memberikan kepuasan pihak-pihak yang terlibat dalam pemasaran, yaitu produsen, konsumen akhir dan lembaga- lembaga pemasaran Anita, et al 2012.
Salah satu aspek pemasaran yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan arus barang dari produsen ke konsumen adalah efisiensi pemasaran,
karena melalui efisiensi pemasaran selain terdapat perbedaan harga yang diterima petani sampai barang tersebut dibayar oleh konsumen akhir, juga kelayakan
pendapatan yang diterima petani maupun lembaga pemasaran Suherty 2009. Efisiensi pemasaran akan terjadi apabila biaya pemasaran dapat ditekan sehingga
keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, persentase perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen tidak terlalu
tinggi, tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan adanya kompetesi pasar yang sehat Cristoporus dan Sulaeman 2009.
Efisiensi pemasaran sangat penting supaya masing-masing lembaga mendapatkan keuntungan sesuai apa yang telah mereka keluarkan output. Jika
tidak ada efisiensi pemasaran maka ada pihak atau lembaga yang dirugikan karena mungkin lembaga tersebut telah mengeluarkan output lebih besar dibandingkan
dengan keuntungan yang didapatkannya dan begitu juga sebaliknya, lembaga yang mengeluarkan ouput lebih kecil tetapi mendapatkan keuntungan yang besar, dan
akan terjadi lah kesenjangan keuntungan yang diperoleh Febriani 2011. Istilah efisiensi pemasaran sering digunakan dalam menilai prestasi kerja
performance proses pemasaran. Hal ini mencerminkan konsensus bahwa pelaksanaan proses pemasaran harus berlangsung secara efisien. Teknologi atau
prosedur baru hanya boleh diterapkan bila meningkatkan efisiensi proses pemasaran Jumiati, et al 2013.
12
2.5. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Marjin ini akan diterima oleh
lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut Daniel 2002.
Panjang-pendeknya atau bagus-jeleknya saluran pemasaran dapat dilihat dari besar-kecilnya marjin pemasaran, bukan berdasarkan banyaknya lembaga
pemasaran yang terlibat, karena marjin pemasaran merupakan penampakan dari kontribusi biaya dan keuntungan yang terjadi dalam pemasaran suatu komoditi
Yuprin 2009. Marjin pemasaran sering digunakan sebagai indikator efisiensi pemasaran.
Besarnya marjin pemasaran pada berbagai saluran dapat berbeda, karena tergantung pada panjang pendeknya saluran pemasaran dan aktivitas-aktivitas
yang telah dilaksanakan serta keuntungan yang diharapkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran Suherman, et al 2011. Marjin
pemasaran merupakan selisih antara harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat produsen atau merupakan jumlah biaya pemasaran dengan keuntungan
yang diharapkan oleh masing-masing lembaga pemasaran Mukson, et al 2005.
2.6. Farmer’s Share
Farmer’s share yaitu persentase harga yang diterima petani dibandingkan dengan harga jual pada pedagang pengecer.
Farmer’s share dalam suatu kegiatan pemasaran dapat dijadikan dasar atau tolak ukur efisiensi pemasaran. Semakin
tinggi tingkat persentase farmer’s share yang diterima petani maka dikatakan
semakin efisien kegiatan pemasaran yang dilakukan dan sebaliknya semakin rendah tingkat persentase
farmer’s share yang diterima petani, maka akan semakin rendah pula tingkat efisiensi dari suatu pemasaran Rosmawati 2011.
Farmer’s share mempunyai hubungan negative dengan marjin pemasaran sehingga semakin tinggi marjin pemasaran, maka bagian yang akan diperoleh
petani semakin rendah. Semakin tinggi farmer’s share berfungsi untuk mengukur
seberapa besar bagian yang diterima oleh petani ketika melakukan pemasaran komoditi pertanian.
2.7. Rasio Keuntungan terhadap Biaya
Rasio keuntungan dan biaya RC juga dapat digunakan untuk melihat tingkat efisiensi pemasaran dari suatu komoditas, hal ini dikarenakan pembanding
oppurtunitty cost dari biaya adalah keuntungan. Sistem pemasaran secara teknis dikatakan efisien jika rasio keuntungan dan biayanya semakin besar dan nilainya
bernilai positif atau lebih besar dari nol 0 Limbong dan Sitorus, 1987.
2.8. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Hutabarat 2012 mengenai sistem pemasaran komoditas brokoli di Desa Tugu, kecamatan Cisarua, kabupaten Bogor yang
bertujuan menganalisis sistem pemasaran brokoli yang dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, saluran pemasaran dari komoditas brokoli akan melalui beberapa saluran pemasaran yaitu : Saluran I:
Petani produsen
–Pedagang Pengumpul Desa–Pedagang Besar–Pedagang Pengecer
–Konsumen Akhir. Saluran II: Petani produsen–Pedagang Besar– Pedagang Pengecer
–Konsumen Akhir. Saluran III: Petani produsen –Pedagang Pengecer
–Konsumen Akhir. Pada penelitian ini, fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan pada lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat yaitu fungsi pertukaran,
fungsi fisik dan fungsi fasilitas di mana fungsi-fungsi pemasaran yang terjadi pada penelitian ini sudah berjalan cukup baik di mana fungsi-fungsi pemasaran yang
terjadi memberikan nilai tambah kepada produk sehingga memiliki nilai dan kegunaan yang lebih tinggi.
Untuk menilai efisiensi pemasaran dilakukan secara kuantitatif dengan alat analisis marjin pemasaran,
farmer’s share, dan rasio keuntungan dari biaya. Tingkat
farmer’s share terendah dan marjin pemasaran tertinggi pada pemasaran brokoli di Desa Tugu, kecamatan Cisarua, kabupaten Bogor terdapat pada saluran
I yaitu sebesar 33,33 persen dan 66,67 persen. Hal ini dikarenakan saluran I merupakan saluran terpanjang dari tiga saluran yang ada.
Setelah dilakukan analisis terhadap farmer’s share, tingkat farmer’s share
tertinggi dan marjin pemasaran terendah terdapat pada saluran III yaitu sebesar 76,92 persen dan 23,08 persen. Hal ini dikarenakan saluran tiga adalah saluran