Pedagang Pengecer Fungsi Pemasaran

Tabel 16. Farmer’s Share pada Sistem Pemasaran Ubi Jalar di Desa Cikarawang April 2015 Saluran Pemasaran Harga di tingkat petani Rupiah Harga di tingkat konsumen Rupiah Farmers Share persentase 1 2.200,00 4.500,00 48,89 2 2.200,00 5.500,00 40,00 3 2.200,00 5.000,00 44,00 4 2.200,00 6.000,00 36,67 5 2.200,00 3.000,00 73,33 Sumber: Data diolah 2015 Pada setiap saluran memiliki harga di tingkat petani yang sama masing- masing adalah saluran 1 Rp 2.200,00 per kilogram, saluran 2 Rp 2.200,00 per kilogram, saluran 3 Rp 2.200,00 per kilogram, saluran 4 Rp 2.200,00 per kilogram dan saluran 5 Rp 2.200,00 per kilogram. Dikarenakan harga tersebut sudah diatur oleh Poktan Hurip. Harga di tingkat konsumen juga relatif sama, masing-masing adalah saluran 1 Rp 4.500,00 per kilogram, saluran 2 Rp 5.500,00 per kilogram, saluran 3 Rp 5.000,00 per kilogram, saluran 4 Rp 6.000,00 per kilogram, yang berbeda hanya pada saluran 5 sebesar Rp 4.500,00 per kilogram. Berdasarkan data pada Tabel terkait farmer’s share, bagian yang diterima petani mulai dari saluran pemasaran 1 sampai dengan saluran pemasaran 5 masing-masing adalah 48,89 persen, 40,00 persen, 44,00 persen, 36,67 persen dan 73,33 persen. Berdasarkan nilai tersebut, farmer’s share terbesar pada sistem pemasaran ubi jalar di Desa Cikarawang terdapat pada saluran 5 yaitu 73,33 persen. Besaran farmer’s share yang ditunjukkan oleh tabel di atas menjelaskan bahswa saluran pemasaran 5 merupakan saluran pemasaran yang paling efisien, tetapi volume penjualan di saluran pemasaran ini paling sedikit dibanding saluran pemasaran lainnya. Pada saluran pemasaran 5 konsumen hanya terbatas pada masyarakat sekitar dan KWT Kelompok Wanita Tani.

6.3.3 Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Pemasaran

Salah satu indikator yang juga dapat digunakan untuk menilai keragaan pasar dari sebuah sistem pemasaran yaitu resiko keuntungan dan biaya pemasaran. Indikator ini digunakan untuk melihat bagaimana keuntungan yang diperoleh oleh tiap lembaga pemasaran yang terkait dalam upaya pemasaran. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap indikator rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran, rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran yang dihadapi tiap lembaga pemasaran pada setiap saluran pemasaran memiliki nilai yang berbeda- beda. Hal ini dikarenakan tiap lembaga pada setiap saluran pemasaran beroperasi pada tingkat biaya pemasaran dan harga penjualan yang berbeda pula. Hal ini menyebabkan keuntungan yang diterima oleh tiap lembaga menjadi berbeda. Besaran rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran Ubi Jalar di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Besaran Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Pemasaran Ubi Jalar di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Lembaga Pemasaran Biaya Rupiah Keuntungan Rupiah Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Saluran Pemasaran 1 Poktan 100,00 200,00 2,00 Pedagang Pengumpul Pasar Induk Kramat Jati 285,00 215,00 0,75 Pedagang Pengecer 200,00 1.300,00 6,5 Saluran Pemasaran 2 Poktan 100,00 200,00 2,00 Pedagang Pengecer 330,00 2.670,00 8,09 Saluran Pemasaran 3 Poktan 100,00 200,00 2,00 Pedagang Pengecer 270,00 2.230,00 8,26 Saluran Pemasaran 4 Poktan 100,00 200,00 2,00 Pedagang Pengecer 320,00 3.180,00 9,93 Saluran Pemasaran 5 Poktan 100,00 700,00 7,00 Sumber: Data diolah 2015 Berdasarkan Tabel 17, dapat dilihat bahwa penyebaran yang tidak merata terjadi pada saluran pemasaran 1. Pada saluran pertama, Poktan Hurip mempunyai nilai rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran sebesar 2,00, pedagang pengumpul Pasar Induk Kramat Jati mempunyai nilai rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran sebesar 0,75, pedagang pengecer mempunyai nilai rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran sebesar 6,50 hal ini disebabkan karena pedagang pengecer Pasar Kramat Jati menjual harga ubi jalar yang tinggi sebesar Rp 4.500,00 dengan harga jual yang dibeli dari pedagang pengumpul Pasar Induk Kramat Jati sebesar Rp 3.000,00. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengecer Pasar Kramat Jati relatif kecil dengan keuntungan yang didapatkannya. Pada lembaga pemasaran pedagang pengunpul Pasar Induk Kramat Jati, pedagang pengumpul Pasar Induk Kramat Jati mendapatkan keuntungan sebesar Rp 215,00 dan mengeluarkan biaya sebesar Rp 285,00. Keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul Pasar Induk Kramat Jati relatif kecil dikarenakan fungsi pemasarannya sebagai pedagang pengumpul yang memiliki target pembeli adalah pengecer, sehingga pedagang pengumpul tidak bisa mengambil keuntungan yang banyak. Pada saluran pemasaran 2 Poktan Hurip memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran sebesar 2,00, dan pedagang pengecer memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran sebesar 8,09. Perolehan nilai rasio tertinggi didapatkan oleh pedagang pengecer Pasar Tangerang dikarenakan pedagang pengecer tersebut mengeluarkan biaya sebesar Rp 330,00 tetapi mendapatkan keuntungan sebesar Rp 2.670,00. Perolehan nilai rasio pada masing- masing lembaga disaluran ini tidak merata dikarenakan adanya lembaga pemasaran yang mengambil keuntungan lebih dibanding lembaga pemasaran lainnya yang ikut terlibat. Pada saluran 3 konsisten, karena rantai pemasaran nya memiliki lembaga pemasaran yang sama dengan saluran 2. Pada saluran ini Poktan Hurip memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran sebesar 2,00, dan pedagang pengecer memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran sebesar 8,26. Pada saluran ini perolehan nilai rasio tertinggi didapatkan oleh pedagang pengecer Pasar Ciputat dikarenakan pedagang pengecer Pasar Ciputat mendapatkan keuntungan sebesar Rp 2.230,00 dan mengeluarkan biaya sebesar Rp 270,00. Perolehan nilai rasio pada masing-masing lembaga disaluran ini tidak merata dikarenakan adanya lembaga pemasaran yang mengambil keuntungan lebih dibanding lembaga pemasaran lainnya yang ikut terlibat. Pada saluran 4 adalah saluran yang memiliki rantai pemasaran sama dengan saluran 2 dan 3. Poktan Hurip memiliki nilai rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran sebesar 2,00 dan pedagang pengecer memiliki nilai rasio keuntungan