B. Hasil Penelitian yang Relevan
Catherine Anne S. Balanay, dalam judul “Assessment on Students’ Science
Process Skills: A Student-Centered Approach ” dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini dilakukan untuk menilai kemampuan ilmiah mahasiswa berorientasi pada prosedur yang digunakan dalam pemantauan biologi serta rubrik yang
digunakan dalam menilai kinerja mereka seperti menyiapkan peralatan, mengikuti prosedur, pengumpulan data, keamanan dan membersihkan prosedur. Pendekatan
yang berpusat pada hand-on siswa digabung dengan pengajaran sains berdasarkan penyelidikan telah secara signifikan meningkatkan keterampilan proses sains
siswa.
33
Chris Keil, Jodi Haney, Jennifer Zoffel, dalam judul “Improvements in
Student Achievement and Science Process Skills Using Environmental Health Science Problem-Based Learning Curricula
” dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan serta melaksanaan penilaian kemampuan
dan penilaian keterampilan proses menggunakan kurikulum kesehatan lingkungan berbasis masalah. Keterampilan proses sains di evaluasi menggunakan 21
pertanyaan. Instrumen penilaian kinerja dikembangkan untuk mengevaluasi keterampilan proses sains seperti: melakukan percobaan, menggunakan variabel,
menginterpretasi dan menyajikan data. Hasil analisis penilaian kemampuan dan penilaian kinerja menunjukkan efek positif, pendidik dapat melanjutkan
penggunaan kurikulum kesehatan lingkungan berbasis masalah.
34
Allen A. Espinosa, Sheryl Lyn C. Monterola, Amelia E. Punzalan, dalam judul “Career Oriented Performance Task in Chemistry: Effect on Students’
Integrated Science Process Skills ” dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
dilakukan untuk menilai keefektivitasan Tugas COPT pendekatan Karir
33
Catherine Anne S. Balanay, dan Elnor C. Roa, Assessment on Students’ Science Process
Skills: A Student-Centred Approach, International Journal of Biology Education, Vol. 3 Issue 1, 2013, h. 24, Jurnal diakses dari http:www.ijobed.com2_3vol2issue3art2.pdf, pada tanggal 14
Januari 2015 pukul 14.25 WIB.
34
Chris Keil, Jodi Haney, Jennifer Zoffel, Improvements in Student Achievement and Science Process Skills Using Environmental Health Science Problem-Based Learning Curricula,
Electronic Journal of Science Education, Vol. 13 No. 1, 2009, h. 1, Jurnal diakses dari http:ejse.southwestern.eduarticledownload77825549E2808E, pada tanggal 16 Januari
2015 pukul 15.26 WIB.
Berorientasi terhadap pendekatan pengajaran tradisional TTA dalam meningkatkan keterampilan proses sains terpadu siswa. Integrasi contoh
berorientasi pada karir di bidang kimia tidak efektif dalam meningkatkan keterampilan proses terintegrasi siswa yang diberikan waktu terbatas pada
intervensi. Paparan lebih lama untuk intervensi diperlukan untuk meningkatkan keterampilan proses sains yang terintegrasi mahasiswa.
35
Erica Dian Risanti dan Woro Setyarsih, dalam judul “Penerapan Kegiatan
Laboratorium untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas X MIA SMA Negeri 1 Krian pada Materi Perpindahan Kalor” dapat
disimpulkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran dengan kegiatan laboratorium sains dengan rata-rata skor 81 baik, penilaian kinerja skor rata-rata 86 baik,
penilaian sikap dengan skor rata-rata 85 baik, penilaian keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan dengan skala gain ternormalisasi sebesar 0,66
sedang, dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan skala gain ternormalisasi sebesar 0,69 sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kegiatan laboratorium dengan menggunakan keterampilan proses sains untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan dan mengalami
peningkatan.
36
Bambang Subali, dalam judul “Pengembangan Tes Pengukur Keterampilan
Proses Sains Pola Divergen Mata Pelajaran Biologi SMA ” bertujuan untuk
mengembangkan tes pengukur keterampilan berpikir divergen keterampilan proses sains mata pelajaran biologi SMA, meliputi keterampilan dasar,
keterampilan mengolahmemproses, dan keterampilan melakukan investigasi. Hasil penelitian menujukkan bahwa dengan kriteria mean INFIT MNSQ sebesar
1,0 dan simpangan bakunya 0,0 terbukti tes fit dengan model. Dengan
35
Allen A. Espinosa, Sheryl Lyn C. Monterola, Amelia E. Punzalan, Career-Oriented Performance Tasks
in Chemistry: Effects on Students’ Integrated Science Process Skill, Cypriot Journal of Educational Science, Vol. 8 Issue 2, 2013, h. 211, Jurnal diakses dari http:www.awer-
center.orgcjes, pada tanggal 16 Januari 2015 pukul 23.13 WIB.
36
Erica Dian Risanti dan Woro Setyarsih, Penerapan Kegiatan Laboratorium untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa kelas X MIA SMA Negeri 1
Krian pada Materi Perpindahan Kalor. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika JIPF, Vol. 04 No. 01, 2015, h. 18, Jurnal diakses dari
http:ejournal.unesa.ac.idmobile?sess=2067db83d0c5b4519bf5f31bc447684b, pada tanggal 16 Januari 2016 pukul 14.24 WIB.
menggunakan kriteria kisaran batas terendah INFIT MNSQ sebesar 0,77 dan batas tertinggi 1,30 ternyata hanya tiga dari 126 item tes pengukur keterampilan proses
sains pola divergen yang tidak fit dengan model. Reliabilitas berdasarkan item separation sebesar 0,93 dan berdasarkan caseperson separation sebesar 0,71.
37
Susiwi, Achmad A. Hinduan, Liliasari, Sadijah Ahmad, dalam judul “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Model Pembelajaran
Praktikum D-E- H” dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran MPP D-E-H:
kemampuan “merumuskan hipotesis”, kemampuan “mengendalikan variabel” dan kemampuan “merancang percobaan” dapat dicapai secara tuntas baik pada
kelompok SMA dengan prestasi akademik sedang maupun kelompok SMA dengan prestasi akademik tinggi. Untuk itu perlu diadakan diskusi dengan asisten
untuk menindak lanjuti hasil rancangan yang dibuat siswa, terutama untuk mengevaluasi perencanaan alat dan bahan, serta cara kerja sehingga percobaan
tersebut aman dan efisien untuk dilaksanakan.
38
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan serangkaian interaksi antara guru dan siswa dimana nantinya akan muncul proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran
IPA Biologi seorang guru seharusnya tidak hanya sekedar penyampaian konsepmateri saja tetapi guru harus menjelaskan dan memberikan suatu
pengalaman tertentu agar para siswa dapat menemukan konsep itu sendiri. Keterampilan proses sains merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang
terarah baik kognitif, psikomotor, maupun afektif yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip, atau teori untuk mengembangkan konsep yang
telah ada sebelumnya. Keterampilan saintifik juga merupakan suatu keterampilan dasar yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan untuk memperoleh
penemuan dan pengetahuan dalam bidang sains.
37
Bambang Subali, Pengembangan Tes Pengukur Keterampilan Proses Sains Pola Divergen Mata Pelajaran Biologi SMA, Prosiding Seminar Nasional Biologi, Lingkungan dan
Pembelajarannya, Jurdik Biologi, FMIPA, 2009, h. 581, Artikel diakses dari http:staff.uny.ac.idsystemfilespenelitianBambang20Subali.20Drsemnas20bio20_Bam
bang20Subali_UNY-2009.pdf, pada tanggal 15 Januari 2015 pukul 14.27 WIB.
38
Susiwi, Achmad A. Hinduan, Liliasari, dan Sadijah Ahmad, op.cit, h. 87.
Keterampilan santifik berfokus pada proses selama pembelajaran. Selain itu, keterampilan santifik merupakan pembelajaran yang menumbuhkan dan
mengembangkan kemampuan atau keterampilan mendasar. Kemampuan atau keterampilan mendasar tersebut antara lain: mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan mengkomunikasi. Kemampuan atau keterampilan tersebut justru berproses dalam kerja ilmiah. Keterampilan santifik dalam pengajaran sains
merupakan suatu alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental, seperti ilmuwan. Sehingga dari semua kegiatan-
kegiatan tersebut dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Hakikat belajar sains tentu saja tidak cukup sekadar mengingat dan
memahami konsep yang ditemukan oleh ilmuwan. Akan tetapi, yang sangat penting adalah pembiasaan perilaku ilmuwan dalam menemukan konsep yang
dilakukan melalui percobaan dan penelitian ilmiah. Penerapan pendekatan keterampilan proses menuntut adanya keterlibatan fisik dan mental-intelektual
siswa. Hal ini dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual atau kemampuan berfikir siswa. Selain itu juga mengembangkan sikap-
sikap ilmiah dan kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan.
Penilaian yang digunakan untuk mengukur keterampilan saintifik siswa adalah penilaian produk. Penilaian produk ini merupakan penilaian yang
dilakukan oleh guru sebagai pengamat. Dengan adanya penilaian produk ini siswa terlibat langsung untuk meningkatkan motivasi siswa karena melibatkan siswa
secara aktif, dapat mengevaluasi dan memberikan umpan balik terhadap siswa lain dalam kelompoknya sehingga kelemahan dan kekurangan siswa lain dapat
terdeteksi sejak dini, melatih evaluation skill yang berguna untuk life long learning dan mendorong deep learning, menyadarkan siswa akan tujuan dan hasil
pembelajaran mengenai produk siswa yang akan dinilai secara objektif berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, dan dapat mengetahui dengan cepat
aspek dan indikator mana saja dalam keterampilan saintifik yang sudah atau belum tercapai.