Farmer’s Share Identifikasi Marjin Pemasaran, Farmer’s Share dan Rasio Keuntungan
keuntungan sebesar Rp 1.715,00 per kilogram, Rp 2.870,00 per kilogram, Rp 2.430,00 per kilogram dan Rp 700,00 per kilogram. Keuntungan yang dihasilkan
pada saluran 4 merupakan keuntungan yang paling tinggi dibandingkan dengan saluran lain, namun biaya pemasaran yang harus dikeluarkan pada saluran ini
sebesar Rp 640,00 per kilogram. Rendahnya biaya pemasaran pada saluran 5 dikarenakan tidak adanya peran
pedagang pengumpul dan pedagang pengecer dalam proses pemasaran sehingga biaya pemasaran yang dikeluarkan menjadi lebih kecil. Apabila dilihat dari biaya
pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang dihasilkan dari tiap saluran pemasaran, maka saluran 4 merupakan saluran yang lebih efisien dibandingkan
saluran lainnya, walaupun total biaya yang dikeluarkan relatif besar. Biaya yang dikeluarkan untuk setiap Rp 1,00 per kilogram akan menghasilkan keuntungan
sebesar Rp 5,28. Dapat dilihat pada Tabel 18 bahwa total keuntungan terbesar bukan berarti
saluran pemasaran tersebut merupakan saluran pemasaran yang efisien, karena total keuntungan terbesar bisa saja disebabkan banyaknya lembaga pemasaran
yang terlibat dan mengambil keuntungan di saluran pemasaran tersebut. Dari hasil total keuntungan dibagi total biaya pemasaran pada saluran 1, 2, 3, 4 dan 5
menghasilkan nilai masing-masing sebesar 2,13; 4,41; 4,11; 5,28; 2,18. Biaya pemasaran yang kecil mampu menghasilkan keuntungan yang besar.
Hal ini juga sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Mubyarto 1989 di mana dengan biaya pemasaran yang serendah-rendahnya mampu menyampaikan produk
dari petani produsen sampai kepada konsumen akhir. Langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu mengetahui bagian yang diterima
petani produsen dari harga yang diterima oleh konsumen akhir farmer’s share.
Farmer’s share tertinggi terdapat pada saluran 5 yaitu sebesar 73,33 persen. Tingginya
farmer’s share pada saluran ini disebabkan oleh tingginya harga jual yang diterima oleh petani produsen karena tidak adanya keterlibatan dari
pedagang pengumpul dan pedagang pengecer sehingga petani produsen harus mengambil alih peran dari kedua lembaga pemasaran tersebut. Pada saluran
lainnya, besarnya bagian petani produsen dari harga yang diterima oleh konsumen lebih kecil dibandingkan dengan saluran 5 masing-masing sebesar 48,49 persen,
40,00 persen, 44,00 persen, 36,67 persen. Dari analisis yang dilakukan pada efisiensi pemasaran melalui indikator
farmer’s share maka saluran 5 merupakan saluran yang paling efisien apabila dibandingkan dengan saluran pemasaran
lainnya. Indikator yang kemudian juga digunakan untuk menganalisis efisiensi
pemasaran yang terjadi pada tiap saluran pemasaran ubi jalar di Desa Cikarawang yaitu rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Melalui alat analisis ini dan
dengan mengacu kepada konsep efisiensi yang diungkapkan oleh Mubyarto 1989 di mana efisiensi pemasaran tercapai apabila saluran pemasaran mampu
melakukan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar oleh konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi
dan pemasaran barang tersebut, maka dapat dilihat saluran mana yang memiliki efisiensi pemasaran yang paling tinggi adalah saluran 5. Nilai rasio yang
dihasilkan pada saluran ini sebesar 7,00. Hal ini dikarenakan sedikitnya biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat Poktan.
Pembagian yang terjadi pada saluran ini memang dapat dikatakan cukup merata. Saluran pemasaran ubi jalar 1 melibatkan lebih banyak lembaga pemasaran
dibandingkan dengan saluran lainnya, pada saluran ini terdapat pedagang pengumpul. Sehingga saluran ini terdiri dari Poktan Hurip, pedagang pengumpul,
dan pedagang pengecer. Pada saluran ini rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran yang diterima oleh tiap lembaga pemasaran yaitu 0,75, dan 6,5. Pada
saluran ini untuk Rp 1 per kilogram biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 2,13 per kilogram.
Saluran pemasaran 2 melibatkan dua lembaga pemasaran yaitu Poktan Hurip dan pedagang pengecer. Pada saluran ini rasio keuntungan terhadap biaya
pemasaran yang diterima oleh tiap lembaga pemasaran yaitu 2,00 dan 8,09. Pada saluran ini untuk setiap Rp 1,00 per kilogram biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan keuntungan sebesar Rp 4,41 per kilogram. Saluran pemasaran 3 konsisten seperti saluran pemasaran 2 dan 4, hanya
terdapat perbedaan di biaya pemasaran sehingga menghasilkan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran yang berbeda. Saluran pemasaran ini melibatkan dua
lembaga pemasaran yaitu Poktan Hurip dan pedagang pengecer. Pada saluran ini