mahasiswa keperawatan tahun kedua terdapat 70,8 yang memiliki gaya belajar multimodal dan hanya 29,2 yang merupakan unimodal.
4.2.2 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa dalam Pembelajaran Problem Based Learning berbasis Quantum Learning untuk tiap Gaya
Belajar
Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran Problem Based Learning berbasis Quantum Learning untuk tiap gaya belajar dengan tingkat
kemampuan pemecahan masalah yang berbeda dapat dideskripsikan dan dibahas sebagai berikut.
4.2.2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah untuk Gaya Belajar Visual
Pada penelitian ini, subjek wawancara untuk kemampuan pemecahan masalah tipe visual dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi adalah F-16
dan F-36, sedang adalah F-05 dan F-17 dan rendah adalah F-24 dan F-01. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa siswa tipe visual dengan
kemampuan pemecahan masalah tinggi dan sedang mampu memecahkan masalah melalui empat tahap pemecahan Polya, namun untuk siswa visual dengan
kemampuan pemecahan masalah rendah hanya mampu melaksanakan tiga dari empat tahap pemecahan Polya.
Pada tahap memahami masalah, siswa tipe visual dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi, sedang, dan rendah mampu mengetahui apa saja yang
diketahui dan ditanyakan pada masalah dan mampu menjelaskan masalah sesuai dengan kalimat dan bahasa sendiri. Boneva Mihova 2011 menyatakan bahwa
orang-orang visual memiliki karakteristik salah satunya teliti terhadap detail. Hal ini berarti bahwa siswa visual teliti terhadap apa yang dikerjakan sehingga dalam
mengerjakan permasalahan siswa visual memungkinkan memahami konsep yang dituliskan dengan menuliskan kembali apa yang diketahui dan ditanyakan. Selain
itu, siswa visual dengan kemampuan pemecahan masalah sedang yaitu F-17 juga mampu menuliskan apa yang diketahui menggunakan gambar. Hal ini seperti
yang dikemukakan Shafie et al. 2009 yaitu salah satu media untuk mengkomunikasikan informasi dari siswa dengan gaya belajar visual adalah
menggunakan gambar. Dalam pembelajaran Problem Based Learning berbasis Quantum Learning, siswa dibiasakan menonton video pembelajaran pada awal
pembelajaran. Pemberian video ini dapat mengembangkan daya imajinasi siswa yang abstrak sehingga memungkinkan siswa dengan gaya belajar yang menyerap
infomasi melalui indra penglihatan mampu menggambar informasi yang diketahui. Seperti yang dikatakan Sanjaya 2008 salah satu manfaat video
pembelajaran adalah dapat melatih siswa untuk mengembangkan daya imajinasi. Pada tahap menyusun rencana, siswa tipe visual dengan kemampuan
pemecahan masalah tinggi dan sedang mampu menggambar diagram pohon, mengidentifikasi sub-tujuan dan mengurutkan informasi. Hal ini seperti yang
dikatakan Boneva Mihova 2011 salah satu ciri siswa dengan gaya belajar visual adalah
p
erencana yang baik sehingga memungkinkan siswa dengan gaya belajar visual mampu membuat rencana pnyelesaian dengan baik. Selain itu,
dengan pembelajaran Problem Based Learning berbasis Quantum Learning yaitu pada fase membimbing penyelidikan individu dan kelompok, siswa dibantu
dengan guru dibiasakan untuk memecahkan masalah menggunakan tahapan Polya yaitu termasuk dibiasakan untuk membuat rencana penyelesaian sehingga
memungkinkan siswa dengan gaya belajar visual mampu untuk membuat rencana penyelesaian dengan tepat.
Siswa visual dengan kemampuan pemecahan masalah rendah hanya mampu mengidentifikasi sub-tujuan dan mengurutkan informasi. Siswa visual dengan
kemampuan pemecahan masalah rendah belum mampu menggambar diagram pohon dengan benar. Hal ini disebabkan karena kedua siswa kurang teliti dalam
membuat diagram. Pada kasus tertentu, siswa visual dengan kemampuan pemecahan masalah rendah yaitu F-01 juga masih mengalami kesulitan dalam
mengidentifikasi sub-tujuan. Hal ini disebabkan karena konsep peluang F-01 yang masih lemah.
Pada tahap melaksanakan rencana, siswa visual dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi dan sedang mampu melaksanakan semua strategi
selama proses dan perhitungan yang berlangsung. Untuk siswa visual dengan kemampuan pemecahan masalah rendah belum mampu melaksanakan semua
strategi selama proses dan perhitungan berlangsung. Hal ini disebabkan karena kedua subjek salah dalam memilih strategi penyelesaian seperti yang dilakukan
pada soal nomor 2 sehingga kedua subjek belum mampu melaksanakan rencana dan menentukan hasil akhir dengan benar. Selain itu, pada soal nomor 1 dan 3
kedua subjek belum mampu menentukan ruang sampel dengan tepat karena masih terdapat kesalahan ketika menggambar diagram pohon. Hal ini mengakibatkan
kesalahan dalam menentukan ruang sampel dan hasil akhir yang didapat.
Pada kasus tertentu, siswa visual dengan kemampuan pemecahan masalah sedang juga belum mampu melaksanakan rencana dengan baik seperti yang
dilakukan kedua subjek ketika mengerjakan soal nomor 2. Kedua subjek belum mampu mengidentifikasi sub-tujuan ketika membuat rencana sehingga kedua
subjek mengalami kesulitan ketika melaksanakan rencana. Pada tahap melihat kembali, siswa visual dengan kemampuan pemecahan
masalah tinggi, sedang, dan rendah mampu melihat kembali dengan mengecek semua informasi yang telah teridentifikasi dan mengecek perhitungan yang telibat
dengan cara membaca dari awal dan mengeceknya satu per satu. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Deporter dan Hernacki 2013 salah satu ciri siswa visual
adalah siswa yang teliti sehingga memungkinkan siswa visual untuk mengecek kembali informasi yang telah teridentifikasi dan perhitungan yang terlibat. Namun
pada kasus tertentu, siswa visual dengan kemampuan pemecahan masalah tinggi tidak semuanya mengecek perhitungan yang terlibat seperti yang dilakukan F-16.
Hal ini dikarenakan F-16 merasa yakin jawabannya sudah benar dan merasa waktu yang diberikan tidak cukup sehingga F-16 tidak mengecek kembali
jawaban. Pada kasus tertentu, siswa visual dengan kemampuan pemecahan masalah
sedang juga tidak mengecek jawabannya seperti yang dilakukan F-05. F-05 tidak mengecek semua jawaban soal nomor 1, 2, dan 3. F-05 tidak memeriksa kembali
jawabannya karena waktu yang dirasa tidak mencukupi dan merasa tidak yakin akan jawabannya sehingga menurutnya perlu mengecek kembali jawaban. Sama
seperti siswa visual dengan kemampuan tinggi dan sedang, siswa visual dengan
kemampuan pemecahan masalah rendah pada kasus tertentu juga tidak mengecek
kembali jawabannya seperti pada masalah 1 dan 2. Kedua subjek tidak terbiasa mengecek kembali jawaban dan waktu yang dirasa tidak mencukupi. Hal ini
seperti yang dikatakan In’am 2014 yang menyatakan bahwa mayoritas siswa tidak melakukan langkah melihat kembali dengan alasan tidak cukup waktu untuk
melakukannya.
4.2.2.2 Kemampuan Pemecahan Masalah untuk Gaya Belajar Auditorial