Pendekatan Tes Bahasa Pragmatik Pendekatan Tes Bahasa Komunikatif

Widharyanto, 2000:159. Gabungan itu bervariasi mulai dari gabungan antara satu jenis kemampuan bahasa dengan jenis kemampuan bahasa yang lain, atau satu unsur bahasa dengan unsur bahasa yang lain Djiwandono, 2008:24—25.

2.2.6.4 Pendekatan Tes Bahasa Pragmatik

Tes pragmatik adalah suatu pendekatan dalam tes keterampilan berbahasa untuk mengukur seberapa baik peserta didik mempergunakan elemen-elemen bahasa sesuai dengan konteks komunikasi yang nyata. Tes pragmatik dapat diartikan sebagai tugas yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan urut-urutan unsur bahasa konteks linguistik sesuai dengan pemakaian bahasa itu secara nyata, dan untuk menghubungkan unsur-unsur bahasa tersebut dengan konteks ekstralinguistik unsur di luar bahasa Oller dalam Nurgiyantoro, 2010: 293—294. Tes pragmatik menekankan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dengan bahasa dalam situasi tertentu. Penilaian terhadap kemampuan siswa lebih ditekankan pada kemampuan menghasilkan dan atau memahami informasi dan pada semata-mata ketepatan bahasa yang digunakan Valette dalam Nurgiyantoro, 2010:295. Pendekatan pragmatik mengidealkan pembelajaran dan tes kompetensi berbahasa yang sesuai dengan kehidupan berbahasa yang sebenarnya. Namun, hal itu akan sangat sulit dicapai sepenuhnya. Dengan kata lain, pembelajaran dan tes kebahasaan masih bersifat artifisial buatan Nurgiyantoro, 2010: 295. Selain kelemahan di atas, Djiwandono mengungkapkan bahwa suatu wacana pragmatik dan juga tes pragmatik memiliki dua kendala alamiah. Kendala yang bersifat linguistik berupa kurangnya pemahaman terhadap susunan wacana, tata bahasa, atau kata-kata yang digunakan dalam wacana. Adapun kendala ekstralinguistik berupa kurangmya pemahaman terhadap aspek-aspek di luar linguistik dalam bentuk abstraksi pengalaman hidup yang diperlukan untuk memahami isi wacana yang tengah dihadapi Djiwandono, 2008:26.

2.2.6.5 Pendekatan Tes Bahasa Komunikatif

Secara umum, tes bahasa komunikatif adalah tes yang mengutamakan penggunaan kemampuan komunikatif dan tidak mengutamakan pengetahuan gramatikal. Tes bahasa komunikatif merupakan tes yang pengembangan dan penggunaannya didasarkan pada penerapan teori kemampuan bahasa komunikatif, meskipun bentuknya tergantung pada dimensi mana yang perlu diutamakan seperti konteks, keaslian, atau simulasi bahasanya Davies dalam Djiwandono, 2011:29. Tes komunikatif akan berbentuk tes kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan bahasa, atau tes kompetensi bahasa. Tes komunikatif secara konkret melibatkan tes keempat kemampuan berbahasa dan tes terhadap keempat aspek tersebut harus kontekstual Brown dalam Nurgiyantoro, 2010:304. Dengan demikian, tes komunikatif harus didesain sedemikian rupa agar terdapat kemiripan antara kemampuan berbahasa yang diteskan dan kenyataan penggunaan bahasa sehari-hari dalam konteks tertentu. Masalahnya adalah ada sekian banyak penggunaan bahasa dalam konteks kehidupan nyata dan bahasa mana yang disampel untuk diteskan Nurgiyantoro, 2010:304. Dari berbagai pendekatan di atas, peneliti memilih pendekatan integratif dalam menyusun instrumen penilaian untuk pembelajaran menulis. Pemilihan pendekatan ini didasarkan pada pendapat Nurgiyantoro yang mengatakan bahwa aspek-aspek dalam pembelajaran bahasa yang meliputi kompetensi bahasa struktur gramatikal dan kosakata, kompetensi berbahasa reseptif dan produktif, dan kompetensi bersastra, saling terkait sehingga akan menghilangkan sifat alami bahasa jika aspek- aspek tersebut diteskan terpisah satu sama lain. Oleh karena itu, penilaian pembelajaran bahasa hendaknya dilakukan secara integratif, yang berarti melakukan pengukuran berbagai aspek atau kemampuan berbahasa dalam satu waktu Nurgiyantoro, 2010:280—290. Selain alasan di atas, tes bahasa dengan menggunakan pendekatan integratif lebih mudah diterapkan dan memiliki lebih sedikit kelemahan dibandingkan pendekatan- pendekatan lain. Penggunaan pendekatan ini juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi di SMAN 1 Wates serta berdasarkan pada hasil analisis kebutuhan yang dilakukan di sekolah tersebut. Dalam penyusunan instrumen penilaian pembelajaran menulis ini, peneliti akan menggabungkan beberapa kemampuan bahasa yang lain, yaitu membaca, mendengarkan, dan berbicara. Selain itu, peneliti juga akan memasukkan beberapa macam unsur bahasa ke dalam instrumen penilaian, seperti struktur kalimat, EYD, penggunaan imbuhan gabung dan penggunaan kata ulang. Berikut salah satu contoh soal integratif. Kompetensi Dasar : 12.2 Menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasif Kompetensi Dasar Integrasi keterampilan menulis dengan keterampilan mendengarkan : 9.2 Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung rekaman atau teks yang dibacakan Soal: 1. Simaklah dengan sungguh-sungguh pemutaran film pendek berikut ini Setelah menyimak pemutaran film pendek tersebut, jawablah pertanyaan- pertanyaan di bawah ini a. Apa yang terjadi dalam film tersebut? b. Apa penyebab terjadinya peristiwa dalam film tersebut? c. Apa dampak yang terjadi akibat peristiwa tersebut? d. Apa langkah-langkah yang dapat kamu lakukan untuk menghindari terjadinya peristiwa tersebut? 2. Simpulkan isi informasi yang kamu peroleh dari pemutaran film pendek tersebut dalam tiga paragraf dengan memperhatikan EYD dan struktur kalimat yang benar 3. Sampaikan isi informasimu di depan kelas secara runtut dengan lafal dan intonasi yang jelas Mintalah komentar dari temanmu mengenai penampilanmu di depan kelas 4. Susunlah empat paragraf persuasif untuk mengajak pembaca melakukan perubahan yang nyata terkait dengan isi film pendek yang telah kamu simak dengan memperhatikan EYD dan struktur kalimat yang benar Soal di atas merupakan soal pembelajaran menulis terintegrasi dengan kemampuan mendengarkan dan berbicara. Untuk dapat menuliskan paragraf persuasif, siswa diharapkan mampu menyimpulkan terlebih dahulu isi informasi yang disampaikan dalam film pendek yang disimak. Untuk dapat menyimpulkan isi informasi dari film pendek tersebut, siswa diharapkan dapat memahami isi film dengan menjawab beberapa pertanyaan terkait dengan isi film. Setelah dapat memahami dan menyimpulkan isi film pendek yang disimak, siswa menunjukkan penguasaannya terhadap isi informasi dengan menyampaikannya secara lisan di depan kelas. Dengan melalui tahapan mendengarkan dan memahami isi informasi terkait dengan film baik secara tertulis maupun lisan, diharapkan siswa mampu menyusun paragraf persuasif yang bertujuan untuk mengajak pembaca melakukan perubahan yang nyata terkait dengan isi film pendek yang diputar secara baik.

2.2.7 Ranah Penilaian menurut Taksonomi Bloom

Dokumen yang terkait

The Effectiveness Of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Techniques in Teaching Reading

1 16 116

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Peningkatan keterampilan menyimak berita menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas VIII C SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.

12 200 440

Perbandingan antara prestasi belajar fisika, keterlibatan dan respon siswa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dan metode ceramah pada siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta pada pokok

0 0 159

Peningkatan keterampilan menyimak berita dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan media audio-visual siswa kelas VIII B semester 2 SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang Kulonprogo tahun ajaran 2012/2013

0 1 315

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA SISWA KELAS VIII C SMP PANGUDI LUHUR 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20112012

0 1 186

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK BERITA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN MEDIA AUDIO-VISUAL SISWA KELAS VIII B SEMESTER 2 SMP PANGUDI LUHUR 1 KALIBAWANG KULONPROGO TAHUN AJARAN 20122013

0 0 313