118
untuk mengetahui bagaimana penyusunan instrumen penilaian dan penyelenggaraannya dalam kegiatan pembelajaran selama ini.
Peneliti menggunakan hasil analisis kebutuhan ini sebagai tolok ukur dalam mengembangkan instrumen penilaian integratif dalam pembelajaran menulis
untuk kelas X semester 1 SMAN 1 Wates. Setelah produk instrumen penilaian integratif dalam pembelajaran menulis tersusun, produk instrumen penilaian
tersebut dinilai oleh dosen ahli dan guru pengampu pelajaran bahasa Indonesia. Dosen ahli dan guru bahasa Indonesia memberikan penilaian terhadap kisi-kisi
soal, butir soal yang disusun soal tertulis, kinerja, proyek, dan portofolio, rubrik penilaian ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang telah dihasilkan oleh
peneliti.
4.1.1 Analisis Dokumen Penilaian Guru Bahasa Indonesia
Data kebutuhan penelitian yang pertama diperoleh dari analisis dokumen penilaian yang disusun oleh guru pengampu pelajaran Bahasa Indonesia SMAN 1
Wates, yaitu berupa kisi-kisi, butir-butir soal, beberapa rubrik penilaian, dan analisis ketercapaian, ketuntasan, serta tingkat daya serap siswa. Peneliti
mengumpulkan dokumen yang dimiliki guru, kemudian menganalisis dokumen tersebut.
Pertama , peneliti akan memaparkan hasil analisis kisi-kisi soal yang
disusun oleh guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kisi-kisi yang disusun oleh guru terdiri dari kolom Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,
Materi Pokok dan Uraian Materi, Indikator, Bentuk Soal, dan Nomor Soal. Materi
119
pokok yang terdapat dalam kisi-kisi soal sudah cukup lengkap dan cukup sesuai dengan tuntutan Kompetensi Dasar.
Dari analisis yang dilakukan, peneliti menemukan beberapa kekurangan dari kisi-kisi soal yang disusun oleh guru. Beberapa kekurangan tersebut akan
diuraikan sebagai berikut. a Indikator-indikator yang terdapat dalam kisi-kisi sama persis dengan
indikator pembelajaran. Kisi-kisi akan lebih baik jika indikator soal yang disusun merupakan hasil pengembangan dari indikator pembelajaran.
b Tidak semua indikator yang terdapat dalam kisi-kisi soal dikembangkan ke dalam soal.
c Dalam setiap indikator kurang jelas bagaimana bentuk soal yang akan dibuat.
d Sama halnya dengan bentuk soal, nomor soal juga tidak disusun berdasarkan indikator maupun bentuk soal yang akan dibuat.
e Kisi-kisi soal tidak mencantumkan kolom untuk jenjang ranah penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik. Padahal, kolom jenjang ranah penilaian
penting untuk mengetahui apa ranah yang akan dinilai dan berapa jenjang ranahnya.
Kedua , peneliti akan memaparkan hasil analisis soal-soal yang disusun oleh
guru. Soal-soal yang digunakan guru dalam pembelajaran disusun dengan struktur kalimat yang jelas dan sesuai dengan EYD. Soal-soal yang disusun sesuai dengan
KD dan materi yang tercantum dalam kisi-kisi soal. Setelah peneliti mempelajari soal-soal yang disusun guru dengan lebih teliti, peneliti menemukan beberapa
120
kekurangan yang harus diperbaiki dan dikembangkan. Beberapa kekurangan tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
a Butir soal yang disusun masih kurang terintegrasi dengan keterampilan yang lain. Butir soal yang disusun cenderung hanya untuk mengukur kemampuan
keterampilan menulis dan membaca siswa, sedangkan untuk mengukur keterampilan menyimak dan berbicara masih kurang diperhatikan. Integrasi
soal dengan aspek kebahasaan juga belum begitu menonjol dalam penyusunan soal-soal.
b Bahan yang digunakan untuk membuat soal hanya terbatas pada teks bacaan.
c Pada soal uraian, terdapat soal yang kurang spesifik atau terlalu luas sehingga bisa membingungkan dan menghabiskan waktu siswa untuk
mengerjakannya. Ketiga
, dalam perangkat penilaian mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X semester 1 tidak terdapat rubrik penilaian. Penilaian dari soal-soal yang dibuat
hanya didasarkan pada pedoman penskoran. Itu saja pedoman penskoran tidak dijabarkan secara terperinci aspek apa saja yang dinilai dan bagaimana penjabaran
kriteria penskoran yang digunakan. Peneliti pun menganalisis rubrik penilaian yang disusun guru pada
perangkat penilaian mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X semester 2. Rubrik penilaian yang disusun sudah mencakup ketiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor. Dari analisis yang peneliti lakukan, terdapat beberapa
121
kekurangan dari rubrik penilaian yang telah disusun oleh guru. Beberapa kekurangan tersebut adalah sebagai berikut.
a Rubrik kognitif dan afektif siswa hanya terdiri dari kolom aspek dan rentang skor. Dalam rubrik kognitif dan afektif siswa tidak terdapat kolom uraian
kriteria atau penjabaran dari aspek-aspek yang dinilai. Padahal, kriteria dalam rubrik penilaian dapat mempermudah guru dalam memberikan
penilaian kepada siswa. b Dalam rubrik psikomotorik, terdapat kolom pertanyaan pemandu penilaian
yang dapat mempermudah guru dalam memberikan penilaian kepada siswa. Kolom pertanyaan pemandu penilaian juga disertai dengan rentang
penilaian, misal “amat tidak lengkap—amat tidak lengkap” dengan rentang skor 1—5. Namun, rubrik psikomotorik tidak disertai dengan jumlah skor
maksimal yang bisa dicapai oleh siswa. c Ketiga rubrik kognitif, afektif, dan psikomotorik tidak disertai dengan
pembobotan untuk setiap aspek-aspek yang dinilai. Padahal, setiap aspek memiliki bobot yang berbeda-beda satu sama lain sesuai dengan tingkat
kepentingan aspeknya. Dalam menyusun rubrik penilaian, guru perlu menentukan bobot setiap aspek yang dinilai secara proporsional sesuai
dengan tuntutan KD dan materi yang akan dicapai. Keempat
, peneliti menelaah dokumen analisis hasil ulangan harian yang disusun oleh guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dari hasil ulangan
harian siswa, guru tidak pernah melakukan analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan butir soal dan daya beda butir soal meskipun beliau mengetahui apa
122
manfaat dari analisis beberapa aspek tersebut. Guru hanya melakukan analisis untuk mengetahui tingkat daya serap, ketercapaian, dan ketuntasan hasil evaluasi
belajar. Analisis dokumen guru berupa kisi-kisi, soal-soal, rubrik penilaian, dan
analisis hasil ulangan harian siswa yang telah peneliti uraikan di atas menjadi dasar peneliti untuk mengembangkan instrumen penilaian integratif dalam
pembelajaran menulis bagi siswa kelas X semester 1. Berdasarkan analisis dokumen guru tersebut, peneliti mengembangkan instrumen penilaian menulis
secara integratif dengan rincian sebagai berikut. Pertama
, peneliti akan mengembangkan kisi-kisi pembelajaran menulis untuk kelas X semester 1 dengan menambahkan kolom indikator pembelajaran
sebelum kolom indikator soal agar pembuat soal lebih mudah menyelaraskan antara indikator soal dengan indikator pembelajaran.
Peneliti akan menyusun beberapa indikator soal yang kesemuanya akan dikembangkan menjadi soal baik
dalam bentuk tertulis, kinerja, proyek, maupun portofolio. Peneliti juga akan menentukan bentuk-bentuk soal yang akan disusun dari masing-masing indikator
soal dalam kisi-kisi untuk memudahkan penyusunan soal yang sesuai. Untuk
memudahkan pembuat soal dalam menyesuaikan antara indikator soal dengan soal yang dibuat, peneliti akan menyusun nomor soal berdasarkan indikator soalnya
masing-masing. Selain itu, peneliti akan menambahkan kolom jenjang ranah yang
akan dinilai dalam kisi-kisi soal yang peneliti susun. Kedua
, peneliti akan mengembangkan butir-butir soal untuk keterampilan menulis dan juga mengintegrasikannya dengan pembelajaran membaca,
123
menyimak, dan berbicara. Peneliti juga akan mengintegrasikan soal-soal dengan aspek kebahasaan, seperti kata-kata berimbuhan gabung, kata ulang, dan EYD.
Peneliti juga tergerak untuk membuat soal berdasarkan gambar, artikel, dan rekaman, misalnya gambar dengan rangkaian peristiwa, artikel dari surat kabar,
dan rekaman pembacaan pantun agar kreativitas siswa terpancing untuk menghasilkan tulisan yang lebih baik. Dengan bantuan media gambar atau
rekaman tersebut, siswa tidak akan menghabiskan banyak waktu untuk berpikir sehingga dapat menyelesaikan soal-soal dengan baik pada waktu yang telah
ditentukan. Ketiga
, peneliti akan menyusun rubrik penilaian secara menyeluruh yang dapat menilai ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Peneliti akan
menambahkan kolom uraian kriteria dan menjabarkan aspek-aspek penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai siswa, namun tetap komunikatif dan
mudah dipahami oleh guru. Peneliti juga akan menentukan jumlah skor maksimal yang bisa dicapai oleh siswa dalam setiap rubrik penilaian untuk memudahkan
dalam penentuan nilai akhir siswa. Selain itu, peneliti akan menentukan bobot setiap aspek yang dinilai dari masing-masing rubrik penilaian secara proporsional
agar sesuai dengan tuntutan KD dan materi yang akan dicapai. Keempat
, peneliti akan menguji dan memaparkan validitas, reliabilitas, tingkat kesulitan dan tingkat daya beda butir soal yang telah disusun dan
diujicobakan kepada siswa kelas X semester 1. Pengujian validitas dan reliabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah butir soal yang disusun sesuai valid dengan
kemampuan yang menjadi sasaran tes dan memberikan hasil yang ajeg dan dapat
124
diandalkan reliabel. Pengujian tingkat kesulitan bertujuan untuk mengetahui kadar kesulitan masing-masing soal, apakah terlalu sulit, sedang, atau terlalu
mudah. Adapun pengujian daya beda soal bertujuan untuk mengetahui apakah soal yang disusun mempunyai daya untuk membedakan siswa yang
berkemampuan tinggi dan rendah atau tidak. Pengembangan produk ini disesuaikan dengan urgensi untuk menyusun
instrumen penilaian pembelajaran Bahasa Indonesia secara komprehensif dan integratif di SMAN 1 Wates sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan, sehingga guru dapat melakukan penilaian secara menyeluruh, tidak hanya mengukur aspek kognitif
siswa saja, melainkan juga aspek afektif dan psikomotorik siswa. Selain itu, guru juga dapat mengukur kompetensi bahasa struktur gramatikal dan kosakata,
kompetensi berbahasa reseptif dan produktif, dan kompetensi bersastra siswa secara bersamaan.
4.1.2 Paparan Hasil Wawancara