2. Kegiatan-kegiatan Lain yang Digunakan sebagai Praktik Pendidikan Etika di SALAM
a. Kesepakatan kelas
Kesepakatan merupakan kata yang penting dalam dinamika pendidikan SALAM. Kesepakatan dipakai selama proses pembelajaran
baik sejak perencanaan riset, pelaksanaan, maupun ketika pengolahan data hasil riset di kelas. Selain itu, kesepakatan dipakai sebagai jalan untuk
membuat semacam aturan di kelas atau juga ketika menyelesaikan beberapa masalah yang terjadi di antara anak-anak. Kesepakatan dijadikan
ajang dialog di antara anak-anak, anak dengan fasilitator, sesama fasilitator maupun fasilitator dengan orangtua.
Pada hari pertama masuk sekolah, yaitu hari Senin, 7 Juli 2014 kami para fasilitator bersama dengan anak-anak membuat kesepakatan kelas
berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar dan aturan di kelas. Anak- anak diminta menjabarkan semboyan SALAM “jaga diri, jaga teman, jaga
lingkungan” ke dalam beberapa tindakan nyata yang perlu mereka lakukan. Masing-masing anak kemudian menuliskan usul mereka di papan
tulis. Beberapa contoh usul anak adalah sebagai berikut: Usul Bayu: tidak boleh mengganggu kelas sebelah kelas 6
Usul Rafa: tidak boleh merusak kelas Usul Abram: tidak boleh mengganggu teman
Usul Edward: tidak boleh berkata kasar Usul Oka: tidak boleh datang terlambat
Melihat usul-usul tersebut, Mbak Hepi mengatakan kepada saya bahwa dalam pikiran anak-anak, aturan itu bernada negatif dan berupa
batasan-batasan yang harus dipatuhi. Hal semacam inilah yang perlu di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diskusikan kembali dengan anak-anak. Mbak Hepi lalu mengajak anak- anak untuk menyusun kembali usulan-usulan anak-anak tersebut pada
ungkapan yang lebih menggambarkan kesadaran dan tanggung jawab mereka. Lalu, kesepakatan yang berhasil dibuat adalah:
Belajar dengan tenang ketika di kelas Bekerja sama dengan teman dan fasilitator
Menjaga barang-barang yang ada di kelas Usil pada waktu dan tempatnya
Sampai kelas paling lambat jam 8.30, kalau terlambat akan membuat karya untuk hiasan kelas
Kesepakatan ini juga dipakai dalam menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara anak-anak. Jika ada perselisihan atau pertengkaran yang
terjadi, fasilitator
dan anak-anak
kemudian berkumpul
untuk mendiskusikan peristiwa yang terjadi di antara mereka. Peristiwa yang
terjadi inilah yang dipakai untuk berdiskusi dengan anak-anak karena mereka yang mengalami peristiwa perselisihan itu sendiri. Sesuai dengan
pernyataan Pak Toto bahwa peristiwa yang terjadi justru dipakai oleh fasilitator untuk mengingatkan soal tanggung jawab yang harus dipenuhi
oleh anak-anak. Kalau tidak ada peristiwa yang terjadi maka fasilitator tidak akan memberi wejangan atau nasihat karena soal tanggung jawab itu
bukan soal hapalan. Pada saat proses belajar dan memperkenalkan pengetahuan kepada
anak-anak, kata kesepakatan juga sering muncul. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak bahwa ilmu
pengetahuan yang sedang dipelajari bersama itu adalah hasil kesepakatan antara para penemunya dan masyarakat yang menyakininya. Jadi anak-
anak dimungkinkan akan adanya kenyataan atau kesepakatan lain yang bisa mereka temukan.
b. Pasar Tradisional SALAM
SALAM menyelenggarakan Pasar Tradisional SALAM setiap 35 hari sekali, yaitu pada hari Senin Legi. Pasar Tradisional ini juga sering
disebut dengan Pasar Legi. Pak Toto menjelaskan tujuan dari
diselenggarakannya Pasar Legi di SALAM sebagai berikut:
32
Pasar tersebut dimaksudkan sebagai sarana pembelajaran agar anak secara otentik memahami struktur pasar dan bagaimana
relasi antar fungsi dalam salah satu kehidupan nyata ekonomi- disamping sebagai media sekolah untuk melihat kecenderungan
anak.
Pasar Legi sengaja diadakan untuk memperkenalkan pasar tradisional kepada anak-anak beserta dinamika yang berlangsung di
dalamnya. Tujuan SALAM ini berangkat dari kegelisahan akan realita bahwa saat ini kebanyakan anak-anak menjauhi pasar tradisional dan lebih
senang berbelanja di supermarket atau mall. Selain bertujuan untuk memperkenalkan pasar tradisional, Pasar
Legi digunakan sebagai media untuk melihat kecenderungan anak-anaknya misalnya soal kepekaan menghitung, kecenderungan menjadi penjual,
pembeli, petugas keamanan dan kebersihan atau perantara dalam proses jual beli. Dari situ juga dapat dilihat kemampuan anak dalam
32
Ibid, hlm. 147.