Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia saat ini masih diwarnai tingkat pengangguran yang semakin tinggi. Jumlah pengangguran usia muda di Indonesia mencapai 19,9 persen dengan rincian 50 adalah lulusan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, 30 lulusan SMASMK, dan 20 lulusan perguruan tinggi. Jumlah pengangguran yang tinggi dimungkinkan karena kompetensi yang dimiliki oleh SDM Indonesia masih rendah atau karena peluang kerja yang memang tidak cukup untuk menampung semua lulusan tenaga kerja yang dihasilkan oleh sekolah dan perguruan tinggi. Untuk mengatasi persoalan tersebut, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia ialah dengan meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan, menanamkan jiwa wirausaha di setiap jenjang dan tingkat pendidikan, serta berusaha memperluas lapangan kerja dengan memperbanyak pendirian sekolah menengah kejuruan. Pendidikan merupakan wacana yang selalu mengalami perubahan dan selalu menghasilkan komponen-komponen pendukung pembelajaran baru dalam pengembangan kualitas kependidikan. Sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, kini mulai muncul model, metode, media, dan strategi pembelajaran yang inovatif. Dalam proses 2 pembelajaran, interaksi yang baik antara pendidik dan siswa diperlukan untuk menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang baik pula. Berdasarkan observasi pada pembelajaran kewirausahaan di SMK N 2 Godean, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional dengan menerapkan metode ceramah. Model konvensional ini hanya menerapkan kegiatan mengajar satu arah yaitu pembelajaran hanya berpusat pada guru, siswa bertindak sebagai obyek pembelajaran yang mendengarkan secara pasif materi yang diberikan oleh guru. Pada akhir pembelajaran ketika guru memberi kesempatan untuk bertanya, perserta didik cenderung diam, hanya beberapa siswa saja yang biasa bertanya. Hal ini memperkuat bahwa pembelajaran konvensional yang diguakan oleh guru, kurang mampu menumbuhkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Akibatnya, siswa mengikuti pembelajaran hanya sebagai suatu rutinitas dengan hasil belajar berupa penguasaan secara teori hingga masa pembelajaran berakhir, bukan pemahaman konsep yang secara nyata bisa diterapkan ketika mereka harus menghadapi dunia kerja. Karakteristik siswa tentu berbeda-beda, namun proses belajar pada hakikatnya merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan reinforcement, sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman. Dari proses pembelajaran inilah siswa harus bisa mengaplikasikan pelajaran yang diperoleh kedalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara kepada beberapa siswa, proses pembelajaran klasikal tidak jarang membuat siswa merasa jenuh dan bosan, 3 terlebih pada pembelajaran teori seperti pembelajaran kewirausahaan. Kondisi emosional siswa seperti ini menyebabkan gairah belajar menurun dan daya berpikir siswa tidak optimal, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa cenderung rendah. Berdasarkan transkip nilai siswa kelas XI, nilai siswa yang dianggap kompeten sekitar 45 dan sisanya masih dibawah kriteria ketuntasan minimal. Menurut beberapa pendapat ahli pembelajaran dianggap berhasil jika 75 dari siswa mencapai nilai ketuntasan minimal. Dengan demikian prosentase nilai kompetensi yang dicapai siswa menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran kewirausahaan di kelas XI Busana 3 ini kurang berhasil. Beranjak dari permasalahan tersebut, perlu diadakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi siswa dengan penggunaan model atau metode yang lebih variatif. Pada hakikatnya tidak ada satupun model atau metode belajar yang paling baik digunakan. Pemilihan metode mengajar harus mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik materi dan kondisi siswa tanpa mengabaikan efektivitas dan efisiensinya. Peneliti memilih metode inquiry yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sehingga siswa dapat aktif dan membentuk self concept dari dalam dirinya. Metode inquiry memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan sesuatu melalui partisipasinya dalam suatu kegiatan untuk kemudian disesuaikan dengan materi pelajaran yang diperoleh, dengan demikian pembelajaran melalui penemuan tersebut lebih tertanam pada mindset siswa daripada hanya mendengarkan saja. Untuk itu peneliti memilih judul 4 Peningkatan Kompetensi Menganalisis Aspek-Aspek Pengelolaan Usaha dengan Metode Inquiry Pada Pembelajaran Kewirausahaan Siswa Kelas XI di SMK N 2 Godean.

B. Identifikasi Masalah