Prosedur Penerapan Metode Jigsaw

yang berikutnya atau membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok. c. Pemahaman ekstrapolasi. Pemahaman ekstrapolasi merupakan tingkat tertinggi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat sesuatu dibalik yang tersirat, membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsinya dalam arti waktu, dimensi, kasus, dan masalahnya. 23

3. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

a. Pendidikan Agama Islam di Sekolah

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengenalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional. 24 Abd. Halim Soebahar berpendapat bahwa Pendidikan Agama Islam dapat dipahami juga sebagai pendidikan yang islami. Karakteristik yang sangat menonjol dari Pendidikan Agama Islam adalah prinsip pokoknya: “prinsip tauhid”, yaitu prinsip di mana segalanya berasal dan berakhir. Sehingga prinsip ini menjadi dasar bagi pengembangan teori dan praktik pendidikan Islam secara formal, informal, dan nonformal. 25 Pendidikan Agama Islam di sekolah dapat dipahami sebagai suatu program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran. Mata pelajaran ini ditujukan untuk menghasilkan para siswa dan mahasiswa yang memiliki jiwa agama dan taat menjalankan perintah agamanya. 26 23 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010, h. 24. 24 Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013, h. 19. 25 Abd. Halim Soebahar, Kebijak an Pendidik an Islam: dari Ordonansi Guru sampai UU SISDIKNAS, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013, h. 1. 26 Remiswal dan Rezki Amelia, Format Pengembangan Strategi PAIKEM Dalam Pembelajaran Agama Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, h. 8. Definisi-definisi yang telah disebutkan di atas sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1 dan 2 menjelaskan tentang definisi pendidikan agama dan keagamaan secara umum yang berbunyi: 1 Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanaya, yang dilaksanakan sekurang- kurangnya melalui mata pelajarankuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. 2 Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama danatau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya. 27 Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam PAI adalah salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Hal ini berdasarkan Undang-undang SISDIKNAS tahun 2003 pasal 37 ayat 1 menjelaskan bahwa “pendidikan agama harus dilaksanakan mulai tingkat sekolah dasar sampai menengah ”. Kemudian ayat 2 pada pasal ini menjelaskan bahwa “pendidikan agama juga harus dilaksanakan pada tingkat pendidikan tinggi ”. 28 Peraturan tentang kewajiban menyelenggarakan pendidikan agama dijelaskan juga dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 pasal 3 ayat 1 yang berbunyi; “Setiap satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan wajib menyelenggarakan pendidikan agama.” 29 Adapun fungsi dari pendidikan dalam UU SISDIKNAS Tahun 2003 Pasal 30, Ayat 2 berbunyi, “Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya danatau menjadi ahli ilmu agama.” 30 Hal ini juga dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 pasal 2 27 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 1, Ayat 1 dan 2. 28 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 31 Ayat 1. 29 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Pasal 3 Ayat 1. 30 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, h. 11. ayat 1 tentang fungsi Pendidikan Agam a yang berbunyi, “Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan atarumat beragama. ” 31 Tujuan diwajibkannnya pendidikan agama dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah RI tahun 2007 pasal 2 ayat 2 yang berbunyi, “Pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. ” 32 Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi tujuh unsur pokok, yaitu: 1 Keimanan 2 Ibadah 3 Al-Qur’an 4 Akhlaq 5 Muamalah 6 Syari’ah 7 Tarikh 33 Ruang lingkup pengajaran agama di sekolah menengah pertama SMP meliputi: 1 Keimanan itikad 2 Ibadah fiqh 3 Akhlak 4 Sejarah Islam 5 Ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis 6 Islam dan kemasyarakatan. 34 31 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Pasal 2 Ayat 1. 32 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, Pasal 2 Ayat 2. 33 Vitria Alviani, “Pengaruh Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual CTL Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Study Kasus di SMPN 2 Tangerang Selatan ”, Sk ripsi pada Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta, Jakarta, 2010, h. 31, tidak dipublikasikan.

b. Materi Zakat di Sekolah

Materi zakat adalah bagian dari materi fiqh. Materi fiqh termasuk ke dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Materi zakat mulai dipelajari di tingkat Sekolah Dasar SD pada kelas VI. Pada tingkat tersebut, siswa mempelajari tentang macam-macam zakat. Kemudian pembahasannya lebih dititik beratkan tentang zakat fitrah, khususnya tentang ketentuan-ketentuan di dalam zakat fitrah. 35 Materi zakat kembali dipelajari pada tingkat Sekolah Menengah Pertama SMP di kelas VIII. Pada tingkat ini, pembelajaran tentang zakat lebih diperdalam lagi. Pembehasan tidak hanya berkisar tentang zakat fitrah yang sebelumnya sudah dipelajari di kelas VI SD. Pembahasan mulai meluas sampai pada ketentuan-ketentuan zakat mal dan perbedaan antara zakat fitrah dan zakat mal. 36 Pada tingkat Sekolah Menengah Atas SMA materi zakat kembali dipelajari. Materi ini dipelajari siswa kelas X. Pada tingkat ini, siswa mempelajari tentang undang-undang yang berhubungan dengan zakat, haji, dan wakaf. Siswa mempelajari cara mengelola zakat, haji, dan wakaf berdasarkan undang-undang negara Republik Indonesia.

c. Pembelajaran Zakat di SMP

Sebagaimana telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, bahwa pembelajaran materi zakat di SMP membahas tentang ketentuan-ketentuan di dalam zakat fitrah dan zakat mal. Materi ini diawalai dengan mempelajari tentang kedudukan zakat di dalam Islam dan pengertian zakat. Kemudian dilanjutkan dengan mempelajari ketentuan-ketentuan dalam zakat fitrah. Ketentuan-ketentuan dalam zakat fitrah ini berkenaan dengan hukum, jenis, kadar, waktu pemberian, 34 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidik an Agama, Jakrta: PT Hidakarya Agung, 1992, h. 71. 35 Zaenal Mustopa dan Nandang, Koswara, Pendidik an Agama Islam untuk SD Kelas VI, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011, h. 113-122. 36 Arkanuddin dan Septi Muslimah, Pendidik an Agama Islam untuk SMP Kelas VIII, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2011, h. 81-94.