43
persyaratan konsumen, kemudian dijumlahkan. Untuk bobot absolut persyaratan teknik ke-j digunakan rumus :
Dimana : aj = vektor baris dari bobot absolut untuk persyaratan teknik
j=1,…m Rij = bobot
yang ditunjukkan
oleh matriks
hubungan i=1,…,n,j=1,…,m
Ci = vektor kolom dari kepentingan bagi konsumen untuk
persyaratan konsumen i=1,…,n m
= nomor persyaratan teknik n
= nomor persyaratan konsumen Dengan cara yang sama, bobot relatif untuk persyaratan teknik ke-j
diberikan dengan mengganti derajat kepentingan untuk persyaratan konsumen dengan bobot absolut untuk persyaratan konsumen, yaitu :
Dimana : bj = vektor baris dari bobot relatif untuk persyaratn teknik
j=1,…m di
= vektor kolom dari bobot absolut untuk persyaratan konsumen i=1,…,n
Rating absolut dan relative yang lebih tinggi mengidentifikasi area dimana
usaha teknik butuh untuk dikonsentrasikan. Perbedaan utama antara kedua bobot ini adalah bobot relatif juga mencakup informasi faktor skala kenaikan dan poin
penjualan. Bobot ini menunjukan dampak dari karakteristik teknis pada persyaratan konsumen. Sejalan dengan derajat kesulitan teknis, keputusan dapat
dibuat dengan memperhatikan dimana mengalokasikan sumber daya untuk perbaikan kualitas. Secara ringkas langkah penyusunan HOQ dapat dilihat pada
Tabel 5.
44
Tabel 5. Penyusunan Matriks HOQ Pengembangan Varietas Baru Anggrek
Dendrobium Bunga Potong Varietas Baru
Matriks Terdiri dari:
Cara Memperoleh A
Syarat Konsumen What, merupakan input HOQ
Survei Pasar B
a. Bobot kepentingan kebutuhan
konsumen. b.
Tingkat kepuasan konsumen terhadap produk atau jasa.
c. Tingkat kepuasan konsumen
terhadap produk atau jasa sejenis dari perusahaan
pesaing Membandingkan antara
produk yang akan dikembangkan dengan produk
pesaing, meliputi kepentingan konsumen, nilai sasaran
konsumen, faktor skala kenaikan, poin penjualan,
bobot absolut, prioritas persyaratan konsumen
C Persyaratan
teknis-persyaratan teknis terhadap VB yang akan
dikembangkan How Interview dengan
produsentim pengembang
D Kekuatan
hubungan antara
matriks A dan matriks C Menjelaskan hubungan antara
what dengan how,
digambarkan dengan simbol kuat, cukup, dan lemah
E Korelasi antar persyaratan teknis
yang satu dengan persyaratan teknis yang lain matriks C
Menjelaskan hubungan antar persyaratan teknis,
digambarkan dengan simbol positip, negatip, dan 0
F a.
Urutan tingkat kepentingan ranking persyaratan teknis.
b. Informasi untuk
membandingkan kinerja teknis produk atau jasa yang
dihasilkan perusahaan terhadap kinerja produk
pesaing.
c. Target kinerja persyaratan
teknis produk atau jasa yang baru dikembangkan.
Analisis terhadap persyaratan teknis, meliputi: penilaian
kompetitif teknik produk yang akan dikembangkan terhadap
produk
pesaing, derajat
kesulitan, nilai sasaran teknik, bobot absolut, prioritas bobot
absolut, bobot relatif, prioritas bobot relatif
45
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
5.1 Sentra Penanaman Anggrek Dendrobium Bunga Potong di Indonesia
Dendrobium merupakan salah satu genus dalam famili Orchidaceae yang
dapat tumbuh di dataran rendah dan medium, mudah dirawat, mudah tumbuh dan mudah berbunga dibandingkan dengan anggrek jenis lainnya. Anggrek
Dendrobium dapat tumbuh dan berkembang dengan baik bila ditumbuhkan pada
lingkungan atau tempat yang memiliki syarat tumbuh, yaitu intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan berkisar antara 55-65 persen, suhu siang antara 27˚-
30˚C dan suhu malam berkisar antara 21˚-24˚C, dengan sirkulasi udara yang baik, kelembaban relatif tinggi yaitu berkisar antara 60-80 persen.
Sentra produksi tanaman anggrek Dendrobium di Indonesia terutama berada di Bogor, Tangerang Selatan, Jawa Tengah, Sumatra, Irian Jaya dan Jawa Timur.
Bunga anggrek Dendrobium bunga potong merupakan tanaman hias unggulan yang banyak diusahakan di Kecamatan Serpong Kota Tangerang Selatan dan
Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Kedua wilayah tersebut termasuk sentra produksi anggrek terbesar di Indonesia. Kondisi agroklimat di wilayah
penelitian sangat mendukung untuk pertumbuhan anggrek Dendrobium. Daerah sentra produksi dan luas tanam anggrek di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Daerah Sentra Produksi dan Luas Tanam Anggrek di Indonesia 2012 Kabupaten
Kota Kecamatan
Luas areal tanam
Ha Produksi
tangkai Keterangan
Tangerang Selatan
Serpong 40.250
462.000 Anggrek
Dendrobium Tangerang
Selatan Setu
6.550 300.000
Anggrek Dendrobium
Tangerang Selatan
Pamulang 209.500
4.886.400 Anggrek tanah
Medan Tembung,
Denai, Helvetia, Marelan
16.500 884.000 Anggrek
potong Batu
Batu, Bumiaji 48.065
63.219 Anggrek
Sumber : Dirjen Hortikultura, 2012
46
Selain itu menurut Data Statistik Daerah 2012 menyebutkan bahwa selain padi, Provinsi Banten juga memiliki komoditas tanaman unggulan yaitu tanaman
anggrek dengan tingkat produksi tertinggi ketiga di Indonesia Tabel 7. Sentra tanaman anggrek sebagai komoditas unggulan tersebut berada di Kota Tangerang
Selatan.
Tabel 7. Komoditas Tanaman Unggulan Provinsi Banten Tahun 2010-2011 Tanaman
Satuan 2010
2011 Anggrek
Tangkai 2.189.988
3.673.559 Melinjo
Ton 36.642
30.409 Aren
Ton 1.708
1.708 Melon
Ton 750
802 Durian
Ton 8.759
26.291 Sumber : Statistik Daerah Provinsi Banten, 2012
Sentra produksi untuk wilayah Jawa Barat, yaitu di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Sentra produksi anggrek nasional di Jawa Barat dapat
dilihat pada Tabel 8. Sedangkan sentra pemasaran tanaman anggrek Dendrobium di dalam negeri terutama di sekitar Jabodetabek dan hampir sebagian wilayah
Indonesia.
Tabel 8. Sentra Produksi Anggrek Nasional di Jawa Barat 2012 No.
Komoditas KabupatenKota
Produksi tangkai
Kecamatan Utama
1. Anggrek
Bogor 1.878.403
Gunung Sindur Karawang
553.422 Cikampek
Cirebon 160.950
Sawangan Sumber : Dinas Pertanian Jawa Barat, 2012
5.2 Sejarah Keberadaan Usahatani Anggrek Dendrobium Bunga Potong
Keberadaan usaha bunga potong ini pada awalnya diusahakan pada tahun 1985-1989 yaitu sejak berdirinya PT PAGI Papayarwana Agro Indonesia yang
lokasinya berada di Kecamatan Serpong. Pada saat ini Pemerintah Kota Tangerang Selatan telah mencanangkan Kecamatan Serpong sebagai ikon daerah
sentra anggrek Dendrobium, sedangkan Kecamatan Pamulang sebagai ikon daerah sentra bunga anggrek potong jenis Vanda Douglas, serta Kecamatan
47
Gunung Sindur juga sebagai daerah sentra produksi bunga anggrek Dendrobium bunga potong Kabupaten Bogor. Sebagian besar petani anggrek di kedua wilayah
tersebut dahulu pernah menjadi plasma PT. PAGI, dan setelah beberapa tahun perusahaan berjalan, telah terjadi kesalahan dalam menjalankan manajemen
perusahaan, sehingga perusahaan tersebut mengalami kerugian dan pada akhirnya tutup. Meskipun keberadaan PT. PAGI tidak ada lagi, sebagian petani yang
dahulunya pernah menjadi plasma masih mengusahakan anggrek Dendrobium bunga potong. Sebagai pertimbangan utamanya bahwa usaha anggrek
Dendrobium bunga potong masih mempunyai prospek usaha untuk dikembangkan
lebih lanjut dan menjadi sumber mata pencaharian utama hingga saat ini. Secara umum bunga anggrek Dendrobium bunga potong yang banyak
diusahakan di daerah penelitian adalah varietas yang berwarna putih peninggalan PT. PAGI. Umur produktif tanaman anggrek bunga potong adalah dua tahun
hingga enam tahun. Pada tahun kedua sampai tahun ketiga tanaman anggrek Dendrobium
bunga potong mampu berproduksi bunga potong sebesar 20 persen, selanjutnya pada tahun ketiga hingga tahun keempat masa produksi puncak
100, kemudian mulai pada tahun kelima sampai tahun keenam mulai mengalami penurunan hingga 40 persen. Setelah umur lima tahun tanaman
anggrek potong harus diganti dengan tanaman yang baru, karena tanaman sudah tidak mampu lagi menghasilkan produksi bunga dengan kualitas yang memenuhi
standar kualitas bunga potong. Namun hampir keseluruhan petani yang mengusahakan bunga anggrek
Dendrobium bunga potong di daerah penelitian dalam menggunakan bibit yang
sesuai standar mutu untuk produksi masih sangat terbatas. Mereka membeli bibit hanya sekali, selanjutnya bibit tersebut digunakan secara terus menerus tanpa ada
upaya memperbaharui dari bibit yang digunakan. Tanpa dilakukan pembaharuan dengan bibit yang baru akan menyebabkan penurunan kualitas genetik secara
drastis untuk varietas tertentu. Penyebab sebagian besar petani anggrek Dendrobium
bunga potong tidak melakukan pembaharuan bibit, karena terbatasnya ketersediaan varietas bibit unggul, dan seandainya tersedia harganya
sangat mahal karena berasal dari impor.
48
Varietas tanaman bunga anggrek Dendrobium bunga potong yang diusahakan, hingga saat ini meskipun mengalami beberapa kali penanaman dan
mengalami penurunan produktivitas, tetapi secara umum karakteristik tanaman sebagai tanaman anggrek bunga potong yang diusahakan oleh petani mempunyai
kelebihan yaitu masih mampu menghasilkan produksi bunga yang memenuhi standar kualitas bunga potong klas M sampai S, karakter tanaman kuat tidak
rentan, rajin berbunga, bunga tebal sehingga masa kesegarannya cukup lama, dan mampu memunculkan jumlah kuntum diatas 15 kuntum bunga, dan hal tersebut
merupakan salah satu faktor petani masih memilih mengusahakan varietas putih. Selain itu pilihan warna yang dapat bertahan lama dan paling sering diminta
konsumen adalah warna putih. Hampir 100 persen anggrek Dendrobium bunga potong yang mampu
dihasilkan oleh petani di Kecamatan Gunung Sindur dan Kecamatan Serpong dijual ke pedagang pengumpul lokal. Seluruh pedagang pengumpul memasarkan
anggrek Dendrobium bunga potong produksi petani ke Pasar Bunga Rawabelong. Sebagai pertimbangannya adalah Pasar Bunga Rawa Belong merupakan pusat
promosi dan pemasaran bunga potong terbesar di Indonesia. Beragam produk bunga potong dan tanaman hias produksi dari pekebun daerah dan pasar
mancanegara masuk ke pasar bunga yang terletak di DKI Jakarta. Pasar Rawa Belong beroperasi hampir 24 jam sehari. Kegiatan utamanya sebagai pasar grosir
para pedagang dari berbagai daerah. Pada siang hingga sore hari fungsi pasar berubah menjadi pusat retail atau eceran. Selanjutnya dalam jangka panjang, pusat
promosi ini akan melakukan penyempurnaan manajemen pengelolaan yang terintegrasi sehingga lebih efektif dan efisien dalam pemberian layanan kepada
masyarakat.
5.3 Varietas Anggrek Dendrobium Bunga Potong
Meskipun jenis dan varietas Dendrobium sangat banyak, tetapi tidak semua nya bisa dimanfaatkan sebagai bunga potong. Sampai saat ini varietas Sonia dan
warna-warna putih tetap menjadi primadona. Persentase pengembangan untuk jenis Sonia sebesar 65-70 persen dan untuk jenis putih sebesar 25 persen, serta
untuk jenis warna ungu sebesar 5 persen Eka Karya, 2012. Untuk jenis Sonia
49
telah dikenal lama oleh konsumen anggrek bunga potong dan bertahan hampir 20 tahun. Varietas Sonia merupakan varietas yang paling disukai oleh konsumen.
Bunga berwarna ungu dan putih two tone, cantik, ukuran bunga besar, tebal dan seragam, tangkai bunga tegak, panjang, dan kokoh. Sonia identik dengan two tone
dua warna tetapi dari segi kemudahan memproduksi bunga untuk jenis Sonia cukup sulit dan produktivitasnya hanya sekitar 6 tangkaipottahun.
Varietas dari jenis warna-warna putih merupakan warna utama main colour
yang dikembangkan untuk anggrek Dendrobium bunga potong. Alasannya karena warna putih dapat dipadu padankan atau dapat dengan mudah masuk
dalam rangkaian bunga. Pada prinsipnya keindahan dari sebuah rangkaian membutuhkan keindahan dari elemen-elemen pendukung dari isi yang lainnya
filler , sehingga keindahan bunga betul-betul akan tampak indah dan cantik bila
sudah dipadu-padankan dengan yang lain. Warna bunga, ukuran, dan bentuk bunga sangat menentukan peranan. Warna putih adalah warna yang tetap ada dan
selalu diperlukan oleh konsumen. Masa produksi 6 tahun, produktivitas tinggi yaitu 10-12 tangkaitahun, kemudahan untuk memproduksi cukup mudah, sosok
tanaman kuat dan tahan.
5.4 Kondisi Sistem Perbenihan Anggrek Dendrobium di Indonesia
Kebutuhan benih anggrek nasional selama ini masih sangat tergantung dengan benih impor 40 dipenuhi dari bibit hasil dalam negeri dan 60 berasal
dari impor. Sementara berdasarkan hasil survei dengan responden petani anggrek Dendrobium
bunga potong bibit yang digunakan 100 persen berasal dari impor. Hal ini disebabkan sampai saat ini industri perbenihan anggrek Dendrobium
belum berkembang seperti yang diharapkan yaitu dapat memproduksi bibit baik dalam hal kualitas, kuantitas, dan kontinyuitas. Sehingga Indonesia belum mampu
memproduksi anggrek Dendrobium secara massal dan kontinyu serta berdaya saing di pasar.
Pada saat ini beberapa laboratorium pemerintah dan swasta sudah melakukan perbanyakan klonal namun masih memerlukan waktu yang cukup
lama untuk menghasilkan benih klon. Masing-masing laboratorium baik yang dikelola oleh swasta maupun pemerintah masih berjalan masing-masing belum
50
terintegrasi, sehingga masalah dalam proses perbanyakan klonal belum dapat terpecahkan Ditjen Hortikultura, 2012.
Perbanyakan tanaman anggrek dapat dilakukan secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif melalui persilangan biasa dilakukan
dengan tujuan seleksi, yaitu untuk mendapatkan jenis bunga yang sesuai dengan karakter yang dikehendaki. Perbanyakan secara vegetatif dilakukan untuk
mendapatkan tanaman yang sama dengan induknya. Namun apabila perbanyakan vegetatif dilakukan secara konvensional, maka dari tanaman induk hanya
diperoleh beberapa tunas anakan. Sedangkan dengan teknologi perbanyakan kultur jaringan secara klonal sangat membantu dalam penyediaan benih anggrek
yang sama dengan induknya dalam jumlah banyak massal dan seragam dalam waktu yang relatif lebih singkat, serta dapat mendukung program pelepasan
varietas baru anggrek. Data statistik volume impor benih anggrek pada tahun 2008 cenderung
mengalami peningkatan sebanyak 881.414 batang, pada tahun 2009 meningkat cukup tajam yaitu sebesar 1.651.030 batang, kemudian pada tahun 2010
meningkat sebesar 2.159.740 batang dan pada tahun 2011 menjadi sebesar 3.213.957 batang. Sedangkan volume ekspor benih anggrek mengalami fluktuasi.
Pada tahun 2008 ekspor benih sebesar 187.240 batang, pada tahun 2009 meningkat menjadi sebesar 437.700 batang, pada tahun 2010 mengalami
peningkatan cukup tajam yaitu sebesar 1.223.370 batang, dan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 90.000 batang. Ketersediaan benih
anggrek dalam negeri dan impor benih tanaman anggrek dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Ketersediaan Bibit Anggrek Dalam Negeri, Ekspor dan Impor Benih
Tanaman Anggrek
No. Tahun
Dalam Negeri Impor
Ekspor 1.
2008 14.436.559
881.414 187.240
2. 2009
15.198.840 1.651.030
437.700 3.
2010 16.929.613
2.159.740 1.223.370
4. Sampai Maret 2011
16.349.400 3.213.957
90.000 Sumber : Ditjen Hortikultura, 2012