Kelas benih TEKNIK PRODUKSI BENIH GENERATIF TANAMAN 4.1 Proses Pembentukan Biji Pada

108 yang dicantumkan di dalam label benih. Secara umum, komponen mutu benis dibedakan menjadi tiga, yaitu komponen mutu fisik, fisiologis, dan genetik. Sekarang pasar sudah mendesak dimasukkannya komponen mutu pathologis. Komponen mutu fisik adalah kondisi fisik benih yang menyangkut warna, bentuk, ukuran, bobot, tekstur permukaan, tingkat kerusakan fisik, kebersihan, dan keseragaman. Komponen mutu fisiologis adalah hal yang berkait-an dengan daya hidup benih jika ditumbuhkan dikecambahkan, baik pada kondisi yang menguntungkan optimum maupun kurang mengun- tungkan suboptimum. Komponen mutu genetik adalah hal yang berkaitan dengan kebenaran dari varietas benih, baik secara fenotip fisik maupun genetiknya. Adapun mutu pathologis berkaitan dengan ada tidaknya serangan penyakit pada benih serta tingkat serangan yang terjadi. Pada label benih, unsur-unsur mutu benih yang dicantumkannya meliputi kadar air, komponen benih murni, campuran varietas lain, kotoran dan daya tumbuh. Hal yang berkaitan dengan ada atau tidaknya dan besarnya serangan penyakit yang terjadi, di Indonesia, belum dicantumkan dalam label sertifikat benih.

a. Kriteria benih bermutu

Penggunaan benih bermutu dalam budi daya akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi karena populasi tanaman yang akan tumbuh dapat diperkirakan sebelumnya, yaitu dari data label daya berkecambah dan nilai kemurniannya. Dengan demikian, dapat diperkirakan jumlah benih yang akan ditanam dan benih sulaman, diperkirakan jumlah benih yang akan ditanam dan benih sulaman. Secara fisik, benih bermutu menampakkan ciri-ciri berikut: a. Benih bersih dan terbebas dari kotoran, seperti potongan tangkai, biji- bijian lain, debu dan kerikil. b. Benih murni, tidak tercampur dengan varietas lain. c. Warna benih terang dan tidak kusam. d. Benih mulus, tidak berbercak, kulit tidak terkelupas. e. Sehat, bernas, tidak keriput, ukurannya normal dan seragam. Selain itu, benih dianggap bermutu tinggi jika memiliki daya tumbuh daya berkecambah lebih dari 80 tergantung jenis dan kelas benih dan nilai kadar air di bawah 13 tergantung jenis benihnya; benih kedelai mesti lebih rendah lagi.

b. Kelas benih

Benih merupakan hasil akhir dari proses panjang yang dilakukan oleh seorang pemulia tanaman dalam merakit sebuah varietas baru. Jika proses penyebaran varietas baru dari pemulia kepada petani dilakukan secara langsung maka jumlah benih yang tersedia tidak mencukupi kebutuhans seluruh petani. Untuk mengatasi keterbatasan jumlah benih hasil pemuliaan ini, dibutuhkan kegiatan perbanyakan benih atau produksi benih. Sistem perbanyakan benih dilakukan secara berjenjang dengan selalu Di unduh dari : Bukupaket.com 109 mempertahankan identitas genetis dan kualitas benih dari varietas yang dihasilkan pemulia tanaman. Benih hasil produksi ini kemudian dikelompokkan kedalam kelas-kelas sesuai dengan tahapan generasi perbanyakan dan tingkat standar mutunya, melalui suatu prosedur yang diatur dalam aturan sertifikasi benih. Dari sistem dibagi menjadi empat. 1 Benih penjenis BP = breeder seed: BS Benih penjenis diproduksi dan diawasi oleh pemulian tanaman dan atau oleh instansi yang menanganinya Lembaga Penelitian atau Perguruan Tinggi. Benih ini sebagai sumber untuk perbanyakan benih dasar. Khusus untuk benih penjenis tidak dilakukan sertifikasi tetapi diberikan label warna putih. 2 Benih dasar BD = foundation seed FS Benih dasar merupakan turunan pertama F1 dari benih penjenis. Benih ini diproduksi dan diawasi secara ketat oleh pemulia tanaman sehingga kemurnian varietasnya dapat dipertahankan. Benih dasar diproduksi oleh Balai Benih terutam Balai Benih Induk, BBI dan proses produksinya diawasi dan disertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih BPSB. Benih dasar ini diberi label sertifikasi berwarna putih. 3 Benih pokok BP= stock seed, SS Benih pokok merupakan F1 dari benih dasar atau F2 dari benih penjenis. Produksi benih pokok tetap mempertahankan identitas dan kemurnian varietas serta memenuhi standar peraturan perbenihan maupun sertifikasi oleh BPSB. Benih pokok diproduksi oleh Balai Benih ataui pihak swasta yang terdaftar dan diberi label sertifikasi berwarna ungu. 4 Benih sebar BR=extension seed ES Benih sebar merupakan F1 benih pokok. Produksinya te-tap mempertahankan identitas maupun kemurnian varietas dan memenuhi standar peraturan perbenihan maupun sertifikasi oleh BPSB. Benih pokok dan benih sebar umumnya diperbanyak oleh Balai Benih atau penangkar benih dengan mendapatkan bimbingan, pengawasan dan sertifikasi dari BPSB. Benih sebar diberi label sertifikasi berwarna biru. Untuk benih palawija, selain benih sebar berlabel biru juga terdapat benih sebar berlabel hijau yang merupakan keturunan dari benih sebar berlabel biru. Produksi tetap mempertahankan identitas dan tingkat kemurnian varietas. Dalam rangka memenuhi kebutuhan benih bermutu yang terus meningkat, sementara jumlah benih bermutu yang beredar belum sesuai dengan yang dibutuhkan maka dimungkinkan untuk diproduksi benih berlabel merah jambu LMJ. Di unduh dari : Bukupaket.com 110 Pengadaan benih LMJ tidak melalui proses sertifikasi, tetapi tetap memenuhi standar laboratorium untuk pelabelan. Selain dengan pengkelasan benih, upaya pemenuhan kebutuhan benih bersertifikat juga dilakukan dengan strategi alur perbanyakan benih. Benih dengan indeks penangkaran tinggi menggunakan strategi perbanyakan pola alur pernabanyakan tunggal, seperti padi dan jagung. Adapun benih yang memiliki indeks penangkaran rendah dapat menggunakan perbanyakan pola alur perbanyakan ganda seperti pada kedelai. Pada sistem alur perbanyakan benih alur tunggal, tiap kelas benih diperbanyak untuk menghasilkan kelas benih di bawahnya sehingga F3 dari benih penjenis adalah kelas benih sebar. Benih penjenis Breeder seed Benih dasar Foundation seed Benih pokok Stock seed Benih sebar Extension seed Petani Benih penjenis Breeder seed Benih dasar Foundation seed Benih pokok Stock seed Benih sebar Extension seed Petani Gambar 4.11. Alur perbanyakan benih sistem polygeneration flow Di unduh dari : Bukupaket.com 111 Gambar 4.12. Alur perbanyakan benih sistem monogeneration flow – transisi Adapun pada sistem alur perbanyakan ganda, setiap kelas benih dapat diperbanyak untuk menghasilkan kelas benih yang sama dengan maksimal generasi diperbanyak 4 kali. Dengan demikian, F3 dari kelas benih penjenis bukan benih sebar, melainkan benis penjenis ke-3 yang dapat dijadikan sebagai bahan perbanyakan kelas benih penjenis ke- 4 atau kelas benih dasar. Penerapan sistem alur perbanyakan benih selalu mempertimbangkan aspek volume kebutuhan benih dan indeks penangkaran benih. Oleh karenanya, penerapan alur generasi ganda tidak harus sampai generasi ke-4, tetapi dapat hanya sampai generasi ke-3 atau ke-2 bila kebutuhan benih telah tercukupi. Selain dikenal dua sistem alur perbanyakan benih, sebagai strategi perbanyakan benih, sistem alur perbanyakan transisi pun dikenal pula dalam perbanyakan benih kacang- kacangan. Pada sistem alur perbanyakan ini, benih diperbanyak secara alur generasi tunggal sampai dengan kelas benih pokok dan slenajutnya benih diperbanyak secara alur ganda untuk menghasilkan kelas benih sebar. Hal ini pun diterapkan dengan pertimbangan kebutuhan benih di lapang sehingga tidak perlu benih F4.

b. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Benih