95
Dalam isolasi waktu, waktu tanam produksi benih dibuat berbeda dengan
waktu tanam produksi benih dan atau non benih suatu varietas lain dari jenis
tanaman yang sama, di suatu lahan produksi yang berdekatan agar masa
berbunga antara kedua varietas tidak dalam waktu yang bersamaan.
Lasmanya ditentukan oleh masa pembungaan varietas yang
bersangkutan. Secara umum, lama isolasi waktu untuk tanaman pangan
sekitar 1 bulan. Dalam melakukan isolasi waktu, dapat terjadi
penanaman di luar musim tanam. Jika ini terjadi maka harus ditunjang
dengan sarana atau prasarana yang mampu menekan risiko kegagalan,
misalnya irigasi yang baik. Isolasi jarak memberi jarak antara satu
hamparan pertanaman dan hamparan pertanaman lain dari varietas yang
berbeda sehingga tidak dimungkinkan terjadi penyerbukan silang. Isolasi
jarak dapat berupa lahan kosong, pertanaman dari tanaman jenis lain
atau tanaman sejenis yang dijadikan tanaman penghalang barier dan
tidak ikut dipanen sebagai benih. Jarak isolasi tersebut ditentukan oleh
tipe jenis dan cara penyerbukan dari tanaman yang bersangkutan. Isolasi
jarak untuk tanaman dengan penyerbukan silang misalnya jagung,
isolasi jarak 200 m askan lebih jauh dibandingkan tanaman dengan
penyerbukan sendiri misalnya padi, isolasi jarak 3 m. Demikian pula,
isolasi jarak untuk tanaman dengan penyerbukan yang dibantu oleh angin
misalnya jagung lebih jauh dibanding tanaman yang penyerbukannya
dibantu oleh serangga. Dalam pelaksanaannya, isolasi
sering sulit dilaksanakan karena sulit mencari lahan produksi benih yang
betul-betul ideal dan mengatur keserempakan pola dan waktu tanam
petani. Oleh karenanya, isolasi yang sering dilakukan yaitu menanam
tanaman barier sehingga dapat menghemat waktu tidak perlu isolasi
waktu dan dapat memanfaatkan ruang antara pertanaman. Adapun
upaya untuk menghindari percampuran varietas dari dalam
lahan produksi, dilakukan roguing pencabutan tanaman voluntir.
c. Dasar-dasar budidaya untuk
produksi benih Teknik produksi benih sedikit
berbeda dengan teknik produksi non- benih, yakni pada prinsip genetisnya,
dimana aspek kemurnian genetik menentukan kelulusan dalam
sertifikasi. Teknik budi daya ini secara internal dilaksanakan oleh penangkar
benih dalam bentuk roguing dan secara eksternal dilaksanakan oleh
BPSB dalam bentuk pengawasan di lapang. Adapun teknik budi daya
mulai dari pengolahan tanah hingga panen antara teknik budi daya
produksi benih dan non benih secara relatif sama.
Produksi benih biasanya diawali dengan perkecambahan benih,
pesemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen dan
pascapanen, pengolahan benih, pengeringan, pengujian benih,
sertifikasi dan pengepakan benih.
Di unduh dari : Bukupaket.com
96
1 Pengolahan tanah, menentukan komposisi media tanam,
mencampur media dan mengisi media ke dalam
polybag.
Pengolahan tanah pada dasarnya bertujuan untuk menggemburkan,
memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aktivitas organisme
tanah, serta menciptakan aerasi yang baik. Selain itu, pengolahan tanah
dapat juga bermanfaat dalam mengendalikan gulma dan
membebaskan lahan dari sisa-sisa tanaman atau benih tanaman yang
ada. Untuk itu, hendaknya cukup tersedia waktu antara saat
pengolahan tanah dan waktu tanam sehingga benih gulma dan tanaman
dari pertanaman sebelumnya tumbuh dan dapat dicabut.
Untuk memproduksi benih-benih kecil 10 gram benih
1.000 benih, biasanya diawali dengan
perkecambahan benih, pesemaian, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan, panen dan pascapanen, pengolahan benih,
pengeringan, pengujian benih, sertifikasi dan pengepakan benih.
Proses penyiapan polybag untuk pembibitan dimulai dengan
menentukan komposisi media pembibitan. Pada umumnya
komposisi media yang diharapkan adalah mempunyai kandungan hara
makro dan mikrto, mangandung bahan organik, aerasi baik dan dapat
menyimpan air dengan afisien. Untuk media pembibitan para petani
penangkar benih biasanya menyiapka komposisi media tanah: kompos 1: 1
dan biasanya telah memenuhi standar kebutuhan unsur hara yang
dipersyaratkan. Media tanah dan kompos yang
tealh sisiapkan harus dicampur dengan merata agar kondisi media
tanam seragam baik secara fisik, kimia dan biologis. Sara encampu
media tanam dapat dilakukan secara manual dan mekanik. Pencampuran
secara manual dapat dilakuan dengan bantuan alat sekop dan cangkul. Para
petani pengangkar biasanya melakukan pencampuran sebagai
berikut: karung tanah dicampur satu karung kompos lalu diaduk sampai
rata, kegiatan ini dilakukan berulang- ulang sampai volume media tanam
diperkirakan mencukup untuk mengisi polybag.
Pencampuran media tanam dapat dilakukan dengan mesin pengaduk
media atau mixer. Dengan alat ini petani tinggal memasukkan tanah
setengah dari volume mixer dan kompos setengah dari volume mixer.
Tutup kap penutup sampai rata.
Sambungkan kabel mixer ke arus listrik dan media tanam akan
tecampur dengan sempurna dan ada kemungkinan lebih homogen dari
pada pencampuran dengan cara manual.
Media yang sudah siap untuk digunakan diangkut dengan gerobak
jika lokasi antar lokasi media dan tempat pembibitan berdekatan.
Apabila penyiapan media berjauhan dengan tempat pembibitan, maka
disarankan untuk mengangkut media dengan kendaraan roda empat. Hal
ini dilakukan untuk memudahkan pekerja dalam mengisi polybag.
Di unduh dari : Bukupaket.com
97
Media tanam akan diisikan ke polybag. Para petani biasanya
menyiapkan kotak kayu untuk memberdirikan polybag atau kaleng
atau botol plastik. Polybah dibuka mulutnya dan diletakkan pada
peralatan yang disebutkan. Setelah polybag berdiri pada tempatnya, maka
media pembibitan disiramkan ke atas polybag terbuka sampai penuh,
kemudian masing=masing polybah dirapikan dan disiram dengan air.
Posisi wadah dengan polybag pembibitan pada saat mengisi polybag
2 Penanaman Penanaman dilakukan secara
beraturan untuk memudahkan pemeliharaan pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit, pembersihan tanaman pengendalian
gulma, dan pelaksanaan roguing. Jarak tanam yang digunakan dapat
disesuaikan dengan jenis atau varietas tanamannya, tingkat
kesuburan lahan, serta ketersediaan air dan sinar matahari. Jarak tanam
yang rapat dilakukan jika kesuburan tanah mendukung dan kompetisi antar
tanaman tidak sampai pada taraf yang merugikan. Jarak tanam rapat
dilakukan untuk memaksimalkan sumber daya yang tersedia dalam
rangka mendapatkan hasil produksi yang maksimal.
Setelah jarak tanam ditentukan, kebutuhan benih setiap hektar dapat
ditentukan. Kebutuhan benih dipengaruhi oleh: 1. Jarak tanam
atau populasi tanaman per hektar. 2. Ukuran atau bobot benih per
1.000 butir. 3. Daya tumbuh kecambah benih.
Jatak tanam antar tanaman pada umunya dapat ditentukan berdasarkan
kanopi dari varietas tanaman yang dibudidayakan. Ukuran atau bobot
benih per 1000 gram, biasanya tertera pada kemasan label benih.
Keterangan ini terdapat pada kemasan apabila benih varietas
tanaman mempunyai perfomansi biji berukur kecil seperti benih kubis,
sawi, wortel, tomat, cabai, bunga krisan dan lain-lain. Keterangan
tentang daya tumbuh daya kecambah tertera pada label
kemasan. Ketiga keterangan di atas selalu terdapat pada label benih-benih
tanaman yang bersertifikat.
Penghitungan kebutuhan benih sangat penting dilakukan agar
penangkar dapat menyediakan benih secara tepat jumlah sehingga tidak
ada kelebihan pembelian benih dan input produski benih menjadi efektif
dan efisien. Kekurangan penyediaan benih akan menyebabkan
ketidakseragaman penanaman sedangkan kelebihan penyediaan
benih merupakan pemborosan.
Perkiraan kebutuhan benih per hektar dapat dihitung dengan rumus :
Di unduh dari : Bukupaket.com
98
B = 10.000 X 100p x100q X 100r X s1000 X t X 1 g
Keterangan : B = Benih yang diperlukan per hektar gram
p = Jarak antar barisan cm q = Jarak rumpun tanaman dalam barisan cm
r
= Daya kecambah benih s
= Bobot 1.000 butir benih gram t
= Jumlah tanaman per rumpun
3 Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman dalam
budi daya meliputi pemupukan, penyiangan pengendalian gulma,
pengendalian hama dan penyakit, serta pengairan dan pengelolaan air.
Teknik pemeliharaan tanaman hendaknya disesuaikan dengan fase
pertumbuhan tanaman sehingga tindakan yang diberikan tepat dan
efisien.
a Pemupukan Pemupukan dilakukan untuk
memperbaiki ketersediaan hara dalam tanah. Pada awal pertumbuhan
vegetatif, kebutuhan tanaman akan hara terutama nitrogen sangat besar.
Adapun pupuk fosfor P dan kalium K dibutuhkan tanaman pada fase
reproduktif, terutama masa pembungaan dan pengisian benih
grain filling. Dosis pupuk hendaknya disesuaikan dengan ting-kat
kesuburan tanah. Selain untuk pertumbuhan tanaman, pupuk pun
berpengaruh terhadap produksi dan mutu benih. Protein benih padi dapat
ditingkatkan dengan pemupukan N dan bobot benih padi dapat
ditingkatkan dengan pemu-pukan kalsium Ca.
b Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk membebaskan lahan dari gulma dan
tanaman lainnya. Gulma dan tanaman lain dapat berfungsi sebagai
kompetitor dalam mendapatkan air, hara, dan energi matahari. Selain itu,
gulma atau tanaman lain juga dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit
tertentu atau memungkinkan terjadinya penyer-bukan silang
dengan tanaman benih. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual
dengan cara mencabut, mekanis menggunakan alat, dan kimiawi
bahan kimia. Penggunaan bahan kimia untuk mengendalikan gulma
hendaknya selektif agar tidak membahayakan tanaman yang
diusahakan dan sumber plasma nuftah lainnya, serta tidak mencemari
lingkungan terutama air. Pada saat penyiangan, biasanya juga dilakukan
pembumbunan pendangiran untuk memperbaiki aerasi di daerah sekitar
perakaran tanaman.
Di unduh dari : Bukupaket.com
99
c Pengendalian hama dan penyakit Hama dan penyakit di lapang
selalu ada sehingga perlu dikendalikan agar pertanian dapat
mencapai produksi yang tinggi. Namun, pengendalian tersebut
hendaknya dilakukan sedini mungkin dengan senantiasa memperhatikan
batas ambang ekonomisnya, yakni tingkat populasi dan intensitas
serangan yang membahayakan proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara preventif dan
kuratif. Cara preventif pencegahan dengan membuat pertumbuhan
tanaman sesehat mungkin, misalnya memberi pupuk yang seimbang dan
melakukan sanitasi lingkungan. Cara kuratif adalah cara pemberantasan
terhadap hama dan penyakit, seperti penggunaan pestisida, gropyokan
untuk pemberantasan tikus, dan eradikasi pencabutan dan
pembuangan tanaman yang terserang. Karena penggunaan bahan
kimia cukup mengandung risiko maka dian-jurkan pestisida yang digunakan
berbahan organik.
d Pengairan, pengecekan sumber dan pengelolaan air.
Kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan air bagi tanaman dalam
jumlah yang tepat, sesuai dengan fase pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada tahap pertumbuhan vegetatif sampai inisiasi bunga, air diperlukan
dalam jumlah banyak. Pada tahap pembungaan, air diperlukan dalam
jumlah sedang. Pada tahap pembentukan dan perkembangan
benih dini, air diperlukan dalam jumlah banyak dan pada tahap pemasakan
benih, air tidak diperlukan lagi. Penyediaan air bagi tanaman
dapat dilakukan secara teknis melalui irigasi atau secara alami dari hujan.
Pada musim kemarau atau bila tidak hujan, pengairan dilakukan dengan
penyiraman. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari,
jangan dilakukan pada siang hari karena berpengaruh buruk terhadap
tanaman, yakni terjadi peningkatan laju transpirasi secara mendadak.
Sebelum melakukan kegiatan produksi benih. Harus dilakukan
terlebih sahulu pengecekan sumber air dan jaringan irigasi. Apabila lahan
produksi berada pada lahan sawah dengan pengairan teknis, maka
kondisi sumber air dan jaringan irigasi diprediksi tidak akan ada masalah.
Apabila fasilitas tersebut tidak ada, maka sumber air biasanya ditampung
pada drum atau bak penampungan yang dilapisi plastik yang disiapkan di
sekitar lokasi budidaya.
Apabila produksi benih dilakukan pada skala luas, biasanya jaringan
irigasi secara teknik harus disiapkan pada saat pembuatan bedengan
sakaligus dengan pebuatan saluran. Pada sistem ini saluran dapat dialiri air
sehingga dapat dilakukan penyiraman dengan sistem lep. Hal yang harus
diperhatikan adalah kemiringan jaringan irigasi harus diperhitungkan
agar air dapat mengalir dengan baik pada semua lahan budidaya.
Di unduh dari : Bukupaket.com
100
e Roguing Roguing bertujuan untuk menjaga
kemurnian benih. Cara pelaksanaannya dengan mencabut
tanaman yang tidak dikehendaki, seperti tanaman yang berpotensi
untuk terjadinya penyerbukan silang dengan varietas tanaman yang
diusahakan atau tanaman yang berpotensi menghasilkan benih
campuran varietas lain. Roguing biasanya dilakukan sebelum lahan
diperiksa oleh tim sertifikasi dari BPSB. Pelaksanaan roguing
mengikuti waktu dan frekuensi pemeriksaan lapangan oleh petugas
pengawas sertifikasi benih, yaitu saat tanaman umur 4 minggu setelah
tanam, pada fase berbunga, dan menjelang panen. Jika
memungkinkan, roguing dapat dilakukan setiap saat tidak hanya
pada saat menjelang pemeriksaan oleh BPSB. Roguing dilaksanakan
dengan mencocokkan deskripsi tanaman di lahan dengan deskripsi
varietas tanaman yang diusahakan. Tanaman yang tidak sesuai dengan
deskripsi tanaman yang diusahakan harus dicabut dan dimusnahkan.
Roguing dilakukan dengan berjalan secara sistemik sehingga
setiap tanaman dapat terlihat dan diamati. Roguing hendaknya
dilakukan sepagi mungkin dan arah berjalan sebaiknya tidak menghadap
matahari, karena silau akan menyulitkan pengamatan. Tanaman
rogue, tanaman yang terserang hama dan penyakit, gulma-gulma berbahaya
dicabut dan dimusnahkan. Melakukan roguing di lahan yang luas cukup
menyulitkan. Oleh karenanya, dibutuhkan metode yang cukup
representatif melalui pengacakan sampel di lapang. Ada beberapa
macam pola pelaksanaan roguing lihat gambar Usulan Jalur perjalanan
dalam melakukan roguing. Pola A dapat menjamah lahan pertanaman
sekitar 75, pola B mampu menjamah lahan seluas 60-70, pola
C cara acak dan pola D searah jarum jam memungkinkan seluruh
100 pertanaman terjamah, pola E mampu menjamah lahan sebesar
85, dan pola F hanya mampu menjamah pertanaman sebesar 60
dari luas lahan keseluruhan. Pemanenan
Penanganan pascapanen dapat dilakukan dengan baik, tidak merusak
benih yang masih berkadar air tinggi, maka panen pada saat benih masak
fisiologis adalah pilihan yang tepat. Beberapa keuntungan panen yang
dilakukan pada saat benih mencapai masak fisiologis antara lain: a.
Benih belum mengalami deteriorasi kemunduran. b. Mempercepat
program pemuliaan tanaman karena segera diperoleh data viabilitas dan
vigor maksimum dari varietas yang dikembangkannya.
Di unduh dari : Bukupaket.com
101
Gambar 4.9 . Beberapa alternatif jalur perjalanan untuk melakukan kegiatan roguing.
c Menghemat waktu dan mengurangi kehilangan benih di lahan, serta. d.
Perkecambahan benih di lapang dapat dihindari.
Oleh karena kadar air benih pada saat masak fisiologis masih cukup
tinggi 50-60 sehingga rentan terhadap kerusakan mekanik, maka
panen dapat dilakukan beberapa hari setelah masak fisiologis. Waktu panen
ini pun jugam mempunyai risiko. Kondisi iklim pada selang waktu
antara masak fisiologis dan panen sangat berpengaruh terhadap
viabilitas benih, daya kecambah, vigor, maupun daya simpan benih.
Cuaca pada areal produksi yang tidak menguntungkan dapat menurunkan
mutu benih yang dihasilkan.
Di unduh dari : Bukupaket.com
102
f Pengolahan Benih
Pengolahan benih merupakan tahap transisi antara produksi dan
penyimpanan atau pemasaran benih. Tahap ini cukup menentukan karena
benih dapat tidak bermanfaat jika salah dalam pengolahannya.
Prinsip umum pengolahan benih adalah memproses calon benih
menjadi benih dengan tetap mempertahankan mutu yang telah
dicapai. Pengolahan benih tidak dapat meningkatkan mutu benih secara
individual, tetapi secara populatif. Secara populatif, mutu benih dapat
ditingkatkan melalui dua cara yaitu : a.
Separation, yakni memisahkan benih dari sumber kontaminan seperti
benih gulma, benih tanaman lain, dan kotoran benih. b. Upgrading, yakni
memilah benih dari benih yang kurang bermutu, misalnya berukuran kecil
atau tidak seragam.
Dengan pemisahan dan pemilahan benih, akan diperoleh
benih yang murni dan hidup pure life seed dengan total jumlah yang lebih
rendah dari jumlah benih hasil panen. Perbandingan jumlah benih hasil
pengolahan dengan jumlah calon benih hasil panen dinamakan
rendemen. Nilai rendemen sangat ditentukan oleh jenis benih dan
efektivitas pengolahan. Semakin efektif pengolahan yang dilakukan,
semakin tinggi nilai rendemen yang berarti semakin kecil nilai kehilangan
pascapanennya post harvest losses. Adapun efektivitas pengolahan
ditentukan oleh alur jalur pengolahan dan penggunaan alat-alat pengolahan
benih yang tepat.
d. Alur umum pengolahan benih