116
b. Siklus Kedua
Selama proses pembelajaran siklus kedua pada tanggal 24 Mei 2013, tim peneliti melakukan pengamatan terhadap sikap dan perilaku
siswa selama mengikuti pembelajaran. Ketika pembelajaran dimulai siswa terlihat lebih termotivasi dan antusias mengikuti pembelajaran
inquiry dibandingkan dengan siklus sebelumnya, hal ini terlihat pada peningkatan nilai afektif siswa baik penerimaan, partisipasi, penilaian,
organisasi maupun karakterisasi yang diperoleh siswa berdasarkan pengamatan tim peneliti. Dibawah ini disajikan hasil penskoran afektif
siswa.
Gambar 8. Grafik Kategori Pengamatan Afektif Siklus II Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa hampir seluruh
siswa berada pada kategori baik. Prosentase pada kategori baik sebesar 97,1 atau 28 siswa, kategori cukup dengan prosentase 2,9
atau 1 siswa, dan tidak ada siswa yang mendapat skor afektif pada kategori kurang.
50
Baik Cukup
Kurang 34
1
Grafik Kategori Pengamatan Afektif Siklus II
Siklus 2
117 Sedangkan untuk keterampilan berpikir dan perilaku siswa
selama proses pembelajaran disajikan hasil penskoran berdasarkan pengamatan psikomotor dibawah ini.
Gambar 9. Grafik Kategori Pengamatan Psikomotor Siklus II Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa seluruh siswa
atau 100 siswa ada pada kategori baik, dan tidak ada siswa yang mendapat skor psikomotor pada kategori cukup maupun kurang.
Sedangkan data untuk ranah kognitif yang diperoleh setelah melakukan evaluasi tes, prosentase ketuntasan siswa sebesar 94,2
atau 33 siswa, dan 5,71 atau 2 siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Gambar 10. Grafik Kategori Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus II
20 40
Baik Cukup
Kurang 35
Grafik Kategori Pengamatan Psikomotor Siklus II
Siklus 2
50
Tuntas Belum tuntas
33 2
Grafik Kategori Hasil Belajar Siswa Ranah Kognitif Siklus II
Siklus 2
118 Berdasarkan hasil pengamatan mengenai ranah afektif dan
psikomotor serta pengukuran ranah kognitif siswa peneliti menentukan nilai akhir siswa dengan prosentase 60 untuk ranah
kognitif, 30 untuk ranah psikomotor dan 10 untuk ranah afektif.
Gambar 11. Grafik Ketuntasan Kompetensi Siswa Siklus II Sesuai dengan pengamatan yang dilakukan siklus belajar kedua
menggunakan metode inquiry mengalami peningkatan sesuai yang diharapkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai kompetensi siswa
yang menunjukkan peningkatan secara signifikan pada tiap siklus belajar. Prosentase ketuntasan siswa pada siklus kedua mengalami
peningkatan dari siklus pertama yang hanya 74,29 menjadi 94,3 pada siklus kedua. Nilai rata-rata siswa pada siklus II sebesar 84 yang
mengalami kenaikan 7,4 dari nilai rata-rata siklus I yang hanya sebesar 76,6.
Dengan adanya peningkatan kompetensi siswa yang mencapai 94,3, dapat disimpulkan bahwa peningkatan kompetensi pada siklus
kedua ini sudah sesuai dengan prosentase pencapaian sebesar 75 yang ingin dicapai peneliti. Sedangkan untuk prosentase ketercapaian
50
Tuntas Belum Tuntas
26 9
33 2
Grafik Ketuntasan Kompetensi Siswa Siklus II
Siklus 1 Siklus 2
119 proses pembelajaran pada siklus kedua menggunakan metode inquiry
mengalami peningkatan sesuai yang diharapkan. Peningkatan ketercapaian pembelajaran disajikan dalam grafik sebagai berikut.
Gambar 12. Grafik Prosentase Peningkatan Proses Pembelajaran Kewirausahaan dengan Metode Inquiry
Prosentase ketercapaian proses pembelajaran naik 36 dari sebelumnya hanya 53 menjadi 89. Hal ini berarti pencapaian
prosentase pada siklus kedua berada pada kategori baik atau optimal dan sudah mencapai kriteria pencapaian proses pembelajaran sebesar
75. Berdasarkan bukti empirik diatas, tim peneliti kemudian menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry pada
siklus kedua dinyatakan berhasil. Berdasarkan kesimpulan tersebut tim peneliti memutuskan bahwa penelitian ini tidak dilanjutkan pada
siklus berikutnya.
50 100
53 89
Prosentase Peningkatan Proses Pembelajaran Kewirausahaan dengan Metode Inquiry
Siklus I Siklus II
120
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Penerapan Metode Inquiry Pada Pembelajaran Kewirausahaan
Berdasarkan hasil data yang diperoleh tim peneliti yang terdiri dari peneliti, teman sejawat dan guru kewirausahaan di SMK Negeri 2 Godean
merencanakan tindakan melalui penerapan metode inquiry pada siklus pertama dan kedua. Pembelajaran inquiry menurut sintak yaitu fokus
inquiry, guru mengajukan pertanyaan tentang kenyataanfakta, siswa merumuskan suatu hipotesis untuk menjawab pertanyaan, siswa
mengumpulkan informasi yang relevan, siswa merumuskan suatu jawaban terhadap pertanyaan pokok dan menyatakan jawaban sebagai suatu
hipotesis fakta. Sajian materi disampaikan dengan handout mengenai aspek pemasaran dalam pegelolaan usaha. Proses pembelajaran
dilaksanakan sebanyak dua siklus yang dimulai dari pra siklus sebelum menggunakan metode inquiry kemudian siklus yang menggunakan
metode inquiry. Pada siklus pertama guru membagi siswa menjadi 6 kelompok yang
terdiri dari 5-6 siswa berdasarkan perolehan nilai pra siklus, siswa menentukan peran masing-masing anggota yang terdiri dari ketua,
sekretaris, moderator dan sisanya sebagai anggota. Guru membagikan handout kepada siswa, guru mengajukan pertanyaan yang mengacu pada
permasalahan kepada siswa, siswa menjawab dengan berbagai asumsi mereka, guru membagikan lembar kerja kepada siswa, guru menjelaskan
pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam pemecahan masalah,