Dasar-dasar budidaya untuk TEKNIK PRODUKSI BENIH GENERATIF TANAMAN 4.1 Proses Pembentukan Biji Pada

95 Dalam isolasi waktu, waktu tanam produksi benih dibuat berbeda dengan waktu tanam produksi benih dan atau non benih suatu varietas lain dari jenis tanaman yang sama, di suatu lahan produksi yang berdekatan agar masa berbunga antara kedua varietas tidak dalam waktu yang bersamaan. Lasmanya ditentukan oleh masa pembungaan varietas yang bersangkutan. Secara umum, lama isolasi waktu untuk tanaman pangan sekitar 1 bulan. Dalam melakukan isolasi waktu, dapat terjadi penanaman di luar musim tanam. Jika ini terjadi maka harus ditunjang dengan sarana atau prasarana yang mampu menekan risiko kegagalan, misalnya irigasi yang baik. Isolasi jarak memberi jarak antara satu hamparan pertanaman dan hamparan pertanaman lain dari varietas yang berbeda sehingga tidak dimungkinkan terjadi penyerbukan silang. Isolasi jarak dapat berupa lahan kosong, pertanaman dari tanaman jenis lain atau tanaman sejenis yang dijadikan tanaman penghalang barier dan tidak ikut dipanen sebagai benih. Jarak isolasi tersebut ditentukan oleh tipe jenis dan cara penyerbukan dari tanaman yang bersangkutan. Isolasi jarak untuk tanaman dengan penyerbukan silang misalnya jagung, isolasi jarak 200 m askan lebih jauh dibandingkan tanaman dengan penyerbukan sendiri misalnya padi, isolasi jarak 3 m. Demikian pula, isolasi jarak untuk tanaman dengan penyerbukan yang dibantu oleh angin misalnya jagung lebih jauh dibanding tanaman yang penyerbukannya dibantu oleh serangga. Dalam pelaksanaannya, isolasi sering sulit dilaksanakan karena sulit mencari lahan produksi benih yang betul-betul ideal dan mengatur keserempakan pola dan waktu tanam petani. Oleh karenanya, isolasi yang sering dilakukan yaitu menanam tanaman barier sehingga dapat menghemat waktu tidak perlu isolasi waktu dan dapat memanfaatkan ruang antara pertanaman. Adapun upaya untuk menghindari percampuran varietas dari dalam lahan produksi, dilakukan roguing pencabutan tanaman voluntir.

c. Dasar-dasar budidaya untuk

produksi benih Teknik produksi benih sedikit berbeda dengan teknik produksi non- benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana aspek kemurnian genetik menentukan kelulusan dalam sertifikasi. Teknik budi daya ini secara internal dilaksanakan oleh penangkar benih dalam bentuk roguing dan secara eksternal dilaksanakan oleh BPSB dalam bentuk pengawasan di lapang. Adapun teknik budi daya mulai dari pengolahan tanah hingga panen antara teknik budi daya produksi benih dan non benih secara relatif sama. Produksi benih biasanya diawali dengan perkecambahan benih, pesemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pascapanen, pengolahan benih, pengeringan, pengujian benih, sertifikasi dan pengepakan benih. Di unduh dari : Bukupaket.com 96 1 Pengolahan tanah, menentukan komposisi media tanam, mencampur media dan mengisi media ke dalam polybag. Pengolahan tanah pada dasarnya bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aktivitas organisme tanah, serta menciptakan aerasi yang baik. Selain itu, pengolahan tanah dapat juga bermanfaat dalam mengendalikan gulma dan membebaskan lahan dari sisa-sisa tanaman atau benih tanaman yang ada. Untuk itu, hendaknya cukup tersedia waktu antara saat pengolahan tanah dan waktu tanam sehingga benih gulma dan tanaman dari pertanaman sebelumnya tumbuh dan dapat dicabut. Untuk memproduksi benih-benih kecil 10 gram benih • 1.000 benih, biasanya diawali dengan perkecambahan benih, pesemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pascapanen, pengolahan benih, pengeringan, pengujian benih, sertifikasi dan pengepakan benih. Proses penyiapan polybag untuk pembibitan dimulai dengan menentukan komposisi media pembibitan. Pada umumnya komposisi media yang diharapkan adalah mempunyai kandungan hara makro dan mikrto, mangandung bahan organik, aerasi baik dan dapat menyimpan air dengan afisien. Untuk media pembibitan para petani penangkar benih biasanya menyiapka komposisi media tanah: kompos 1: 1 dan biasanya telah memenuhi standar kebutuhan unsur hara yang dipersyaratkan. Media tanah dan kompos yang tealh sisiapkan harus dicampur dengan merata agar kondisi media tanam seragam baik secara fisik, kimia dan biologis. Sara encampu media tanam dapat dilakukan secara manual dan mekanik. Pencampuran secara manual dapat dilakuan dengan bantuan alat sekop dan cangkul. Para petani pengangkar biasanya melakukan pencampuran sebagai berikut: karung tanah dicampur satu karung kompos lalu diaduk sampai rata, kegiatan ini dilakukan berulang- ulang sampai volume media tanam diperkirakan mencukup untuk mengisi polybag. Pencampuran media tanam dapat dilakukan dengan mesin pengaduk media atau mixer. Dengan alat ini petani tinggal memasukkan tanah setengah dari volume mixer dan kompos setengah dari volume mixer. Tutup kap penutup sampai rata. Sambungkan kabel mixer ke arus listrik dan media tanam akan tecampur dengan sempurna dan ada kemungkinan lebih homogen dari pada pencampuran dengan cara manual. Media yang sudah siap untuk digunakan diangkut dengan gerobak jika lokasi antar lokasi media dan tempat pembibitan berdekatan. Apabila penyiapan media berjauhan dengan tempat pembibitan, maka disarankan untuk mengangkut media dengan kendaraan roda empat. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pekerja dalam mengisi polybag. Di unduh dari : Bukupaket.com 97 Media tanam akan diisikan ke polybag. Para petani biasanya menyiapkan kotak kayu untuk memberdirikan polybag atau kaleng atau botol plastik. Polybah dibuka mulutnya dan diletakkan pada peralatan yang disebutkan. Setelah polybag berdiri pada tempatnya, maka media pembibitan disiramkan ke atas polybag terbuka sampai penuh, kemudian masing=masing polybah dirapikan dan disiram dengan air. Posisi wadah dengan polybag pembibitan pada saat mengisi polybag 2 Penanaman Penanaman dilakukan secara beraturan untuk memudahkan pemeliharaan pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pembersihan tanaman pengendalian gulma, dan pelaksanaan roguing. Jarak tanam yang digunakan dapat disesuaikan dengan jenis atau varietas tanamannya, tingkat kesuburan lahan, serta ketersediaan air dan sinar matahari. Jarak tanam yang rapat dilakukan jika kesuburan tanah mendukung dan kompetisi antar tanaman tidak sampai pada taraf yang merugikan. Jarak tanam rapat dilakukan untuk memaksimalkan sumber daya yang tersedia dalam rangka mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Setelah jarak tanam ditentukan, kebutuhan benih setiap hektar dapat ditentukan. Kebutuhan benih dipengaruhi oleh: 1. Jarak tanam atau populasi tanaman per hektar. 2. Ukuran atau bobot benih per 1.000 butir. 3. Daya tumbuh kecambah benih. Jatak tanam antar tanaman pada umunya dapat ditentukan berdasarkan kanopi dari varietas tanaman yang dibudidayakan. Ukuran atau bobot benih per 1000 gram, biasanya tertera pada kemasan label benih. Keterangan ini terdapat pada kemasan apabila benih varietas tanaman mempunyai perfomansi biji berukur kecil seperti benih kubis, sawi, wortel, tomat, cabai, bunga krisan dan lain-lain. Keterangan tentang daya tumbuh daya kecambah tertera pada label kemasan. Ketiga keterangan di atas selalu terdapat pada label benih-benih tanaman yang bersertifikat. Penghitungan kebutuhan benih sangat penting dilakukan agar penangkar dapat menyediakan benih secara tepat jumlah sehingga tidak ada kelebihan pembelian benih dan input produski benih menjadi efektif dan efisien. Kekurangan penyediaan benih akan menyebabkan ketidakseragaman penanaman sedangkan kelebihan penyediaan benih merupakan pemborosan. Perkiraan kebutuhan benih per hektar dapat dihitung dengan rumus : Di unduh dari : Bukupaket.com 98 B = 10.000 X 100p x100q X 100r X s1000 X t X 1 g Keterangan : B = Benih yang diperlukan per hektar gram p = Jarak antar barisan cm q = Jarak rumpun tanaman dalam barisan cm r = Daya kecambah benih s = Bobot 1.000 butir benih gram t = Jumlah tanaman per rumpun 3 Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman dalam budi daya meliputi pemupukan, penyiangan pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, serta pengairan dan pengelolaan air. Teknik pemeliharaan tanaman hendaknya disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman sehingga tindakan yang diberikan tepat dan efisien. a Pemupukan Pemupukan dilakukan untuk memperbaiki ketersediaan hara dalam tanah. Pada awal pertumbuhan vegetatif, kebutuhan tanaman akan hara terutama nitrogen sangat besar. Adapun pupuk fosfor P dan kalium K dibutuhkan tanaman pada fase reproduktif, terutama masa pembungaan dan pengisian benih grain filling. Dosis pupuk hendaknya disesuaikan dengan ting-kat kesuburan tanah. Selain untuk pertumbuhan tanaman, pupuk pun berpengaruh terhadap produksi dan mutu benih. Protein benih padi dapat ditingkatkan dengan pemupukan N dan bobot benih padi dapat ditingkatkan dengan pemu-pukan kalsium Ca. b Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk membebaskan lahan dari gulma dan tanaman lainnya. Gulma dan tanaman lain dapat berfungsi sebagai kompetitor dalam mendapatkan air, hara, dan energi matahari. Selain itu, gulma atau tanaman lain juga dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit tertentu atau memungkinkan terjadinya penyer-bukan silang dengan tanaman benih. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual dengan cara mencabut, mekanis menggunakan alat, dan kimiawi bahan kimia. Penggunaan bahan kimia untuk mengendalikan gulma hendaknya selektif agar tidak membahayakan tanaman yang diusahakan dan sumber plasma nuftah lainnya, serta tidak mencemari lingkungan terutama air. Pada saat penyiangan, biasanya juga dilakukan pembumbunan pendangiran untuk memperbaiki aerasi di daerah sekitar perakaran tanaman. Di unduh dari : Bukupaket.com 99 c Pengendalian hama dan penyakit Hama dan penyakit di lapang selalu ada sehingga perlu dikendalikan agar pertanian dapat mencapai produksi yang tinggi. Namun, pengendalian tersebut hendaknya dilakukan sedini mungkin dengan senantiasa memperhatikan batas ambang ekonomisnya, yakni tingkat populasi dan intensitas serangan yang membahayakan proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara preventif dan kuratif. Cara preventif pencegahan dengan membuat pertumbuhan tanaman sesehat mungkin, misalnya memberi pupuk yang seimbang dan melakukan sanitasi lingkungan. Cara kuratif adalah cara pemberantasan terhadap hama dan penyakit, seperti penggunaan pestisida, gropyokan untuk pemberantasan tikus, dan eradikasi pencabutan dan pembuangan tanaman yang terserang. Karena penggunaan bahan kimia cukup mengandung risiko maka dian-jurkan pestisida yang digunakan berbahan organik. d Pengairan, pengecekan sumber dan pengelolaan air. Kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan air bagi tanaman dalam jumlah yang tepat, sesuai dengan fase pertumbuhan dan perkembangannya. Pada tahap pertumbuhan vegetatif sampai inisiasi bunga, air diperlukan dalam jumlah banyak. Pada tahap pembungaan, air diperlukan dalam jumlah sedang. Pada tahap pembentukan dan perkembangan benih dini, air diperlukan dalam jumlah banyak dan pada tahap pemasakan benih, air tidak diperlukan lagi. Penyediaan air bagi tanaman dapat dilakukan secara teknis melalui irigasi atau secara alami dari hujan. Pada musim kemarau atau bila tidak hujan, pengairan dilakukan dengan penyiraman. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, jangan dilakukan pada siang hari karena berpengaruh buruk terhadap tanaman, yakni terjadi peningkatan laju transpirasi secara mendadak. Sebelum melakukan kegiatan produksi benih. Harus dilakukan terlebih sahulu pengecekan sumber air dan jaringan irigasi. Apabila lahan produksi berada pada lahan sawah dengan pengairan teknis, maka kondisi sumber air dan jaringan irigasi diprediksi tidak akan ada masalah. Apabila fasilitas tersebut tidak ada, maka sumber air biasanya ditampung pada drum atau bak penampungan yang dilapisi plastik yang disiapkan di sekitar lokasi budidaya. Apabila produksi benih dilakukan pada skala luas, biasanya jaringan irigasi secara teknik harus disiapkan pada saat pembuatan bedengan sakaligus dengan pebuatan saluran. Pada sistem ini saluran dapat dialiri air sehingga dapat dilakukan penyiraman dengan sistem lep. Hal yang harus diperhatikan adalah kemiringan jaringan irigasi harus diperhitungkan agar air dapat mengalir dengan baik pada semua lahan budidaya. Di unduh dari : Bukupaket.com 100 e Roguing Roguing bertujuan untuk menjaga kemurnian benih. Cara pelaksanaannya dengan mencabut tanaman yang tidak dikehendaki, seperti tanaman yang berpotensi untuk terjadinya penyerbukan silang dengan varietas tanaman yang diusahakan atau tanaman yang berpotensi menghasilkan benih campuran varietas lain. Roguing biasanya dilakukan sebelum lahan diperiksa oleh tim sertifikasi dari BPSB. Pelaksanaan roguing mengikuti waktu dan frekuensi pemeriksaan lapangan oleh petugas pengawas sertifikasi benih, yaitu saat tanaman umur 4 minggu setelah tanam, pada fase berbunga, dan menjelang panen. Jika memungkinkan, roguing dapat dilakukan setiap saat tidak hanya pada saat menjelang pemeriksaan oleh BPSB. Roguing dilaksanakan dengan mencocokkan deskripsi tanaman di lahan dengan deskripsi varietas tanaman yang diusahakan. Tanaman yang tidak sesuai dengan deskripsi tanaman yang diusahakan harus dicabut dan dimusnahkan. Roguing dilakukan dengan berjalan secara sistemik sehingga setiap tanaman dapat terlihat dan diamati. Roguing hendaknya dilakukan sepagi mungkin dan arah berjalan sebaiknya tidak menghadap matahari, karena silau akan menyulitkan pengamatan. Tanaman rogue, tanaman yang terserang hama dan penyakit, gulma-gulma berbahaya dicabut dan dimusnahkan. Melakukan roguing di lahan yang luas cukup menyulitkan. Oleh karenanya, dibutuhkan metode yang cukup representatif melalui pengacakan sampel di lapang. Ada beberapa macam pola pelaksanaan roguing lihat gambar Usulan Jalur perjalanan dalam melakukan roguing. Pola A dapat menjamah lahan pertanaman sekitar 75, pola B mampu menjamah lahan seluas 60-70, pola C cara acak dan pola D searah jarum jam memungkinkan seluruh 100 pertanaman terjamah, pola E mampu menjamah lahan sebesar 85, dan pola F hanya mampu menjamah pertanaman sebesar 60 dari luas lahan keseluruhan. Pemanenan Penanganan pascapanen dapat dilakukan dengan baik, tidak merusak benih yang masih berkadar air tinggi, maka panen pada saat benih masak fisiologis adalah pilihan yang tepat. Beberapa keuntungan panen yang dilakukan pada saat benih mencapai masak fisiologis antara lain: a. Benih belum mengalami deteriorasi kemunduran. b. Mempercepat program pemuliaan tanaman karena segera diperoleh data viabilitas dan vigor maksimum dari varietas yang dikembangkannya. Di unduh dari : Bukupaket.com 101 Gambar 4.9 . Beberapa alternatif jalur perjalanan untuk melakukan kegiatan roguing. c Menghemat waktu dan mengurangi kehilangan benih di lahan, serta. d. Perkecambahan benih di lapang dapat dihindari. Oleh karena kadar air benih pada saat masak fisiologis masih cukup tinggi 50-60 sehingga rentan terhadap kerusakan mekanik, maka panen dapat dilakukan beberapa hari setelah masak fisiologis. Waktu panen ini pun jugam mempunyai risiko. Kondisi iklim pada selang waktu antara masak fisiologis dan panen sangat berpengaruh terhadap viabilitas benih, daya kecambah, vigor, maupun daya simpan benih. Cuaca pada areal produksi yang tidak menguntungkan dapat menurunkan mutu benih yang dihasilkan. Di unduh dari : Bukupaket.com 102 f Pengolahan Benih Pengolahan benih merupakan tahap transisi antara produksi dan penyimpanan atau pemasaran benih. Tahap ini cukup menentukan karena benih dapat tidak bermanfaat jika salah dalam pengolahannya. Prinsip umum pengolahan benih adalah memproses calon benih menjadi benih dengan tetap mempertahankan mutu yang telah dicapai. Pengolahan benih tidak dapat meningkatkan mutu benih secara individual, tetapi secara populatif. Secara populatif, mutu benih dapat ditingkatkan melalui dua cara yaitu : a. Separation, yakni memisahkan benih dari sumber kontaminan seperti benih gulma, benih tanaman lain, dan kotoran benih. b. Upgrading, yakni memilah benih dari benih yang kurang bermutu, misalnya berukuran kecil atau tidak seragam. Dengan pemisahan dan pemilahan benih, akan diperoleh benih yang murni dan hidup pure life seed dengan total jumlah yang lebih rendah dari jumlah benih hasil panen. Perbandingan jumlah benih hasil pengolahan dengan jumlah calon benih hasil panen dinamakan rendemen. Nilai rendemen sangat ditentukan oleh jenis benih dan efektivitas pengolahan. Semakin efektif pengolahan yang dilakukan, semakin tinggi nilai rendemen yang berarti semakin kecil nilai kehilangan pascapanennya post harvest losses. Adapun efektivitas pengolahan ditentukan oleh alur jalur pengolahan dan penggunaan alat-alat pengolahan benih yang tepat.

d. Alur umum pengolahan benih