dalam menyelenggarakan pengajaran bahasa, termasuk di dalamnya tes bahasa Widharyanto, 2000:151. Berikut adalah macam-macam pendekatan dalam tes
bahasa dirangkum dari pendapat beberapa ahli bahasa.
2.2.6.1 Pendekatan Tes Bahasa Tradisional
Pendekatan tradisional merancang pembelajaran bahasa sekadar untuk memenuhi kebutuhan akan keperluan sesaat, terbatas pada kebutuhan untuk menguasai
kemampuan tertentu dengan bahan ajar yang sering banyak dititikberatkan pada tata bahasa. Pembelajaran bahasa secara tradisional banyak di antaranya menekankan
pada kemampuan menerjemahkan dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain Djiwandono, 2008:19.
Dalam penyelenggaraan tes bahasa dengan pendekatan tradisional ini tidak terdapat ketentuan dan rambu-rambu yang baku tentang jenis kemampuan bahasa
yang dijadikan sasaran, cara bagaimana tes itu harus diselenggarakan, dan bahkan cara bagaimana pekerjaan peserta tes dinilai. Hal ini menjadikan pendekatan
tradisional lemah karena banyak diwarnai dengan berbagai bentuk subjektifitas dalam hal pemilihan kemampuan bahasa yang dijadikan saran, pemilihan dan penetapan
bahan dan isi tes, serta cara penilaian pekerjaan peserta tes Djiwandono, 2008:19.
2.2.6.2 Pendekatan Tes Bahasa Diskret
Tes diskret adalah tes yang hanya menekankan pada satu aspek kebahasaan pada satu waktu. Tiap butir soal hanya mengukur satu aspek kebahasaan atau salah satu
kemampuan berbahasa. Teori diskret tidak memberi perhatian pada kenyataan bahwa
bahasa merupakan kesatuan padu dari berbagai unsurnya dan tidak dapat dipisahkan dari konteks pemakaiannya Oller dalam Nurgiyantoro, 2010:285.
Kelemahan dari pendekatan diskret menurut Oller adalah pandangannya yang memecah-mecah unsur kebahasaan dan menghadirkannya dalam keadaan terisolasi.
Menurut pandangan komunikatif dan pragmatik, pembelajaran bahasa yang bersifat diskret tidak akan mencapai keberhasilan karena akan sulit belajar bahasa jika hanya
berdasarkan pengalaman yang terpecah-pecah dan terlepas dari konteks pragmatik Oller dalam Nurgiyantoro, 2010:288—289.
2.2.6.3 Pendekatan Tes Bahasa Integratif
Instrumen penilaian pembelajaran menulis yang akan dikembangkan oleh peneliti menggunakan pendekatan integratif. Pendekatan integratif dinilai lebih sesuai
dalam beberapa hal dengan kebutuhan dan praktik penyelenggaraan tes bahasa. Hal ini dikarenakan bahasa pada dasarnya adalah suatu integrasi dari bagian-bagian
terkecil yang membentuk bagian-bagian yang lebih besar, yang pada akhirnya membentuk bagian yang lebih besar, yaitu bahasa Carroll dalam Widharyanto,
2000:159. Tes integratif tidak mengetes salah satu aspek kebahasaan seperti fonologi,
morfologi, atau sintaksis, atau salah satu kemampuan bahasa seperti menulis, membaca, berbicara, atau menyimak, melainkan mengetes beberapa aspek
kebahasaan dan kemampuan berbahasa sekaligus dalam satu waktu. Pada tes integratif, aspek-aspek terkecil tersebut tergabung menjadi satu dalam satu butir tes
Widharyanto, 2000:159. Gabungan itu bervariasi mulai dari gabungan antara satu jenis kemampuan bahasa dengan jenis kemampuan bahasa yang lain, atau satu unsur
bahasa dengan unsur bahasa yang lain Djiwandono, 2008:24—25.
2.2.6.4 Pendekatan Tes Bahasa Pragmatik