiran 13. Kuesioner Arah Pengembangan Persyaratan Teknik

Persyaratan Teknik Arah

Pengembangan

Primer Sekunder

Sifat fisik tanaman (karakter agronomis

tanaman)

Jumlah pseudobulb atau umbi produktif per tanaman

Persilangan Warna bunga Bentuk bunga Ukuran bunga Panjang malai bunga Panjang tangkai bunga Jumlah kuntum bunga per tangkai

Karakter tangkai bunga

Seleksi hibrida Penilaian karakter dan kualitas bunga

Teknologi perbanyakan bibit

Teknologi kultur jaringan (in vitro)

Teknologi uji lanjut Teknologi budidaya (SOP dan GAP)

Teknologi pasca panen (GHP) Ketahanan Terhadap

OPT

Teknologi perbaikan varietas tanaman tahan penyakit (uji lanjut)

Teknologi perbaikan varietas tanaman tahan hama (uji lanjut) Dukungan pemerintah Sistem informasi handal

Hubungan kerjasama antara lembaga penelitian dengan pelaku usaha

Keterangan :

= simbol ini diberikan pada persyaratan teknik yang akan meningkatkan kepuasan konsumen apabila lebih atau singkatnya ditingkatkan.

= simbol ini diberikan pada persyaratan teknik yang akan meningkatkan kepuasan konsumen apabila kurang atau singkatnya diturunkan.

O = simbol ini diberikan pada persyaratan teknik yang akan meningkatkan kepuasan konsumen apabila terdapat pada target (jangkauan nilai) tertentu.


Dokumen yang terkait

Aplikasi Integrasi Metode Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment (QFD) Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan (Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

10 125 85

Perbaikan Rancangan Produk dengan Metode Concurrent Function Deployment dan TRIZ

3 100 53

Penerapan Metode Kano, Quality Function Deployment Dan Value Engineering Untuk Peningkatan Mutu Produk Sarung Tangan Karet

11 73 101

Aplikasi Kansei Engineering Dan Quality Function Deployment (QFD) Serta Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ) Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Pada Instalasi Hemodialisis

9 92 70

Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Menggunakan Metode Quality Function Deployment (Qfd); (Studi Kasus Japanese Mathematics Center Sakamoto Method Cabang Multatuli Medan)

8 152 80

Strategi Perbaikan Kualitas Pelayanan Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Pendekatan Blue Ocean Strategy di LotteMart Wholesale Medan

13 167 189

Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

15 91 169

Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Metode QFD (Quality Function Deployment) Dengan Pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process) Dan Memperhatikan Prinsip Ergonomi Di PT. Carsurindo

7 83 212

Rancangan Penggiling Buah Kopi Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus di UKM Tani Bersama

4 70 111

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

10 99 227