Konsep Metode Jigsaw Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

tergantung pada kemampuan mereka untuk memastikan bahwa semua orang sudah memegang ide kuncinya. 11 Proses pembelajaran dengan menggunakan model ini tidak akan mampu mencapai tujuan yang diinginkan jika siswa tidak berperan aktif dalam prosesnya. Setiap tahapan dalam model pembelajaran kooperatif membutuhkan kecerdasan siswa dalam berkomunikasi dan mencari informasi. Pemahaman siswa akan terbangun melalui komunikasi yang dilakukan dengan siswa lainnya. Dalam model pembelajaran ini, siswa dituntut untuk memahami informasi yang bersifat kompleks. Bahkan siswa diminta untuk menganalisa informasi yang didapatkannya. Menurut Slavin sebagaimana dikutip oleh Rusman, pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan siswa untuk melakukan pertukaran ide dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme. 12 Pertukaran ide di antara siswa akan meningkatkan kualitas pemahaman siswa. Tingkat analisis siswa pun dapat meningkat dengan adanya pertukaran ide. Siswa akan mendapatkan sudut pandang yang berbeda terhadap suatu masalah ketika berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok- kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen dalam hal kemampuan, jenis kelamin, sukuras dan satu sama lain saling membantu. 13 Kelompok siswa yang bersifat heterogen akan memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. 11 Robert E. Slavin, Cooperative Learning. Teori, Riset, dan Prak tik , Terj. dari Cooperative Learning: theory, research and practice oleh Narulita Yusron, Bandung: Nusa Media, 2015, Cet. 15, h. 4. 12 Rusman, op.cit., h. 201. 13 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurik ulum Tingk at Satuan Pendidik an KTSP , Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, h. 56.

b. Karakteristik Metode Jigsaw

Metode Jigsaw merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Sehingga karakteristiknya adalah turunan dari karakteristik pembelajaran kooperatif. Adapun karakteristik metode Jigsaw yang diturunkan dari model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut. 1 Pembelajaran secara tim Metode Jigsaw dalam praktiknya di dalam kelas dilakukan secara tim. Tim inilah yang akan menjadi sarana bagi setiap siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, setiap tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2 Kemauan untuk bekerja sama Keberhasilan metode ini sangat ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran menggunakan metode ini tidak akan mencapai hasil yang optimal. 3 Keterampilan bekerja sama Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. 14 4 Tanggung jawab individual Setiap siswa memiliki tanggung jawab masing-masing dalam mempelajari suatu materi. Karena setiap siswa akan mempelajari tentang suatu materi pada saat berada di dalam tim ahli kemudian mengajarkan teman-temannya pada saat berada di dalam tim induk. Jika ada salah satu siswa di dalam tim induk yang kurang menguasai materi, maka anggota kelompok lainnya akan kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari. Ini akan berakibat fatal bagi tim induk tersebut. 14 Rusman, op.cit., h. 207. 5 Spesialisasi tugas Setiap anggota tim induk akan memiliki tugas yang berbeda-beda. Sehingga setiap anggota memiliki peran penting dalam membangun pemahaman siswa lainnya dalam tim induk. 15

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Jigsaw

Sebagai bagian dari model pembelajaran kooperatif, metode Jigsaw memiliki kemiripan dengan kelebihan yang dimilikinya. Berikut ini adalah kelebihan dari metode Jigsaw yang tidak terlepas dari kelebihan dalam model pembelajaran kooperatif. 1 Memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman yang diperoleh siswa saat belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu pandangan kelompok. 2 Melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir thinking skill maupun keterampilan sosial social skill. 3 Siswa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar karena didorong dan didukung oleh rekan sebaya. 4 Siswa memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan kemampuan akademik dan dapat meraih keberhasilan dalam belajar. 5 Belajar secara berkelompok akan menimbulkan persahabatan yang akrab di antara siswa. 6 Saling ketergantungan positif. 16 7 Siswa tidak terlalu bergantung kepada guru. 8 Dapat membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 9 Dapat menguji ide dan pemahamannya sendiri serta dapat menerima umpan balik dari siswa lainnya. 17 15 Robert E. Slavin, op.cit., h. 28. 16 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, op.cit., h. 291. Selanjutnya, ada beberapa hal yang menjadi kekurangan dari metode Jigsaw. Berikut ini adalah kekurangan dari metode Jigsaw yang sangat berkaitan dengan kekurangan dalam pembelajaran kooperatif. 1 Proses pembelajaran memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran, dan waktu. 2 Membutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai. 3 Saat diskusi berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang dibahas meluas. Sehingga waktu yang digunakan tidak efektif untuk menggali masalah yang seharusnya dipelajari. 4 Saat berdiskusi di kelas, terkadang didominasi oleh sebagian anggota kelompok saja. Hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif. 18

d. Prosedur Penerapan Metode Jigsaw

Penerapan metode Jigsaw memerlukan beberapa persiapan dan langkah- langkah dalam pelaksanaannya. Langkah-langkahnya sebagai berikut. 1 Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang; 2 Setiap orang dalam tim diberikan materi dan tugas yang berbeda; 3 Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru kelompok ahli; 4 Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai; 5 Setiap tim ahli mempresentasikan diskusi; 6 Pembahasan; 7 Penutup. 19 17 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidik an , Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, h. 249-250. 18 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, op.cit., h. 292. 19 Rusman, op.cit., h. 218. Gambar 2.1 Illustrasi Kelompok Jigsaw Illustrasi gambar di atas menggambarkan cara pembagian tim induk dan tim ahli. Langkah pertama, membuat tim induk dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Langkah kedua, membagikan materi yang berbeda- beda kepada setiap siswa dalam tim induk sehingga setiap siswa di dalam tim induk mendapatkan materi yang berbeda-beda dalam illustrasi pembagian materi digambarkan dengan angka 1-4, artinya ada siswa yang mendapatkan materi nomor 1, nomor 2, nomor 3, dan nomor 4. Langkah ketiga, membuat tim ahli dengan cara mengumpulkan setiap siswa yang memiliki nomor materi yang sama ke dalam satu kelompok dalam illustrasi pada bagian tim ahli ada kelompok yang seluruh anggotanya mendapatkan materi nomor 1, nomor 2, nomor 3, dan nomor 4. Langkah keempat, setelah setiap siswa berdiskusi di dalam tim ahli untuk memahami materinya masing-masing, kemudian setiap siswa di dalam tim ahli kembali ke dalam tim induk yang telah ditentukan sebelumnya. 2. Konsep Pemahaman dalam Belajar Aspek penting dalam proses belajar mengajar adalah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan dari proses belajar mengajar yaitu agar siswa dapat memahami sesuatu berkat proses belajar yang dilaksanakan. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 1 1 1 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 Tim Induk Tim Ahli