Kerangka Berpikir LANDASAN TEORI

Keterangan: IDB : indeks daya beda yang dicari St : jumlah skor benar kelompok benar Sr : jumlah skor benar kelompok rendah Skor maks : skor maksimal suatu butir Skor min : skor minimal suatu butir N : jumlah siswa kelompok tinggi atau rendah Sebuah soal dinyatakan layak jika baik ITK maupun IDB memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Sebuah butir soal yang dari segi ITK memenuhi kelayakan, sedang dari segi IDB tidak memenuhi kriteria, butir soal tersebut tetap dinyatakan tidak layak, demikian juga sebaliknya Nurgiyantoro, 2010:197—199.

2.3 Kerangka Berpikir

Pengembangan instrumen penilaian pembelajaran menulis yang akan dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pada kerangka berpikir di bawah ini. Kerangka berpikir penelitian ini terdiri dari deskripsi tentang pentingnya penelitian pengembangan instrumen penilaian serta langkah-langkah penelitian pengembangan ini. Penelitian pengembangan instrumen penilaian perlu dilakukan karena mutlaknya peran penilaian dalam mengetahui kemampuan belajar siswa selama mengikuti pembelajaran. Pengembangan instrumen penilaian pembelajaran menulis secara integratif perlu dilakukan untuk memaksimalkan penerapan prinsip komprehensif dan terpadu dalam melakukan penilaian pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terdorong untuk meningkatkan kemampuannya dalam menyusun instrumen penilaian pembelajaran secara menyeluruh dan integratif, khususnya untuk keterampilan menulis. Dengan mengetahui perkembangan kemampuan siswa dari berbagai aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dan diintegrasikan dengan berbagai kemampuan berbahasa, guru dapat menyusun tindakan secara tepat sesuai kebutuhan sehingga dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa maupun proses pembelajaran itu sendiri. Kerangka berpikir penelitian pengembangan ini terdiri dari lima langkah sebagai berikut. Langkah pertama adalah menentukan subjek penelitian. Subjek penelitian adalah siswa kelas X semester 1 SMAN 1 Wates, guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas X di SMAN 1 Wates, dan pakar pendidikan bahasa Indonesia. Langkah kedua adalah menentukan dasar pengembangan. Dasar pengembangan dari penelitian ini adalah analisis kebutuhan yaitu hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia kelas X SMAN 1 Wates dan hasil analisis dokumen penilaian yang disusun oleh guru, teori penilaian dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Kurikulum Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, model pengembangan instrumen penilaian, pendekatan-pendekatan dalam tes bahasa, tes kompetensi berbahasa, tes kompetensi bersastra, dan syarat-syarat tes yang baik. Langkah ketiga adalah melakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas X SMAN 1 Wates berkaitan dengan penyusunan instrumen penilaian. Selain itu, peneliti juga melakukan analisis terhadap dokumen penilaian kelas X semester 1 SMAN 1 Wates. Langkah keempat adalah mengembangkan instrumen penilaian. Menurut Mardapi 2008:88—97, langkah mengembangkan instrumen penilaian terdiri dari 4 tahap. Tahap pertama adalah menyusun spesifikasi instrumen. Dalam tahap ini terdapat empat kegiatan yang dilakukan. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah a menentukan tujuan penilaian, b menyusun kisi-kisi soal, c memilih bentuk penilaian, dan d menentukan panjang penilaian. Tahap kedua adalah menyusun instrumen penilaian. Penyusunan instrumen penilaian dilakukan dengan menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat. Setelah itu, peneliti menentukan pula kriteria penilaian dan menyusun rubrik penilaian. Tahap ketiga dalam mengembangkan instrumen penilaian adalah menelaah instrumen penilaian. Instrumen penilaian yang disusun kemudian ditelaah oleh dosen pembimbing dan guru Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 1 Wates untuk mengetahui kekurangan atau kesalahan dalam penyusunan instrumen. Tahap keempat yaitu revisi pertama. Peneliti melakukan perbaikan tehadap instrumen penilaian yang telah dihasilkan. Perbaikan berdasarkan pada hasil telaah yang diberikan oleh dosen pembimbing dan guru Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 1 Wates. Langkah kelima adalah uji coba instrumen penilaian. Uji coba instrumen penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan, dan daya pembeda butir soal yang telah peneliti hasilkan. Sasaran uji coba instrumen penilaian adalah siswa kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Wates. Langkah keenam adalah analisis hasil uji coba, revisi kedua, dan hasil akhir berupa produk. Hasil uji coba kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas butir soal. Dalam analisis uji coba ini, tidak menutup kemungkinan peneliti menerima masukan dari para ahli, dosen dan guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Wates. Setelah dianalisis, peneliti melakukan perbaikan untuk yang kedua kalinya berdasarkan pada analisis hasil uji coba instrumen penilaian. Jika hasil uji coba menyatakan bahwa instrumen penilaian yang peneliti hasilkan memiliki tingkat reliabilitas yang rendah, maka peneliti wajib melakukan perbaikan terhadap instrumen penilaian tersebut. Perbaikan juga dilakukan pada butir soal yang memiliki tingkat kesulitan dan daya pembeda yang rendah. Setelah melalui tahap revisi atau perbaikan, instrumen penilaian dapat dikatakan sebagai produk akhir yang dapat dipertanggungjawabkan penggunaannya. Kerangka berpikir pengembangan instrumen peniaian tersebut di atas dapat digambarkan pada bagan 2.1 berikut. Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Subjek penelitian: Siswa kelas X semester 1 SMAN 1 Wates Guru Bahasa Indonesia Pakar Pendidikan Bahasa Indonesia Kajian Teori: 1. Penilaian dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2. Kurikulum Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia 3. Model pengembangan instrumen penilaian 4. Pendekatan-pendekatan dalam tes bahasa 5. Tes kompetensi berbahasa dan bersastra 6. Syarat-syarat tes yang baik 7. Kerangka berpikir ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PENYUSUNAN SPESIFIKASI INSTRUMEN MENGEMBANGKAN INSTRUMEN PENILAIAN MENELAAH INSTRUMEN PENILAIAN UJI COBA INSTRUMEN PENILAIAN REVISI 1 ANALISIS HASIL UJI COBA REVISI 2 PRODUK AKHIR INSTRUMEN PENILAIAN PENENTUAN DASAR PENGEMBANGAN 96

BAB III METODE PENGEMBANGAN

Dalam bab ini, peneliti mengemukakan sembilan hal mengenai metode penelitian pengembangan. Hal-hal yang dibicarakan adalah model pengembangan, desain pengembangan, prosedur pengembangan, uji coba produk dan penilaian, desain uji coba, subjek uji coba produk, jenis data, instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1 Model Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model prosedural. Model prosedural adalah model deskriptif yang mendeskripsikan langkah- langkah yang harus dilakukan dari awal hingga akhir untuk menghasilkan suatu produk Setyosari, 2010:200.

3.2 Desain Pengembangan

Desain pengembangan adalah suatu proses yang diawali dengan penentuan kebutuhan, kemudian mengembangkan rancangan untuk meresponss kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan akhirnya dilakukan evaluasi untuk menentukan hasil tentang efektivitas rancangan yang disusun Sanjaya, 2008: 65—66. Model desain pengembangan yang digunakan dalam

Dokumen yang terkait

The Effectiveness Of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Techniques in Teaching Reading

1 16 116

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Peningkatan keterampilan menyimak berita menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.

12 200 440

Perbandingan antara prestasi belajar fisika, keterlibatan dan respon siswa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan metode ceramah pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta pada pokok

0 0 159

Peningkatan keterampilan menyimak berita dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan media audio-visual siswa kelas VIII B semester 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo tahun ajaran 2012/2013

0 1 315

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS VIII C SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20112012

0 1 186

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN MEDIA AUDIO-VISUAL SISWA KELAS VIII B SEMESTER 2 SMP PANGUDI LUHUR 1 KALIBAWANG KULONPROGO TAHUN AJARAN 20122013

0 0 313