itu digunakan untuk mengambil uang SALAM di petugas Bank yang telah siap melayani mereka. Uang SALAM sengaja dibuat sendiri dan memang
hanya berlaku di SALAM. Hal ini dimaksudkan supaya anak tahu tentang uang sebagai hasil kesepakatan bersama juga. Setiap orang yang baru
pertama kali mengikuti Pasar Legi akan mendapatkan modal awal sebesar 5.000. Modal awal itu bisa digunakan untuk berbelanja apa saja dan
apabila ada uang sisa nanti bisa ditabung kembali. Setelah semua anak mengambil uang mereka, maka mereka sudah
boleh membeli barang dagangan yang dijual oleh teman-teman sendiri. Barang dagangan yang dijual biasanya berupa makanan yang terbuat dari
bahan lokal dan barang-barang hasil prakarya anak-anak sendiri. Walaupun daftar harga sudah terpampang jelas di depan barang dagangan
namun tawar menawar masih menjadi sumber keramaian Pasar Legi di SALAM. Soal barang dagangan Pasar Legi kadang juga disesuaikan
dengan tema yang sedang ingin diangkat. Keramaian dan antusias anak-anak dalam Pasar Legi yang diadakan
oleh SALAM dapat dilihat dari gambar 3.8 berikut ini: Gambar 3.8 Pasar Legi yang diselenggarakan oleh SALAM
Sumber: Dokumentasi pribadi
Pasar Legi adalah panggung kecil yang sengaja di buat oleh SALAM. Panggung besarnya juga ada yaitu Pasar Sehat dan Kreatif yang
diselenggarakan oleh Forum Orangtua dan Kerabat SALAM. Saya juga pernah mengikuti Pasar Sehat dan Kreatif ini sebanyak tiga kali yaitu pada
tanggal 20 juni 2014, 18 Oktober 2014, dan 18 Maret 2015. Pada pasar ini, dijual barang dagangan dari para orangtua murid, teman-teman komunitas
yang bisa berupa makanan sehat maupun barang-barang hasil kreasi sendiri. Di pasar tersebut juga ada pertunjukan-pertunjukan seni baik dari
anak-anak SALAM sendiri, orangtua SALAM, anak-anak sekolah lain maupun rekan-rekan komunitas SALAM. Pasar Sehat dan kreatif juga
sekaligus dijadikan sebagai praktik bagi anak-anak SALAM untuk mengenal dan menjalin relasi dengan teman-teman dari sekolah dan
komunitas yang lain. Keramaian dan antusias keluarga besar SALAM dan rekan
komunitas SALAM dalam menyelenggarakan Pasar Sehat dan Kreatif dapat dilihat dari gambar berikut ini:
Gambar 3.9 Pasar Sehat dan Kreatif yang diselenggarakan oleh SALAM
Sumber: Dokumentasi pribadi
c. Piket Harian
Anak-anak SALAM juga mendapatkan tanggung jawab untuk melaksanakan piket harian. Piket itu berupa membersihkan kelas,
mengambil snack, jumbo air dan mengambil serta mengambil makan siang. Biasanya setiap anak memilih tugasnya secara bergantian setiap
minggu. Pelaksanaan piket ini sebenarnya sama dengan tujuan piket di sekolah pada umumnya, yaitu untuk melatih tanggung jawab anak-anak.
Piket yang paling berkesan bagi saya adalah saat piket mengambil snack dan makan siang. Snack diambil ke dapur menjelang waktu istirahat,
setelah anak yang bertanggung jawab mengambil snack datang baru dilakukan doa untuk memakan snacknya dan setelah itu anak-anak baru
boleh istirahat. Snack yang diberikan juga merupakan makanan yang terbuat dari bahan lokal dan bebas dari bahan pengawet. Menariknya,
anak-anak di SALAM sadar bahwa masing-masing anak hanya mendapat jatah satu potong snack. Jika ia ingin makan lagi ia akan bertanya kepada
fasilitator dan teman-temannya apakah ia boleh menambah lagi atau tidak. Pola seperti ini memang sengaja diciptakan agar anak bisa lebih
bertangung jawab kepada temannya. Pak Toto mengatakan bahwa kemiskinan itu terjadi karena ada yang serakah. Oleh sebab itu, piket
diadakan untuk melatih anak-anak bisa bertanggung jawab kepada teman- temannya baik dari mulai mengambil makanan dari dapur, memastikan
makanan sampai ke kelas dalam kondisi untuh maupun ketika proses pengambilan makanan sesuai dengan porsinya masing-masing.
Piket makan siang dilaksanakan setelah waktu pelajaran selesai yaitu pada saat pukul 12.00. Ada anak yang bertanggung jawab mengambil nasi,
sayur dan lauk. Baru setelah semua makanan diambil anak-anak kembali berdoa untuk makan siang. Pengambilan urutan makan dimulai dari si
anak yang mengambil nasi, anak yang mengambil sayur, anak yang mengambil lauk baru disusul oleh teman-teman lainnya dan fasilitator.
Pada saat pengambilan makanan, anak-anak berusaha menyesuaikan ukuran mereka apakah nanti makanannya cukup untuk teman yang lain.
Pola seperti ini mungkin sebenarnya kurang lebih sama dengan sistem makan di asrama. Setelah makan siang, anak-anak mencuci piring dan
gelas yang mereka gunakan. Biasanya mereka sudah langsung mengantri di belakang temannya yang sedang menggunakan tempat cucian. Anak-
anak juga yang mengembalikan wadah sisa nasi, sayur, lauk dan snack pada hari itu. Fasilitator pun ikut mendapat tanggung jawab pada
pelaksanaan piket harian tersebut. Gambar 3.10 Anak-anak SALAM mengantri untuk cuci tangan
Sumber: Dokumentasi pribadi
d. Bank Sampah
SALAM juga mengadakan Bank Sampah sebagai wahana praktik anak-anak untuk terlibat menjaga lingkungan di sekitarnya. Setiap hari
Rabu, anak-anak membawa barang-barang bekas seperti koran, kertas, dan botol-botol ke sekolah. Bank Sampah ini diurus oleh perwakilan dari
Forum Orangtua bekerja sama dengan fasilitator. Untuk harga barang, SALAM mempunyai daftar harga yang disesuaikan dengan harga pasaran.
Barang-barang bekas yang dibawa oleh anak-anak kemudian didata dan dihitung nominalnya. Namun, anak-anak tidak langsung mendapat uang
pembayaran tunai tetapi dimasukkan ke dalam buku tabungan mereka yang nanti akan dibagikan pada saat akhir kelas 6, yaitu saat mereka lulus
dari SALAM. Bank Sampah yang diadakan oleh SALAM ini memang tidak sampai
pada pengolahan barang-barang bekas menjadi produk daur ulang yang bisa dijual kembali. Bank Sampah lebih digunakan untuk mengajak anak-
anak ikut ambil bagian dalam menjaga lingkungan yaitu dimulai dengan bertanggungjawab pada pengelolaan sampah mereka sendiri dan sampah
yang ada di lingkungan rumah mereka.
e. Home Visit
Home visit atau kunjungan rumah menjadi momen bersama antara anak-anak dan juga para orangtuanya. Biasanya home visit dilakukan
sebulan sekali secara bergantian. Anak-anak bersama orangtuanya datang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI